tag:blogger.com,1999:blog-62761838435335102822024-02-07T10:55:28.634+07:00Sosiologi SMA Negeri 3 SubangUnknownnoreply@blogger.comBlogger721100tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-22536648729645561852012-06-01T21:08:00.000+07:002012-06-01T21:08:03.394+07:00KISI - KISI UKK SOSIOLOGI KELAS X<b> Sosialisasi </b><br />
<ul><li>Tujuan sosialisasi</li>
<li>Jenis-jenis Sosialisasi</li>
<li>Tahap-tahap sosialisasi</li>
<li>Media Sosialisasi</li>
<li>Faktor-faktor pembentuk kepribadian </li>
</ul><b>Perilaku menyimpang</b><br />
<ul><li>Jenis-jenis perilaku menyimpang</li>
<li>Faktor penyebab</li>
<li>Proses penyimpangan</li>
<li>Dampak penyimpangan</li>
<li>Teori penyimpangan</li>
</ul><b>Pengendalian Sosial</b><br />
<ul><li>Jenis-jenis pengendalian</li>
<li>Cara/proses pengendalian</li>
<li>Sifat pengendalian</li>
<li>Lembaga pengendalian</li>
<li>Disfungsi Lembaga pengendalian</li>
</ul><br />
<b>Peran Sosiologi dalam kehidupan masyarakat</b><br />
<ul><li>Masalah sosial</li>
<li>Perencanaan sosial</li>
<li>Mengambil keputusan</li>
<li>Pembangunan</li>
</ul>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-72362076892962622552012-05-25T06:36:00.001+07:002012-05-25T06:36:28.941+07:00Angka Kelulusan SMA di NTT Terendah<div style="text-align: justify;">Tingkat kelulusan siswa Sekolah Menengah Atas di provinsi Nusa Tenggara Timur terendah se-Indonesia. NTT belum beranjak dari posisi tersebut setidaknya sejak tiga tahun terakhir.<br />
<br />
Tahun ini ada sedikitnya ada 11.458 siswa dari NTT yang dinyatakan tidak lulus Ujian Nasional (UN) karena nilai rata-ratanya di bawah standar pemerintah, yakni 5,5. Angka tersebut mencakup 31,6 persen dari seluruh peserta UN dari NTT yang mencapai 36 ribu.<br />
<br />
Tapi tak semua siswa yang tak lulus UN itu dinyatakan tidak lulus Ujian Akhir. Nyatanya, berdasarkan data kementerian, siswa Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Awaliyah yang tidak lulus ujian akhir jumlahnya 7,5 ribu.<br />
Pada 2011 sebanyak 5,57 persen dari 36.908 siswa SMA di NTT tak lulus UN. Sementara pada 2010 sebanyak 18 ribu atau 52 persen siswa di NTT tidak lulus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber :</div><div style="text-align: justify;"> <a href="http://www.tempo.co/read/news/2012/05/24/058405973/Angka-Kelulusan-SMA-di-NTT-Terendah">http://www.tempo.co/read/news/2012/05/24/058405973/Angka-Kelulusan-SMA-di-NTT-Terendah</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada progres yang cukup signifikan mengenai angka kelulusan di NTT, namun secara keseluruhan merupakan pekerjaan rumah yang cukup besar bagi pemerintah terkait pengelola pendidikan. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat Undang-Undang Dasar, jika tidak ada upaya yang dilakukan, maka pengelola pendidikan (pemerintah) telah lalai melaksanakan kewajibannya memenuhi amanat Undang-Undang Dasar tersebut. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-77411796508990448912012-05-11T07:39:00.001+07:002012-05-11T07:40:55.864+07:00Perkuliahan berbasis jurusan IPSBerikut ini adalah Fakultas yang dapat dipilih oleh siswa/i jurusan IPS<br />
<br />
<b>Fakultas Ekonomi :</b><br />
<br />
Akuntansi<br />
Ilmu Ekonomi<br />
Manajemen<br />
<br />
<b>Fakultas Ilmu Hukum :</b><br />
<br />
Ilmu Hukum<br />
<br />
<b>Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya :</b><br />
<br />
Arkeologi<br />
Ilmu Filsafat<br />
Ilmu Perpustakaan<br />
Ilmu Sejarah<br />
Sastra Arab<br />
Sastra Belanda<br />
Sastra Cina<br />
Sastra Indonesia<br />
Sastra Inggris<br />
Sastra Jepang<br />
Sastra Jerman<br />
Sastra Korea<br />
Sastra Perancis<br />
Sastra Rusia<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik :</b><br />
<br />
Antropologi Sosial<br />
Ilmu Administrasi Fiskal<br />
Ilmu Administrasi Negara<br />
Ilmu Administrasi Niaga<br />
Ilmu Hubungan Internasional<br />
Ilmu Kesejahteraan Sosial<br />
Ilmu Komunikasi<br />
Ilmu Politik<br />
Kriminologi<br />
Sosiologi<br />
<br />
<b>Fakultas Psikologi :</b><br />
<br />
Psikologi<br />
<br />
<br />
<i><b>Silahkan share bagi yang memiliki informasi lebih</b></i>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-64939768686398855322012-01-20T11:36:00.000+07:002012-01-20T11:36:33.243+07:00Imlek pada masyarakat Tionghoa Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVoFEq3-oIP0RW5yXN4K2p8Hw2zdTiPgvsh89817KrrPgR6f9QJJqVFR2CXlX69AjrGTqyu5Uk0u8pa5Mu0QnRVsHQev3tcGsL0JMnFN3oa_SPAu-UZSzzKBAJHfsflLSfR5Zh55qd6EK1/s1600/gong+xi+fat+cai.gif" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVoFEq3-oIP0RW5yXN4K2p8Hw2zdTiPgvsh89817KrrPgR6f9QJJqVFR2CXlX69AjrGTqyu5Uk0u8pa5Mu0QnRVsHQev3tcGsL0JMnFN3oa_SPAu-UZSzzKBAJHfsflLSfR5Zh55qd6EK1/s320/gong+xi+fat+cai.gif" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Tahun Baru Imek merupakan perayaan terpenting dalam tradisi China, dimana mulai di hari pertama bulan pertama dan berakhir di tanggal 15 atau ada saat bulan puraa, dimana perayaan ini dikenal sebagai Cap Go Meh.<br />
<br />
Warna merah merupakan konsep dalam tradisi China, dimana warna ini melambangkan kebahagiaan. Begitu juga dengan lampion serta kembang api. Ini tidak terlepas dari cerita legenda Nian. Menurut legenda ini, Nian adalah seorang raksasa yang selalu muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen termasuk makhluk hidup ; ternak dan manusia. Nian mempunyai mulut yang besar dan mampu menelan segerombolan ternak atau manusia. Sehingga semua makhuk, termasuk manusia takut dengan Nian.<br />
<br />
Tahun baru china atu lebih dikenal dengan budaya Imlek dan tradisi pemberian Angpao dengan salam Gong Xi Fat Choi adalah sebagian kecil budaya warga Thionghoa yang kini banyak dikenal Di Indonesia. Presiden Gus Dur yang saat itu memberikan kesempatan kembali kepada warga keturunan Thionghoa di Indonesia untuk kembali merayakan Imlek dan melakukan Budaya dan tradisinya yang sempat terpasung pada masa Orde baru. Budaya Barongsai yang selalu menyertai tradisi Tahun baru Imlek kini juga bisa bebas dijalankan kembali tanpa harus takut di cap sebagai rezim komunis. Warga keturunan Tionghoa juga tidak merasa takut menggantung lentera merah, membunyikan petasan dan menyembunyikan sapu sebagai salah satu keunikan dari perayaan tahun baru Imlek. Disamping itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini. Inilah sebagian budaya yang mungkin dapat kita hormati bersama keberadaannya. Lalu Apakah pembagian tahun dalam budaya masyarakat tionghoa sama dengan penanggalan kalender masehi yang saat ini kita gunakan ? Dan adakah hubungan Budaya tahun baru Imlek dengan Tradisi memberikan Angpao ?</div><a name='more'></a><br />
<br />
Penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh 2 sistem penanggalan, yaitu Gregorian dan Bulan-Matahari. Satu tahun dibagi menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29 ½ hari. Namun Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang ada hubungannya dengan perubahan alam, sehingga pembagian musim ini sangat berguna bagi penduduk disana yang pada jaman dulu masih menggantungkan hidupnya pada pertanian dan terbukti amat berguna dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.<br />
<br />
Selain dari pembagian musim di atas, dalam penanggalan kalender Tionghoa juga dikenal istilah Tian Gan dan Di Zhi yang merupakan cara unik dalam membagi tahun menurut hitungan siklus 60 tahunan. Masih ada lagi hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan istilah Shio, yaitu Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi yang mempunyai sifat dan karakternya masing-masing jika dihubungkan dengan ramalan<br />
<br />
Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli pada saat tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, tradisi angpao juga pasti akan ditemukan. Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti sebenarnya adalah bungkusan atau amplop merah. Menurut kepercayaan Tionghoa, warna merah mempunyai mitos kegembiraan, semangat dan memberikan nasib baik. Dan yang diharuskan memberi angpao adalah mereka yang sudah menikah karena menikah dalam budaya tionghoa adalah batasan anak dan dewasa.<br />
<br />
Angpao pada jaman dahulu berupa permen, manisan atau bungkusan roti namun karena jaman sudah berganti maka tradisi angpao diganti dengan pemberian uang agar anak-anak dapat menentukan sendiri apa yang ingin dibelinya. Namun tradisi Angpao di atas tidak mengikat. Sekarang ini, budaya memberikan angpao pada saat tahun baru Imlek tentunya lebih dilihat pada kemampuan secara ekonomi karena angpao sendiri bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan yang baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi. Gong Xi Fat Choi.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-50245929237515027732011-12-05T21:30:00.001+07:002011-12-05T21:52:22.864+07:00Analisa dampak Sosial dan Budaya Pembangunan jalan tol Trans Jawa, studi analisa perubahan sosial dan budaya Kota Subang<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kota Subang akan memiliki gerbang tol di daerah Cilameri, sehingga memudahkan keluar-masuk kendaraan yang akan menuju Jakarta atau Cirebon bahkan Bandung sekalipun. Itu karena jalan ini terkoneksi dengan tol Jakarta-Cikampek dan Padaleunyi menuju Bandung Raya dan Priangan Barat atau Timur.<br />
<br />
Rencananya selesai tahun 2013. Bagi sebagian kalangan, rencana ini merupakan mimpi buruk, karena kota Subang bakal mengikuti jejak kota lain seperti Bekasi, Karawang, Bogor dan Purwakarta tetangganya, tak lagi dilewati oleh kendaraan pribadi, sopir truk atau bus umum. Karena umumnya mereka akan masuk menikmati jalan bebas hambatan ini. Inilah mimpi buruk bagi pemilik warung-warung cinderamata dan pengusaha oleh-oleh atau sejumlah restauran yang selama ini ramai disinggahi oleh pengendara akan sepi.<br />
<br />
Namun secara umum, jalan tol ini bakal memperpendek waktu tempuh menuju bagian tengah dan timur Pulau Jawa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">bersambung...</div><div style="text-align: justify;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-39711854166690805932011-11-24T21:57:00.000+07:002011-11-24T21:57:31.421+07:00Kisi-Kisi UAS Sosiologi<div dir="ltr" id="internal-source-marker_0.5034971943297077" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> </span></div><div dir="ltr" id="internal-source-marker_0.3869836280657125" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">KISI-KISI UAS SOSIOLOGI KELAS X</span></div><div dir="ltr"><table style="border-collapse: collapse; border: none;"><colgroup><col width="223"></col><col width="415"></col></colgroup><tbody>
<tr style="height: 0px;"><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">BAB 1 </span></div><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Sejarah Perkembangan Sosiologi</span></div><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">20 %</span></div></td><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><ul><li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Ciri-ciri dan hakekat sosiologi sebagai ilmu</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Metode sosiologi</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Unsur-unsur masyarakat dan Kebudayaan</span></li>
</ul></td></tr>
<tr style="height: 0px;"><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">BAB 2 </span></div><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Nilai dan Norma Sosial</span></div><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">30%</span></div></td><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><ul><li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> Pengertian nilai dan norma social</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Ciri-ciri nilai dan norma social</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Macam-macam nilai dan norma social</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Fungsi nilai dan norma sosial</span></li>
</ul></td></tr>
<tr style="height: 0px;"><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">BAB 3 </span></div><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Interaksi Sosial</span></div><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">50%</span></div></td><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><ul><li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Ciri-ciri interaksi social</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Faktor-faktor interaksi social</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Syarat Interaksi Sosial</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Bentuk-Bentuk Interaksi social</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Faktor Pendorong dan Penghambat Asimilasi</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Akulturasi</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Bentuk-Bentuk akomodasi</span></li>
</ul></td></tr>
</tbody></table></div><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><div dir="ltr" id="internal-source-marker_0.5034971943297077" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div dir="ltr" id="internal-source-marker_0.5034971943297077" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><br />
</div><div dir="ltr" id="internal-source-marker_0.5034971943297077" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">KISI-KISI UAS SOSIOLOGI KELAS XII</span></div><div dir="ltr"><table style="border-collapse: collapse; border: none;"><colgroup><col width="223"></col><col width="415"></col></colgroup><tbody>
<tr style="height: 0px;"><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">BAB 1 </span></div><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Perubahan Sosial</span></div><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span></td><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><ul><li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Definisi Perubahan Sosial</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Sosial</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Dampak Perubahan Sosial</span></li>
</ul><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span></td></tr>
<tr style="height: 0px;"><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">BAB 2 </span></div><div dir="ltr" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Lembaga Sosial</span></div><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span></td><td style="border: 1px dotted #aaa; padding: 0px 0px 0px 0px; vertical-align: top;"><ul><li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"> Ciri-ciri Lembaga Sosial</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Tipe-Tipe Lembaga Sosial</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Fungsi Pranata Keluarga</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Fungsi Pranata Politik</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Fungsi Pranata Pendidikan</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Fungsi Pranata Ekonomi</span></li>
<li style="background-color: transparent; color: black; font-family: Verdana; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; list-style-type: disc; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Fungsi Pranata agama</span></li>
</ul></td></tr>
</tbody></table></div><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span><br />
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Times New Roman; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: bold; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-31870767507563803382011-05-17T08:17:00.003+07:002011-05-17T08:46:32.357+07:00Ekspresi kelulusan siswa/i SMA yang sangat positif<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGiyK2tgCa0bRzlEwCOpJYQw81-u4FZXv4JV7YiOVGG3qhEm5jMpNOoqRLPU2oB2nH8CcYbp3c7RI0CDvAHgOB1E6V9rMqGQC4qMxMOQW6HIrlflFnD0d-mUS4pMFkk1InLoR50Eaf3_WI/s1600/donor+darah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGiyK2tgCa0bRzlEwCOpJYQw81-u4FZXv4JV7YiOVGG3qhEm5jMpNOoqRLPU2oB2nH8CcYbp3c7RI0CDvAHgOB1E6V9rMqGQC4qMxMOQW6HIrlflFnD0d-mUS4pMFkk1InLoR50Eaf3_WI/s320/donor+darah.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Baru saja kemarin saya menulis tentang seruan untuk berekpresi terhadap kelulusan yang toleran terhadap lingkungan sosial. Ternyata siswa daerah lain telah melaksanakannya, sungguh mulia atas ekpresi syukur kelulusannya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Mereka justru merayakan kelulusan dengan kegiatan aksi donor darah, memberikan santunan ke anak yatim dan berkunjung ke pasien miskin di Rumah Sakit Daerah Penembahan Senopati, Senin (16/5/2011).<br />
<br />
Sebelum mengikuti kegiatan tersebut seluruh siswa mengawali dengan sujud syukur di mushala sekolah. "Kegiatan ini sengaja kami lakukan agar perayaan kelulusan di sekolah kami lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain, " kata Wakil Kepala Sekolah Heri Supartono.<br />
<br />
Aksi corat-coret, menurut Heri, tidak banyak memberikan manfaat. Bahkan, konvoi kendaraan bermotor dengan suara knalpot yang keras justru sering dikeluhkan masyarakat.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Heri menjelaskan, 103 siswa dibagi menjadi tiga kelompok, dengan tugas terpisah. "Kelompok pertama akan mendatangi panti asuhan anak yatim untuk memberikan santunan, kelompok dua akan berkunjung ke Rumah Sakit Panembahan Senopati untuk mengunjungi pasien miskin, dan kelompok ke tiga akan mendonorkan darahnya di PMI," kata Heri.<br />
<br />
Tahun ini seluruh siswa kelas 12 yang terdiri dari 53 putera dan 50 puteri berhasil lulus 100 persen . Sementara itu, secara umum Bantul meraih predikat angka kelulusan tertinggi di Provinsi DIY untuk kali yang ke empat sejak tahun 2008. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak hanya sekolah itu, sekolah yang lain pun melakukan aktifitas sosial dengan membagikan nasi bungkus kepada mereka yang membutuhkan.</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ7pm0t2adRGJeMmYwkHIWmMGHgdRqeyo1T45Qx_k_OsdClkfqsuI3v7ad8m0BN3_xITRkamkumCRcFA2uDwE3RbiF7zpLVSPh6tte4xT6CnSoOd_bBg9DnGUn9JzR0z6ztdVF-7f4QEnW/s1600/kegiatan+sosial.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ7pm0t2adRGJeMmYwkHIWmMGHgdRqeyo1T45Qx_k_OsdClkfqsuI3v7ad8m0BN3_xITRkamkumCRcFA2uDwE3RbiF7zpLVSPh6tte4xT6CnSoOd_bBg9DnGUn9JzR0z6ztdVF-7f4QEnW/s320/kegiatan+sosial.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhNpHRanIt8LRKrPOXATjQe2FLhocARrzLn09VjnS1CvnsNDOi3CifNIsspCBMefO43aUnJF7z2HBavDySrT1IKOv7G1to6btHuILNKyhKJskS5DdLnVjQFmwOAYCr0RD1leWOr8jRPAck/s1600/berbagi+dengan+sesama.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhNpHRanIt8LRKrPOXATjQe2FLhocARrzLn09VjnS1CvnsNDOi3CifNIsspCBMefO43aUnJF7z2HBavDySrT1IKOv7G1to6btHuILNKyhKJskS5DdLnVjQFmwOAYCr0RD1leWOr8jRPAck/s320/berbagi+dengan+sesama.jpg" width="320" /></a></div>Pemandangan ini terlihat di kawasan Kotabaru, Perempatan Tugu, dan di Jalan Jenderal Sudirman. Di dalam kemasan dus nasi tersebut diselipkan kertas bertuliskan: "Tasyakuran Kelulusan Ujian Nasional 2011 Keluarga Besar Padmanaba SMA Negeri 3 Yogyakarta. Mohon doa restu untuk menjalani pendidikan di jenjang perguruan tinggi, semoga menjadi generasi penerus yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama, Amin".<br />
<br />
<br />
<br />
"Daripada mencoret-coret baju tidak ada gunanya, kami memilih dengan cara seperti ini membagikan nasi kotak untuk makan siang bapak-bapak tukang becak dan para pedagang. Ini sebagai wujud syukur kami," ujar Titis, salah satu siswi.<br />
<br />
"Kegiatan sosial ini kami lakukan agar bapak-bapak tukang becak dan para pedagang kaki lima, serta pedagang asongan ikut merasakan kebahagiaan kami yang telah berhasil lulus ujian nasional," sambungnya.<br />
<br />
Sementara itu, Tukijo, tukang becak yang sedang nongkrong di kawasan perempatan Tugu Yogyakarta, mengaku senang mendapatkan nasi untuk makan siang. "Kegiatan ini bagus daripada konvoi mengganggu lalu lintas dan tidak ada gunanya. Kalau begini ini, kan, kami juga merasakan" ucapnya sambil tersenyum senang.<br />
<br />
Tidak seperti kegiatan dibawah ini yang cenderung mengganggu ketertiban lalu lintas dan estetika, karena sekolah manapun tidak mengajarkan tindakan vandalisme dan anarki. </div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiegQjRysACPglcrw_i6pWA9z99dU5txgH3wl4oADfjtP5jznkxcG0Ib0NFd02qwtoTvEncihxttajdgtEzBBDilDFKOLG7nABZV_jDIaM5TgHV6a80Gd9Y4Y4Iing5jV73uXw8N3_uCR-e/s1600/corat-coret+seragam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiegQjRysACPglcrw_i6pWA9z99dU5txgH3wl4oADfjtP5jznkxcG0Ib0NFd02qwtoTvEncihxttajdgtEzBBDilDFKOLG7nABZV_jDIaM5TgHV6a80Gd9Y4Y4Iing5jV73uXw8N3_uCR-e/s320/corat-coret+seragam.jpg" width="320" /></a></div>sumber :<br />
<a href="http://regional.kompas.com/read/2011/05/16/15553729/Rayakan.Kelulusan.Aksi.Donor.Darah" target="_blank">http://regional.kompas.com/read/2011...si.Donor.Darah</a><br />
<br />
<a href="http://regional.kompas.com/read/2011/05/16/14533030/Lulus.UN.Mereka.Bagibagi.Nasi.Bungkus" target="_blank">http://regional.kompas.com/read/2011...i.Nasi.Bungkus</a><br />
<div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-60035413282552343932011-05-15T13:36:00.003+07:002011-05-16T08:32:19.870+07:00Kemajuan Teknologi dan Cultural Leg<div style="text-align: justify;"><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=sosmne3su-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B004G8QZPG&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></div><div style="text-align: justify;"><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=sosmne3su-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B004U9USEA&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=sosmne3su-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B00479WMQA&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe> <br />
Pesatnya kemajuan teknologi telah menciptakan fenomena sosial yang baru, baik itu habit, kelas dan strata sosial. </div><div style="text-align: justify;">Kecenderungan memiliki gadget seperti laptop, tablet, smartphone dapat dengan mudah diadaptasi oleh masyarakat karena gadget tersebut tidak hanya dipandang sebagai perangkat elektronik untuk kebutuhan aktifitas kita, akan tetapi juga meliputi ekpresi kelas, habit dan strata. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi pesatnya teknologi harus diikuti dengan pemahaman dan fondasi budaya yang kuat, artinya jangan sampai terjadi <i><b>cultural lag</b></i> atau keterkejutan budaya ketika menerima dan menghadapi hal-hal baru tanpa ada pengawasan dan bimbingan. Sehingga keterkejutan itu terwujudkan berupa penyalahgunaan kemampuan perangkat elektronik tersebut. Kasus baru-baru ini yang menimpa anggota DPR dari salah satu Fraksi, menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tablet_PC">PC tablet</a> untuk menonton Film porno pada saat Sidang Paripurna berlangsung. Tentu saja hal ini bertentangan dengan fungsi PC tablet sendiri dengan fungsi anggota dewan sebagai wakil rakyat. Istilah PC tablet oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft" title="Microsoft">Microsoft</a> pada tahun 2001yang merupakan komputer pribadi yang berukuran tablet sehingga penggunaannya portable dan cocok untuk aktifitas yang mobile. Lalu bagaimana jika tablet itu digunakan se perti kasus anggota dewan tersebut? tentu saja pencipta tablet tidak bermaksud membuat perangkat tersebut untuk menonton film porno. </div><div style="text-align: justify;">Contoh yang lain adalah ketika pengguna smartphone Blackbery asyik menggenggam smartphone dan dunia pun berada di tangannya sehingga tanpa toleransi dengan lingkungan sosial ketika update status layanan jejaring sosial. Sehingga ada kelakar dari teman saya bahwa smartphone dan jejaring sosial tersebut telah "<i><b>mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat</b></i>.". Hal ini tidak mustahil, sebab seperti ilustrasi sebelumnya pengguna smartphone tersebut asyik sendiri tanpa mengindahkan rekan disampingnya. Bahkan rekan disampingnya pun pengguna smartphone juga, maka lengkaplah dua manusia tersebut duduk berdekatan secara fisik tetapi tidak secara bathin. Sebuah fenomena sosial yang baru ketika teknologi semakin meningkat. Toleransi terhadap sesama tidak hanya dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar tetapi terhadap lingkungan nun jauh disana pun dapat kita perhatikan, yaitu melalui komentar pada status teman jejaring sosial kita. Itu pun jika berimbang, jika tidak berimbang, lingkungan sosial yang dekat bukan jaminan dapat kita perhatikan.</div><div style="text-align: justify;">Sebuah ilustrasi sederhana mengenai keterkejutan budaya terhadap pesatnya teknologi.</div><div style="text-align: justify;">Lalu apa yang harus kita lakukan? Ketahuilah bahwa kebudayaan itu dinamis, oleh karena itu pengawasan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat diharapkan seperti dari sekolah, orang tua, lingkungan, media. Seperti halnya media yang melaporkan anggota Dewan mengenai penyalahgunaan tablet pada saat sidang paripurna kepada publik, fungsi control tersebut berhasil menciptakan punishment berupa opini publik. Hanya saja karena di ranah politik, maka control pun berangkat dari ranah politik yaitu pencitraan buruk terhadap kinerja anggota dewan. Namun pada intinya adalah telah terjadi penyalahgunaan fungsi yang sebenarnya dari PC tablet tersebut. </div><div style="text-align: justify;">Oleh : Irra Martiana S.Sos</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-54523637602105976222011-04-20T13:05:00.000+07:002011-04-20T13:05:21.107+07:00Gagal UN 2011 karena melahirkan<div style="text-align: justify;">Seorang siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Tangse, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh, berinisial DWA gagal mengikuti ujian nasional (UN) karena melahirkan. <br />
<br />
Informasi yang diperoleh <i>mediaindonesia.com</i>, Selasa (19/4), menebutkan DW kini masih dirawat setelah melahirkan anak pertamannya. Ia telah bersuami, namun tetap aktif sekolah dalam keadaan hamil. <br />
<br />
Bahkan DWA juga sempat mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) beberapa hari lalu, sebelum <br />
UN berlangsung. "Ia sempat ukut Ujian Akhir Sekolah. Tetapi, karena pekan lalau melahirkan, ia terpaksa tidak bisa ikut UN," kata salah seorang guru di SMA Tangse. <br />
<br />
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Bukhari Thahir saat dimintai konfirmasi mengatakan dari 153 peserta UN di SMA Tangse, satu orang di antaranya tidak hadir. Menurutnya, murid itu tidak hadir karena sakit dan tidak menyebutkan karena melahirkan. Murid yang yang tidak hadir karena sakit, tambahnya, dibenarkan mengikuti UN susulan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">sumber : Media indonesia </div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-48349038311605349842011-04-20T13:01:00.002+07:002011-04-20T13:01:56.639+07:00Siswa SMU yang sedang Hamil dapat mengikuti UN 2011<div style="text-align: justify;">Dua siswa SMA di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur diperbolehkan mengikuti ujian nasional (UN) meski hamil delapan bulan. Kebijakan itu ditempuh Sekolah Menengah Teologi Sumba Barat setelah dua siswa sekolah tersebut diketahui hamil. Alasannya, sekolah tidak memiliki peraturan yang melarang siswa hamil tidak boleh ikut UN. Apalagi, kedua siswa itu mengaku tidak malu kepada guru dan teman-teman mereka. <br />
<br />
Informasi yang dihimpun menyebtukan keduanya sempat dilarang ikut UN oleh kepala sekolah, namun larangan itu ditolak anggota DPRD setempat, termasuk dari kedua siswa. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) NTT Thobias Uly mengatakan, sesuai keputusan Dinas PPO Sumba Barat, siswa hamil diperbolehkan ikut UN karena tidak ada larangan sebelumnya. "Siswa hamil tidak melanggar peraturan pelaksanaan ujian," katanya. <br />
<br />
Akan tetapi, kesempatan yang diperoleh kedua siswa itu berbeda dengan dua siswa hamil lainnya di Sekolah Menengah Kristen Sumba Barat. Di sekolah tersebut siswa yang juga diketahui hamil menolak mengikuti UN karena malu. Namun, pihak sekolah masih akan tetap memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti UN susulan. Orang tua siswa juga diminta membujuk anaknya agar bersedia hadir pada ujian susulan tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber : Media Indonesia , April 2011 </div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-77826457928719527092011-04-20T12:59:00.000+07:002011-04-20T12:59:55.354+07:00Kebocoran soal UN 2011<div style="text-align: justify;">Hingga hari kedua pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2011, Selasa (19/4), Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengungkapkan pengaduan yang masuk belum ada tentang kebocoran soal-soal jawaban UN. <br />
<br />
"Belum ada perkembangan pengaduan. Masih sama seperti yang kemarin," tutur Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, saat dihubungi <i>Media Indonesia</i>, Selasa (19/4). <br />
<br />
"Satu atau dua orang mengadu kepada kami, tapi hanya minta tips-tips karena khawatir anaknya enggak bisa ikut UN karena belum membayar tunggakan-tunggakan. Baru sebatas itu pengaduannya, belum ada yang tentang kebocoran soal UN," imbuhnya. </div><div style="text-align: justify;">Sumber : Media Indonesia </div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-24522124534459595812011-04-03T12:14:00.003+07:002011-05-15T12:32:51.966+07:00Contoh Usulan Penelitian Tindakan kelas<div style="text-align: center;"><b>PROPOSAL PENELITIAN</b></div><div style="text-align: center;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: center;"><b>UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA PELAJARAN IPA KELAS II SD MUHAMMADIYAH NEGERI SUKONANDI YOGYAKARTA</b></div><div style="text-align: center;"><b>KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA</b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=sosmne3su-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B004HFS6Z0&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Disusun oleh :</div><div style="text-align: center;">NURHUSNI ATMANEGARA</div><div style="text-align: center;">06108249030</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR</div><div style="text-align: center;">FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN </div><div style="text-align: center;">UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA</div><div style="text-align: center;">2009</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div style="text-align: justify;"><b>BAB I</b></div><div style="text-align: justify;"><b>PENDAHULUAN</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">A. Latar Belakang Masalah</div><div style="text-align: justify;">Tidak dapat dipungkiri bahwa yang turut menentukan sikap, mental, perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak adalah pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta dilalui mereka sejak kecil. Jika diijinkan saya mengutip sebuah kalimat indah atau kata bijak yang dikemukakan oleh Carla Rinaldi dalam 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri (2006.5), “Kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan dengan lingkungan belajar di rumah dan di sekolah. Hal itu di dasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, <br />
<a name='more'></a>guru dan orang tua”. Kalimat di atas saya hubungkan dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru. Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.</div><div style="text-align: justify;">Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa kematangan. Pada usia delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua atau tiga SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa keemasan bagi anak, karena proses menerima dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik dari guru ataupun lingkungan sekitar akan dengan mudah mereka terima. </div><div style="text-align: justify;">Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. </div><div style="text-align: justify;">Lebih jelasnya saya paparkan peran guru seperti yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantara, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">1. Ing ngarsa sung tuladha.</div><div style="text-align: justify;">Artinya bahwa seorang guru harus menjadi contoh yang baik. Baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkungan sosial. Guru harus menjadi ihsan yang memiliki integritas sehingga dapat diterima di lingkungannya.</div><div style="text-align: justify;">2. Ing madya mangun karsa.</div><div style="text-align: justify;">Guru diposisikan sebagai seorang motivator. Setiap gerak, perbuatan dan perkataan seorang guru harus berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat dan interest siswa terhadap sesuatu yang baru dan baik.</div><div style="text-align: justify;">3. Tut wuri handayani.</div><div style="text-align: justify;">Seorang guru merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang kuat. Guru secara terus-menerus harus selalu memberikan sumbangan yang positif kepada dunia pendidikan. Guru tidak hanya memberikan suatu pengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan akademik dan psikis siswa.</div><div style="text-align: justify;">Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang di emban oleh guru memang sangat berat, namun sangatlah mulia. Untuk itu, sudah selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agar menjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi atau bahkan diharapkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang berkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan guru di sekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras. Guru dan juga dunia pendidikan pada umumnya diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan maupun secara sikap mental yang positif.</div><div style="text-align: justify;">Untuk itu, dalam proses pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan dalam menyampaikan sesuatu, baik yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, kepribadian maupun kecerdasan harus tepat sasaran, tujuh kecerdasan peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secara proporsional.</div><div style="text-align: justify;">Yang sangat kita khawatirkan dan harus dihindari adalah jangan sampai masa-masa keemasan anak tersebut malah terbalik, justru menjadi masa-masa penumpulan otak anak hanya karena strategi, teknik, metode atau model pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan masa perkembangan anak.</div><div style="text-align: justify;">Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan kita adalah tentang prestasi belajar siswa. Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan, termasuk guru dan siswa juga terkait dalam hal tersebut, namun yang paling berhubungan dengan masalah itu adalah guru dan siswanya. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Wilhelm Maxt Wundt, seorang ahli psikologi menyatakan bahwa pendidikan adalah masalah respons dari stimulus luar. “Ketidaktahuan akan sesuatu adalah penyakit yang dapat disembuhkan, pendidikan direduksi menjadi sebuah modifikasi behavioral”. Dari pernyataan Wundt tersebut, dalam hal ini, guru sebagai orang yang memberikan stimulus. Guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswanya, harus benar-benar kreatif dalam mengemas dan mendesain proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Artinya guru dapat menerapkan berbagai cara yang baik sebagai stimulus bagi siswa agar kekurangan yang dimiliki oleh siswa yang dianggap Wundt sebagai penyakit dapat disembuhkan dengan cara yang guru lakukan.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pemasalahan diatas, peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Karena menurut Kunandar dalam Guru Profesional (2007 : 331) model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil belajar menyanyi seorang anak belajar alfabet. Atau sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.</div><div style="text-align: justify;">Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak merasa sedang mempelajari satu mata pelajaran saja. Hal itu diharapkan agar peserta didik dapat memperoleh berbagai pengetahuan atau keterampilan hanya dalam satu pertemuan saja.</div><div style="text-align: justify;">Agar tujuan dari proses pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan, maka guru sebelumnya harus benar-benar mengerti dan paham tentang model pembelajaran tematik, memahami cara menerapkan model pembelajaran tematik, mengerti konsep dari tematik, agar dalam aplikasinya tidak terjadi kekeliruan sehingga berpengaruh pada keluaran “hasil” bagi peserta didik. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Kunandar (2007 : 315), model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.</div><div style="text-align: justify;">2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.</div><div style="text-align: justify;">3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.</div><div style="text-align: justify;">4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.</div><div style="text-align: justify;">5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerjasama.</div><div style="text-align: justify;">6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.</div><div style="text-align: justify;">7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SD Muhammdiyah Negeri Sukonandi karena mengingat bahwa SD tersebut merupakan salah satu SD favorit di kota Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui sekaligus membuktikan apakah model pembelajaran tematik merupakan salah satu langkah yang digunakan guru di SD tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar para siswanya, sehingga SD tersebut mendapatkan predikat favorit dan dapat menghasilkan peserta didik yang benar-benar berkualitas serta memahami materi ajar. Tujuan akhirnya adalah agar peserta didik dapat mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Identifikasi Masalah</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1. Pengalaman belajar siswa yang kurang mendukung terciptanya kemauan belajar siswa.</div><div style="text-align: justify;">2. Rendahnya prestasi belajar siswa.</div><div style="text-align: justify;">3. Kurangnya minat guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat.</div><div style="text-align: justify;">4. Kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan model pembelajaran yang tepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Pembatasan Masalah</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran tematik pada pelajaran IPA di Kelas II SD Muhammadiyah Negeri Sukonandi Yogyakarta.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Perumusan Masalah</div><div style="text-align: justify;">Dari batasan masalah diatas maka perumusan masalah yang dapat peneliti rumuskan adalah “Apakah dengan penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">E. Tujuan Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Tujuan utama dari penelitian ini peneliti bagi menjadi dua, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">a. Tujuan umum</div><div style="text-align: justify;">Sebagai motivasi bagi guru agar mau melaksanakan model pembelajaran tematik dan mendorong minat belajar siswa karena menggunakan model pembelajaran yang menarik.</div><div style="text-align: justify;">b. Tujuan khusus</div><div style="text-align: justify;">Untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran tematik prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">F. Manfaat Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Penelitian yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Negeri Sukonandi Yogyakarta Kecamatan Umbulharho Yogyakarta ini menurut peneliti memiliki beberapa manfaat, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">1. Bagi Peneliti</div><div style="text-align: justify;">Penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran tematik.</div><div style="text-align: justify;">2. Bagi Guru</div><div style="text-align: justify;">Jika hasil penelitian ini dirasakan dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik, maka diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para guru agar dapat menerapkan model pembelajaran tematik sebagai usaha memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran. </div><div style="text-align: justify;">3. Bagi Siswa</div><div style="text-align: justify;">Dengan penelitian ini diharapkan prestasi belajar siswa meningkat</div><div style="text-align: justify;">4. Bagi Pembaca</div><div style="text-align: justify;">Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">G. Batasan Istilah.</div><div style="text-align: justify;">1. Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan“. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.</div><div style="text-align: justify;">2. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.</div><div style="text-align: justify;">Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian pembelajaran dapat diartikan secara khusus, berdasarkan aliran psikologi tertentu. Pengertian pembelajaran menurut aliran-aliran tersebut sebagai berikut: Menurut psikologi daya pembelajaran adalah upaya melatih daya-daya yang ada pada jiwa manusia supaya menjadi lebih tajam atau lebih berfungsi. Sedangkan menurut psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik, pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001: 24-25).</div><div style="text-align: justify;">3. Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat presentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix – xii).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>BAB II</b></div><div style="text-align: justify;"><b>KAJIAN TEORI</b></div><div style="text-align: justify;">A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar</div><div style="text-align: justify;">Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa, sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan“.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesimpulan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53), berpendapat belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”</div><div style="text-align: justify;">Kemudian Hamalik (1983:2), mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”</div><div style="text-align: justify;">Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.</div><div style="text-align: justify;">Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”</div><div style="text-align: justify;">Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.</div><div style="text-align: justify;">Pengertian lainnya, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B. Tinjauan Tentang model pembelajaran Tematik</div><div style="text-align: justify;">A. Pengertian Pembelajaran Tematik</div><div style="text-align: justify;">Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.</div><div style="text-align: justify;">Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.”</div><div style="text-align: justify;">“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa” Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.</div><div style="text-align: justify;">Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).</div><div style="text-align: justify;">Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan. </div><div style="text-align: justify;">Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: </div><div style="text-align: justify;">1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, </div><div style="text-align: justify;">2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; </div><div style="text-align: justify;">3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; </div><div style="text-align: justify;">4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; </div><div style="text-align: justify;">5) Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; </div><div style="text-align: justify;">6) Peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; </div><div style="text-align: justify;">7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.</div><div style="text-align: justify;">Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri. Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya: </div><div style="text-align: justify;">1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar; </div><div style="text-align: justify;">2) Kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa; </div><div style="text-align: justify;">3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; </div><div style="text-align: justify;">4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; </div><div style="text-align: justify;">5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan </div><div style="text-align: justify;">6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. </div><div style="text-align: justify;">Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.</div><div style="text-align: justify;">Karena pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, maka dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.</div><div style="text-align: justify;">Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut: </div><div style="text-align: justify;">1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.</div><div style="text-align: justify;">2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.</div><div style="text-align: justify;">3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.</div><div style="text-align: justify;">4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.</div><div style="text-align: justify;">5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.</div><div style="text-align: justify;">Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.</div><div style="text-align: justify;">2. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.</div><div style="text-align: justify;">3. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.</div><div style="text-align: justify;">4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.</div><div style="text-align: justify;">5. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.</div><div style="text-align: justify;">B. Kaitan Pembelajaran Tematik dengan Standar Isi</div><div style="text-align: justify;">Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Mata pelajaran yang harus dicakup adalah :</div><div style="text-align: justify;">1. Pendidikan agama, </div><div style="text-align: justify;">2. Pendidikan kewarganegaraan, </div><div style="text-align: justify;">3. Bahasa Indonesia, </div><div style="text-align: justify;">4. Matematika, </div><div style="text-align: justify;">5. Ilmu pengetahuan alam, </div><div style="text-align: justify;">6. Ilmu pengetahuna sosial, </div><div style="text-align: justify;">7. Seni budaya dan keterampilan, dan </div><div style="text-align: justify;">8. Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. </div><div style="text-align: justify;">Dalam pembelajaran tematik, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam standar isi harus dapat tercakup seluruhnya karena sifatnya masih minimal. Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar itu dapat diperkaya dengan muatan lokal atau ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA </div><div style="text-align: justify;">Carin (1985) mendefinisikan IPA sebagai sistem pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen. Sementara itu Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan IPA sebagai, (1) proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris, (2) informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis, dan (3) kombinasi antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam bentuk kumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA dapat dipandang sebagai produk yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, dan dapat juga dipandang sebagai proses yaitu sebagai pola berfikir atau metode berfikirnya. Sedangkan sikap yang dibutuhkan dalam metode ilmiah berupa sikap ilmiah yang antara lain berupa hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, cermat, kritis, tekun, terbuka, dan penuh tanggung jawab.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Tinjauan Tentang Siswa</div><div style="text-align: justify;">Menurut Yaumil Achir, dalam Reni Akbar-Hawadi (2001 : 39), menguraikan bahwa fokus perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada dunia akademis dan intelektual. Untuk periode ini, yang menonjol adalah banyaknya kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Syaiful bahri Djamarah (2005:51), anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. </div><div style="text-align: justify;">Menurut Sutari Imam Barnadib, dkk (dalam Syaiful bahri Djamarah, (2005:52), bahwa anak didik mempunyai karakteristik tertentu, takni :</div><div style="text-align: justify;">1. Belum mempunyai pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru),</div><div style="text-align: justify;">2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,</div><div style="text-align: justify;">3. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang biologis serta perbedaan individual.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">E. Kerangka Berfikir</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dalam proses pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPA guru memberikan sebuah tema. Seperti contoh diatas, tema yang disampaikan adalah tentang binatang. Berdasarkan tema tersebut guru mengaitkannya dengan beberapa mata pelajaran lainnya, seperti bahasa indonesia, matematika, pendidikan agama dan kerajinan tangan dan kesenian, atau dapat juga dihubungkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen. Siswa dapat melatih kemampuan berpikirnya, berpikir kritis, melatih keterampilan dan kreativitasnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa, dalam waktu yang bersamaan siswa dapat belajar beberapa mata pelajaran sekaligus, yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">F. Hipotesis Tindakan </div><div style="text-align: justify;">Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>BAB III</b></div><div style="text-align: justify;"><b>METODE PENELITIAN</b></div><div style="text-align: justify;">A. Pendekatan Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif, dimana peneliti melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Kasihani Kasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3), bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan beberapa definisi oleh para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tindakan kelas adalah segala daya upaya yang dilakukan oleh guru berupa kegiatan penelitian tindakan atau arahan dengan tujuan dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.</div><div style="text-align: justify;">B. Desain Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Menurut S. Nasution (2006:23), desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.</div><div style="text-align: justify;">Model penelitian pada penelitian ini merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart, Suharsimi Arikunto (2007:16-19), yang meliputi menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).</div><div style="text-align: justify;">Kegiatannya divisualisasikan pada gambar dibawah ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gambar 2. Proses penelitian tindakan</div><div style="text-align: justify;">Keterangan :</div><div style="text-align: justify;">1. Perencanaan</div><div style="text-align: justify;">2. Tindakan dan observasi I</div><div style="text-align: justify;">3. Refleksi I</div><div style="text-align: justify;">4. Rencana revisi</div><div style="text-align: justify;">5. Tindakan dan observasi II</div><div style="text-align: justify;">6. Refleksi II</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">C. Pengembangan dan Pengkajian Instrumen Tindakan</div><div style="text-align: justify;">1. Putaran pertama atau siklus I</div><div style="text-align: justify;">a. Perencanaan</div><div style="text-align: justify;">Sebelum melaksanakan model pembelajaran tematik direncanakan beberapa kegiatan, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">1) Pembuatan persiapan pembelajaran tematik pelajaran IPA kelas II SD.</div><div style="text-align: justify;">2) Observasi</div><div style="text-align: justify;">Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran tematik.</div><div style="text-align: justify;">3) Identifikasi permasalahan dalam pembelajaran tematik</div><div style="text-align: justify;">Kegiatan ini dilakukan agar mengetahui permasalahan apa yang akan dihadapi oleh siswa dan dapat menentukan cara menyelesaikan masalah tersebut.</div><div style="text-align: justify;">4) Menentukan cara atau metode dalam melaksanakan pembelajaran tematik.</div><div style="text-align: justify;">5) Menyusun rencana penelitian</div><div style="text-align: justify;">Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus tindakan kelas.</div><div style="text-align: justify;">b. Tindakan dan observasi I</div><div style="text-align: justify;">1) Kegiatan awal</div><div style="text-align: justify;">Pretes : Guru bertanya kepada siswa, pertanyaannya adalah sebutkan tiga jenis makhluk hidup yang hidup dibumi.</div><div style="text-align: justify;">2) Kegiatan inti</div><div style="text-align: justify;">a) Guru menampilkan gambar-gambar binatang, binatang tersebut adalah kuda, sapi, badak, kambing, dan rusa.</div><div style="text-align: justify;">b) Siswa menyebutkan nama-nama binatang tersebut.</div><div style="text-align: justify;">c) Siswa menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar.</div><div style="text-align: justify;">d) Siswa mewarnai gambar binatang yang telah disiapkan oleh guru.</div><div style="text-align: justify;">e) Guru menampilkan sebuah puisi yang berjudul kuda.</div><div style="text-align: justify;">f) Guru memberikan contoh cara membaca puisi dengan intonasi yang tepat.</div><div style="text-align: justify;">g) Siswa membaca puisi secara bersama-sama.</div><div style="text-align: justify;">h) Beberapa orang siswa maju untuk membacakan puisi tesebut dengan gaya masing-masing.</div><div style="text-align: justify;">i) Guru memberikan penjelasan bahwa sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, kita sebagai manusia harus selalu menyayangi semua ciptaannya. Salah satunya adalah menyayangi binatang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3) Kegiatan akhir</div><div style="text-align: justify;">Pemberian postes</div><div style="text-align: justify;">Siswa diberi tugas untuk menuliskan lima ekor binatang peliharaan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.</div><div style="text-align: justify;">c. Refleksi I</div><div style="text-align: justify;">Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk melihat kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran tesebut, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut. Yang terpenting, dalam refleksi ini peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah sesuai dengan rancangan skenario yang telah dibuat. Jika ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikiasi dan atau jika dirasakan sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya.</div><div style="text-align: justify;">2. Putaran kedua atau siklus II </div><div style="text-align: justify;">Putaran kedua atau siklus II dilakukan apabila apa yang dilakukan pada putaran pertama belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, apabila belum juga berhasil maka akan dilanjutkan dengan putaran berikutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">D. Subjek penelitian</div><div style="text-align: justify;">Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas II SD Muhammadiyah Negeri Sukonandi, Kabupaten Umbulharjo Yogyakarta.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">E. Setting Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan kegiatan pembelajaran.</div><div style="text-align: justify;">F. Metode Pengumpulan Data</div><div style="text-align: justify;">Metode Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Metode observasi</div><div style="text-align: justify;">Metode observasi yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian ini menggunakan observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.</div><div style="text-align: justify;">2. Metode wawancara</div><div style="text-align: justify;">Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan terpimpin. Dalam melakukan wawancara., pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">G. Instrument Penelitian</div><div style="text-align: justify;">Menurut Suharsismi Arikunto (1998:151), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. </div><div style="text-align: justify;">Dalam penelitian ini digunakan instrument penelitian berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara.</div><div style="text-align: justify;">1. Pedoman observasi </div><div style="text-align: justify;">Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Pedoman observasi dibuat peneliti dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.</div><div style="text-align: justify;">2. Pedoman wawancara</div><div style="text-align: justify;">Pedoman wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur, yaitu mula-mula interview menggunakan sederetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut satu persatu diperdalam guna mengorek keterangan lebih lanjut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">H. Teknik Analisis Data</div><div style="text-align: justify;">Teknik analisis data dalam penelitiann ini dilakukan dengan cara induktif. Menurut Noeng Muhadjir (1992), analisis induktif adalah mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit kemudian dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermakna yang telah dipilih seta disusun dalam satu kesatuan tersebut difokuskan/ditonjolkan pada hal-hal yang penting sehingga dapat memerikan gambaran tajam tentang hasil observasi dan wawancara.</div><div style="text-align: justify;">Dalam penelitian ini kegiatan analisis dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperolah dari guru kelas dan guru bidang studi. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">http://elmuttaqie.wordpress.com/2008/11/18/pengertian-dan-hakekat-pembelajaran/ </div><div style="text-align: justify;">http://ktiguru.blogspot.com/2008/07/pembelajaran-tematik.html</div><div style="text-align: justify;">http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/09/implikasi-pembelajaran-tematik/</div><div style="text-align: justify;">http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/07/arti-penting-pembelajaran-tematik/</div><div style="text-align: justify;">http://re-searchengines.com/rustanti30708.html</div><div style="text-align: justify;">http://smamda.sch.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=26& temid=9</div><div style="text-align: justify;">http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/model-pembelajaran-tematik-kelebihan-dan-kelemahannya/</div><div style="text-align: justify;">http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=323</div><div style="text-align: justify;">Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada.</div><div style="text-align: justify;">Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.</div><div style="text-align: justify;">Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-30871368597698977852011-01-26T12:07:00.001+07:002011-01-26T12:15:36.572+07:00Konflik dalam paradigma Sosiologi<div style="text-align: justify;"><b>Oleh : Irra Martiana S.Sos</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyiOTN2LFflVWQwAHZfT8aZjvP2To-S2wvA9YTeeHohUJHcZIJxECSpseJD2qTRn36uqLolLysM2OPhthDz9r21ba3QIHlSdmBVTa4BRDGZtm65u-1KrCmGLujPqL2Cb5fXd7p_9sJW9DL/s1600/teori+konflik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyiOTN2LFflVWQwAHZfT8aZjvP2To-S2wvA9YTeeHohUJHcZIJxECSpseJD2qTRn36uqLolLysM2OPhthDz9r21ba3QIHlSdmBVTa4BRDGZtm65u-1KrCmGLujPqL2Cb5fXd7p_9sJW9DL/s320/teori+konflik.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat manusia dimana pun berada akan senantiasa menghadapi kemungkinan terjadinya konflik. Sepanjang peradaban manusia di muka bumi, konflik merupakan warna lain kehidupan yang tidak bisa dihapuskan. Konflik atau pertentangan pada umumnya dianggap sesuatu yang tidak fungsional. Suatu sistem , pranata atau institusi yang acapkali mengalami <b>konflik menurut Wahyudi (1998) dinilai lebih tidak harmonis daripada sistem, pranata atau institusi lain yang relatif jarang mempunyai konflik. Pemahaman seperti ini lebih disebabkan oleh adanya kecenderungan dari kebanyakan orang untuk memilih strategi hidup yang akomodatif daripada harus memakai jalan yang sering menempatkan orang dalam posisi yang saling kontradiktif. (Agus surata, atasi konflik, 2001).</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat dapat mempergunakan strategi konflik dalam rangka mencapai target kekuasaan dan wewenangnya. Berbagai cara dalam strategi politik seperti penghembusan isu sosial politik, diplomasi kebijakan, ideologi dan rekayasa sosial politik dan adu domba.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Konflik dalam sosiologi dapat difahami sebagai paradigma fakta sosial yang memahami bahwa manusia pada prinsipnya tunduk atau mengikuti fakta sosialnya. Dalam hal ini teori konflik merupakan antitesa dari teori Fungsional struktural. Diantara keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda. Teori Fungsional struktural menilai bahwa fakta sosial atau realita sosial adalah fungsional. Sementara teori konflik menyoroti bahwa fakta sosial merupakan sumber pertentangan sosial. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ide pokok dari teori konflik dapat dirinci menjadi 3 yaitu :</div><ol style="text-align: justify;"><li>masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai dengan adanya pertentangan terus menerus diantara unsur-unsurnya</li>
<li>setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial</li>
<li>keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan oleh adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari golongan yang berkuasa.</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Sementara, ide pokok dari teori Fungsional Struktural yaitu :</div><ol style="text-align: justify;"><li> masyarakat berada dalam kondisi statis atau tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan</li>
<li>setiap elemen atau intitusi memberikan dukungan terhadap stabilitas</li>
<li>anggota masyarakat terikat secara informal oleh norma-norma, nilai dan moralitas umum.</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Wahyudi (1998) berkaitan dengan pandangan Ritzer (1992) tentang faktor penyebab timbulnya konflik di masyarakat, terutama mengenai perbedaan posisi dan wewenang membuat analisa dari teori konflik sebagai berikut :</div><ol style="text-align: justify;"><li> konflik sosial bersumber dari adanya distribusi kekuasaan yang tidak merata. Rasional pun menyebutkan bahwa tidak lah memungkinkan untuk dilakukan distribusi kekuasaan secara merata kepada seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu konflik akhirnya menjadi sebuah keniscayaan dalam masyarakat</li>
<li>konflik juga dapat berasal dari tidak tunduknya individu sebagai pihak yang dikuasai terhadap sanksi yang diberikan oleh pihak yang sedang berada pada posisi menguasai</li>
<li>Konflik merupakan fungsi dari adanya pertentangan antara penguasa dengan yang dikuasai, dimana penguasa senantiasa ingin mempertahankan 'set properties' yang melekat pada kekuasaannya, sementara yang dikuasai selalu terobsesi untuk mewujudkan perubahan yang dianggapnya merupakan satu-satunya jalan untuk menggapai perbaikan posisi dirinya.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> Konflik adalah suatu keniscayaan yang realitasnya tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, membendung konflik agar tidak muncul adalah tindakan yang juga tidak bijaksana. Untuk konflik yang sudah terlanjur muncul, dapat diatasi dengan berbagai cara.</div><div style="text-align: justify;">Cara mengatasi konflik........</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>b e r s a m b u n g </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-72613407876988099842011-01-26T11:19:00.000+07:002011-01-26T11:19:33.246+07:00Sidang Adat suku Dayak, kasus penghinaan adat pada hasil penelitian sosiolog<div style="text-align: center;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRswNjEPgYAxuUk689ZCgtzFyjC0skh9J7P0YX53sO3N9JQAN2n" /></div><br />
<div style="text-align: justify;">Thamrin mendapat kecaman masyarakat Dayak karena pernyataannya sebagai saksi ahli dalam persidangan kasus video porno Nasril Irham (Ariel Peterpan). Tamrin menyatakan, bersenggama tanpa ikatan perkwainan merupakan hal biasa dalam masyarakat Dayak.<br />
<br />
Pernyataan Thamrin tersebut menimbulkan protes keras dari semua kalangan masyarakat Dayak yang akhirnya membawa sosiolog UI ini ke dalam persidangan Adat Dayak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Thamrin Amal Tomagola dilaksanakan sidang adat dayak 21 Januari 2011. Sebuah sidang yang menarik, dilaksanakan secara terbuka, dan putusannya berupa denda. Thamrin Amal Tomagola, <i>Sosiolog </i>Universitas Indonesia (UI) yang dianggap telah melecehkan suku Dayak memastikan diri hadir dan bersedia menjalani sidang adat secara terbuka, Sabtu 21 Januari 2011, di Palangka Raya.<br />
<br />
Hal itu disampaikan Siun Jarias, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional (MADN). “Intinya dia bersedia datang ke Palangka Raya untuk menghadiri sidang adat dan minta maaf kepada seluruh warga Dayak,” kata Siun, di Palangka Raya.<br />
<br />
Isi suratnya, "Thamrin menyatakan kesediaannya itu demi memelihara dan mengembalikan kondisi pola hubungan seperti semula," jelas siun</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Siun mengatakan, sidang adat untuk Thamrin nanti berbeda dengan sidang dalam peradilan umum. <b>Sidang adat Dayak tidak mengenal sanksi atau hukuman kurungan badan, melainkan denda yang biasa disebut jipen.</b> </div><a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Hasil Putusan Sidang adat</b></div><div style="text-align: justify;">Dalam putusan Sidang Adat Dayak digelar di Betang Nganderang Palangka Raya, guru besar Universitas Indonesia, Prof Dr Thamrin Amal Tomagola, didenda lima pikul atau 500 kilogram gong dan membayar biaya sidang sebesar Rp77,777 juta, terkait pernyataannya. "Selain itu, Thamrin juga diperintahkan meminta maaf dihadapan majelis hakim adat dan masyarakat Dayak secara nasional serta mencabut pernyataan pada saat menjadi saksi ahli di persidangan video mesum Nazril Ilham, di PN Bandung," kata Ketua Majelis Hakim Adat, Drs Lewis KDR, di Palangka Raya, Sabtu. Menurutnya, dengan putusan sidang tersebut sifatnya mengikat dan final, maka tidak ada lagi tuntutan masyarakat yang mengatasnamakan masyarakat Adat Dayak terhadap Thamrin Amal Tomagola. "Dengan demikian kita berharap kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini, karena atas perbuatan Thamrin tersebut telah melanggar kesepakatan damai Tumbang Anoi tahun 1894 lalu," ujarnya. Sementara, anggota Hakim Adat Dayak, Drs Lukas Tingkes, menyatakan, dakwaan yang dikenakan pada Thamrin adalah telah menghina Suku Dayak, baik harkat maupun martabat. Bahkan apa yang dinyatakan Thamrin pada sidang Nazril Ilham, tidak masalah melakukan senggama bagi sebagian masyarakat Suku Dayak tanpa ikatan perkawinan didasarkan hasil penelitiannya dinilai sangat menyakitkan. <br />
<br />
"Budaya Dayak dari generasi ke generasi tetap dijaga sampai sekarang dan hukum adat tetap berlaku sampai sekarang," terangnya. Dijelaskannya, ada lima pasal yang dikenakan pada sidang adat terhadap Thamrin. Kelima pasal itu adalah pasal 13, pasal 50, pasal 52, dan pasal 68. Dari pasal itu masing-masing ada sanksi yang harus ditanggung Thamrin. Terpisah, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Agustin Teras Narang SH, mengatakan, masyarakat Dayak sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Begitu pula dengan falsafah Huma Betang, selalu menjunjung kejujuran, kesetaraan, kebersamaan, dan menjunjung tinggi adat. "Belom Bahadat merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi masyarakat Dayak, apalagi yang namanya perkawinan merupakan hal yang sangat sakral," tegasnya. Kemudian, sambung dia, dengan adanya perbedaan adat, budaya, dan agama tidak akan terjadi penonjolan maupun membeda-bedakan. Justru dengan perbedaan itu merupakan suatu kekayaan budaya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">referensi : dari berbagai sumber</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-77962783563468728652010-12-31T23:33:00.008+07:002011-01-01T01:09:17.250+07:00Perayaan tahun baru, kajian sosiologi<div style="text-align: justify;">Perayaan tahun baru (tahun baru masehi) menjadi agenda tahunan yang sayang untuk dilewatkan bagi seluruh generasi. Momen pergantian tahun ini dijadikan media refleksi tahun lalu dan resolusi untuk tahun yang akan hadir. Jutaan bahkan milyaran manusia mempersiapan hajatan tahunan yaitu pesta tutup tahun sekaligus menyambut datangnya tahun baru, dan ini senantiasa berulang setiap tahun. Dari kota-kota besar (metropolitan dan megapolitan) sampai ke kota-kota kecil bahkan mungkin desa-desa terpencil di bumi ini, semuanya larut dalam kegembiraan dan eufhoria datangnya tahun baru tak terkecuali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Sekilas tentang</b><b> Tahun baru</b></div><div style="text-align: justify;">Perayaan tahun baru yang selalu dilakukan dengan berbagai cara pada tanggal 1 Januari secara historis berawal dari apa yang di lakukan oleh Julius Caesar pada saat dia dinobatkan sebagai kaisar Roma pada tahun 45 sebelum Masehi, artinya ini bukan berasal dari tradisi Kristen seperti yang selama ini dipahami, karena perayaan Natal dan Tahun Baru berbeda antara Kristen Ortodoks dengan Kristen lainnya sebab Kristen Ortodoks memakai kalender Julian yang dibuat oleh Julius Caesar sementara mayoritas Kristen memakai kalender Gregorian yang merupakan penyempurnaan dari kalender Julian atas persetujuan dari Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582. Di Eropa juga pada awalnya tidak terjadi keseragaman dalam penetapan awal tahun, kalaupun pada tanggal 1 Januari 1622 telah diadakan upaya penyeragaman penggunaan kalender Gregorian, misalnya Inggris baru menggunakannya pada tahun 1752, Rusia tahun 1918 dan Yunani 1923. Yang jadi pertanyaan adalah apa yang menjadi dasar untuk merayakan tahun baru, apakah kita mengikuti Julius Caesar? Paus Gregorius XIII?, merayakan awal penanggalan Masehi yang konon katanya dihitung sejak lahirnya Nabi Isa (Yesus) yang sebenarnya juga masih simpang siur atau hanya ikut-ikutan?.</div><div style="text-align: justify;">Adapula tahun baru Islam yang menggunakan perhitungan hijriyah. Jelas berbeda dengan perhitungan Masehi. <span style="font-size: 12pt;">Sekedar mengingatkan, bahwa Tahun Hijriah atau Tahun Baru Islam, bukan dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad SAW, tapi tahun saat beliau hijrah (pindah) atau mengungsi dari Kota Mekah ke Madinah, karena mau dibunuh oleh orang-orang kafir Quraish saat itu. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Perayaan Tahun baru Masehi</b></div><div style="text-align: justify;">Secara sosiologis terjadi sosialisasi informasi dari generasi ke generasi melalui berbagai media baik itu keluarga, lingkungan dan pertemanan mengenai cara dan kebiasaan merayakan pesta pergantian tahun. Mungkin tidak berupa pesta, tetapi dapat berupa eufhoria juga pemaknaan khusus terhadap momen pergantian tahun. Setiap tanggal 1 Januari, kalender kita berwarna merah yang artinya pada tanggal itu segala kegiatan atau rutinitas bagi semua orang yang berada dibawah regulasi suatu sistem tempat dimana ia menjadi unsurnya diliburkan. Artinya kita diberi kesempatan untuk menghargai jatuhnya awal tahun baru. Pada saat liburan tersebut, media televisi menyuguhkan acara-acara menarik menyambut tahun baru seperti live music dan pesta kembang api pada detik-detik pergantian tahun. Tempat wisata pun turut memeriahkan dengan special event pergantian tahun. Bahkan para pejabat pun hadir sebagai pembuka acaranya. Masyarakat dimanjakan dengan pesta pergantian tahun tersebut. </div><div style="text-align: justify;">Perayaan tahun baru Masehi berupa pesta, euforia, dan pemaknaan khusus sebagai cara dan adapula yang menjadi kebiasaan. Dalam kajian sosiologi dan anthropologi, cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus. Norma ini berdaya ikat sangat lemah sehingga pelanggaran terhadapnya tidak akan mendapatkan hukuman/sanksi yang berat, hanya sekedar celaan atau teguran dari anggotanya. </div><div style="text-align: justify;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. </div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">Akan tetapi cara dan kebiasaan perayaan pesta tahun baru dapat menjadi anomali ketika perayaan tersebut berlawanan dengan tata kelakuan (<i>mores</i>) batasan-batasan perilaku individu dalam kelompok masyarakat seperti mengkonsumsi narkoba, seks bebas, kebut-kebutan dijalan dan membuat keributan. Bahkan bertentangan dengan adat istiadat (<i>folkways</i>) sistem nilai <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sehingga dapat menghasilkan sanksi yang keras baik langsung maupun tidak langsung kepada pelakunya. </span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan kata lain, cara dan kebiasaan pun jika melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma kebiasaan, norma hukum dan kode etik, jelas bukan suatu cara dan kebiasaan yang dijadikan patokan dalam setiap perayaan pesta pergantian tahun.</span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Akhir kata, kami mengucapkan <b><span style="color: red;">SELAMAT TAHUN BARU 2011</span></b>, semoga tahun ini menjadikan titik tolak untuk perbaikan dari tahun sebelumnya .</span> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-43611474023979932662010-11-06T08:55:00.000+07:002010-11-06T08:55:37.982+07:00<div style="text-align: center;"><img height="320" src="http://www.fotografer.net/isi/galeri/foto.php?id=162717&s=1" width="207" /> </div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-69042643994438179052010-09-04T09:41:00.001+07:002010-10-19T23:19:39.816+07:00<div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp3OBjM1nnHE2vcf4UlaQS_6qOqfvPD5SrqCxB7EgL7GvMtoH-T5rK8eK8GENJSfI46IHZokrP7PXM94pS73n5BeI4Q8YdB_DevQLt1DYsBVTn9YrZQPZF9qgM9jxF3LQQxLyKq2fLh_Ms/s1600/lebaran2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp3OBjM1nnHE2vcf4UlaQS_6qOqfvPD5SrqCxB7EgL7GvMtoH-T5rK8eK8GENJSfI46IHZokrP7PXM94pS73n5BeI4Q8YdB_DevQLt1DYsBVTn9YrZQPZF9qgM9jxF3LQQxLyKq2fLh_Ms/s320/lebaran2.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-28253100534299425532010-08-08T20:27:00.000+07:002010-08-08T20:27:07.903+07:00TUGAS<blink></blink><br />
<div style="color: red; text-align: justify;"><blink><b>Tugas untuk kelas XI IPS 3 dan XI IPS 4</b></blink><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><div style="color: black;"><br />
8 Agustus 2010<br />
Pada deskripsi di depan, telah diungkapkan dengan jelas berbagai macam diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial yang ada di masyarakat. Bersama teman sekelompokmu cobalah lakukan pengamatan sederhana di lingkungan sekitarmu. Carilah bentuk-bentuk diferensiasi sosial yang ada berdasarkan ras, etnis, agama, dan gender beserta stratifikasinya yang ada dalam masyarakat. Ungkapkan bentuk diferensiasi dan stratifikasi tersebut secara deskriptif dan diskusikan masalah-masalah sosial yang ditimbulkan dalam penggolongan tersebut. Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan pengamatan (dapat ditulis tangan atau diketik). </div></div><div style="color: black; text-align: justify;"><br />
<b>Guna mengembangkan wawasan dan kepentingan pembuatan tugas laporan:</b></div><div style="color: black; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: black;"><b>1. Mengunjungi perpustakaan<br />
2. Melakukan eksplorasi data di internet<br />
3. Konsultasi dengan tokoh masyarakat<br />
4. Sekelompok maksimal 6 orang!<br />
5. Hasil pengamatan minimal 1 lembar<br />
6. Dikumpulkan pas masuk KBM…</b></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-84899749871363197262010-07-22T13:07:00.001+07:002010-07-30T09:23:33.292+07:00Sociology for begginer<div style="text-align: justify;"><img height="275" src="http://www.dikmenum.go.id/data/Image/Berita/Desember%202008/Berita%20071208/Peserta%20mendengarkan%20pengarahan%20dari%20instruktur%20dalam%20kegiatan%20Challenge%20Ropes%20Course.jpg" width="400" /></div><div style="text-align: justify;"><b>Sociology</b> is the study of the social lives of humans, groups and societies, sometimes defined as the study of social interactions. It is a relatively new academic discipline that evolved in the early 19th century. It concerns itself with the social rules and processes that bind and separate people not only as individuals, but as members of associations, groups, and institutions. Sociology is interested in our behavior as social beings; thus the sociological field of interest ranges from the analysis of short contacts between anonymous individuals on the street to the study of global social processes.</div><br />
<b>Contents</b> <script type="text/javascript">
showTocToggle("show","hide")
</script><span class="toctoggle"></span> <br />
<ol><li><a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/07/history-of-sociology.html">History</a></li>
<li><a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/07/science-of-sociology.html">The science of sociology</a></li>
<li><a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/07/social-theory.html">1 Social theory</a><br />
<a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/07/sociology-and-internet.html">2 Sociology and the Internet</a><br />
<a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/07/sociology-and-other-social-sciences.html">3 Sociology and other social sciences</a><br />
</li>
</ol><i>source : about sociology.com</i><br />
<div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-50357111635023191062010-07-20T13:03:00.001+07:002010-07-30T09:27:29.877+07:00Social Theory<div style="text-align: center;"><img height="300" src="http://anggifoundation.blogdetik.com/files/2008/10/1_900750328l.jpg" width="400" /></div><div style="text-align: justify;">Social theory is often considered a branch of sociology that is less concerned with explaining patterns of social life using the scientific method and more concerned with analyzing macro social structures using theoretical frameworks. Because of this, social theorists are often suspicious or critical of sociologists who model their work off of the successful “objective“ natural sciences like physics or chemistry.<br />
Often, however, science-based research can and will complement an underlying social theory. For instance, statistical research grounded in the scientific method that shows a severe income disparity between women and men performing the same occupation can complement a social theory such as either feminism or patriarchy.<br />
Extremely critical theorists , such as deconstructionists or postmodernists, may argue that any type of research or method is inherently flawed while other theorists prefer to describe themselves as social theorists because they are either critical of the sociological community or were not trained as sociologists.<br />
<br />
Many times, however, social theory is defined as such because the social reality it describes is so overarching as to be unprovable. The social theories of modernity or anarchy might be two examples of this.</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-45532935114717361792010-07-20T12:25:00.000+07:002010-07-22T13:00:56.071+07:00Sociology and other social sciences<div style="text-align: justify;">In the early 20th century, sociologists and psychologists who conducted research in non-industrial societies contributed to the development of anthropology. It should be noted, however, that anthropologists also conducted research in industrial societies. Today sociology and anthropology are better contrasted according to different theoretical concerns and methods rather than objects of study.<br />
Sociobiology is a relatively new field to branch from both the sociology and biology disciplines. Although the field once rapidly gained acceptance, it has remained highly controversial as it attempts to find ways in which social behavior and structures can be explained by evolutionary and biological processes. Sociobiologists are often criticized by sociologists for depending too greatly on the effects of genes in defining behavior. Sociobiologists often respond, however, by citing a complex relationship between nature and nurture. In this regard, sociobiology is closely related to anthropology, zoology, and evolutionary psychology. Nonetheless, by most in the discipline, its ideas are considered verboten. Some sociobiologists, such as Richard Machalek, call for the field of sociology to encompass the study of non-human societies along with human beings.<br />
Sociology has some links with social psychology, but the former is more interested in social structures and the latter in social behaviors.<br />
A distinction should be made between these and forensic studies within these disciplines, particularly where anatomy is involved. These latter studies might be better named as Forensic psychology.<br />
As shown by the work of Marx and others, economics is often influenced by sociological theories.</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-25004339338179839072010-07-20T12:22:00.001+07:002010-07-30T09:30:49.265+07:00Sociology and the Internet<div style="text-align: justify;"><img height="305" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:HvDjMZYDwA2qzM::&t=1&usg=__LtGz0EAh73ROFYGJG_FFNVO1hFA=" width="400" /></div><br />
<div style="text-align: justify;">The Internet is of interest for sociologists in three ways: as a tool for research, for example, in using online questionnaires instead of paper ones, as a discussion platform, and as a research topic. Sociology of the Internet in the last sense includes analysis of online communities (e.g. as found in newsgroups), virtual communities and virtual worlds organisational change catalysed through new media like the Internet, and societal change at-large in the transformation from industrial to informational society (or to information society).</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-11594611106434326662010-07-20T12:20:00.005+07:002010-07-30T09:45:54.654+07:00The science of sociology<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:zW3kT1wYnb_phM" /></div><br />
<div style="text-align: justify;">Although sociology emerged in large part from Comte's conviction that sociology eventually would subsume all other areas of scientific inquiry, in the end, sociology did not replace the other sciences. Instead, sociology came to be identified with the other social sciences (i.e., psychology, economics, etc.). Today, sociology studies humankind's organizations, social institutions and their social interactions, largely employing a comparative method. The discipline has concentrated particularly on the organization of complex industrial societies. Recent sociologists, taking cues from anthropologists, have noted the "Western emphasis" of the field. In response, many sociology departments around the world are encouraging multi-cultural and multi-national studies.<br />
<br />
Today, sociologists research macro-structures that organize society, such as race or ethnicity, social class, gender roles, and institutions such as the family; social processes that represent deviation from, or the breakdown of, these structures, including crime and divorce; and micro-processes such as interpersonal interactions and the socialization of individuals.<br />
<br />
Sociologists often rely on quantitative methods of social research to describe large patterns in social relationships and in order to develop models that can help predict social change. Other branches of sociology believe that qualitative methods - such as focused interviews, group discussions and ethnographic methods - allow for a better understanding of social processes. Some sociologists argue for a middle ground that sees quantitative and qualitative approaches as complementary. Results from one approach can fill gaps in the other approach. For example, quantitative methods could describe large or general patterns while qualitative approaches could help to understand how individuals understand those patterns.<br />
<br />
Arguably the most scientific work in the history of the discipline is that published by Donald Black, whose work not only reinvents sociology in nearly every regard but even explains why sociology is, in the main, not scientific.</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-55085431263013596022010-07-20T12:07:00.009+07:002010-07-30T09:48:13.139+07:00History of Sociology<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:pJg5BN_L7PWvoM::&t=1&usg=__RjMaZYiW5JLjxoL6BFEkQiyP2Jc=" /></div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Sociology is a relatively new academic discipline among other social sciences including economics, political science, anthropology, and psychology. The ideas behind it, however, have a long history and can trace their origins to a mixture of common human knowledge and philosophy.<br />
Sociology as a scientific discipline emerged in the early 19th century as an academic response to the challenge of modernity: as the world was becoming smaller and more integrated, people's experience of the world was increasingly atomized and dispersed. Sociologists hoped not only to understand what held social groups together, but also to develop an antidote to social disintegration.<br />
The term "sociology" was coined by Auguste Comte in 1838 from Latin socius (companion, associate) and Greek logia (study of, speech). Comte hoped to unify all studies of humankind--including history, psychology and economics. His own sociological scheme was typical of the 19th century; he believed all human life had passed through the same distinct historical stages and that, if one could grasp this progress, one could prescribe the remedies for social ills.<br />
The first book with the term 'sociology' in its title was written in the mid-19th century by the English philosopher Herbert Spencer. In the United States, the discipline was taught by its name for the first time at the University of Kansas, Lawrence in 1890 under the course title Elements of Sociology (the oldest continuing sociology course in America) and the first full fledged university department of sociology in the United States was established in 1892 at the University of Chicago by Albion W. Small, who in 1895 founded the American Journal of Sociology . The first European department of sociology was founded in 1895 at the University of Bordeaux by Emile Durkheim, founder of L'Année Sociologique (1896). In 1919 a sociology department was established in Germany at the Ludwig Maximilians University of Munich by Max Weber and in 1920 in Poland by Florian Znaniecki. The first sociology departments in the United Kingdom were founded after the Second World War. <br />
<br />
<br />
<b>Max Weber</b><br />
International cooperation in sociology began in 1893 when Rene Worms founded the small Institut International de Sociologie that was eclipsed by the much larger International Sociologist Association starting in 1949. In 1905 the American Sociological Association, the world's largest association of professional sociologists, was founded.<br />
Other "classical" theorists of sociology from the late 19th and early 20th centuries include Karl Marx, Ferdinand Toennies, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto, and Max Weber. Like Comte, none of these sociologists thought of themselves as just "sociologists". In particular, their works address religion, education, economics, psychology, ethics, philosophy, and theology. With the exception of Marx, their most enduring influence has been on sociology, and it is in this field that their theories are still considered most applicable.<br />
<br />
<br />
<b>Karl Marx</b><br />
Early sociological studies considered the field to be similar to the natural sciences like physics or biology. As a result, many researchers argued that the methods and methodology used in the 'hard' sciences were perfectly suited for use in the study of sociology. The effect of employing the scientific method and stressing empiricism was the distinction of sociology from theology, philosophy, and metaphysics. This also resulted in sociology being recognized as an empirical science. This early sociological approach, supported by August Comte, led to positivism, a methodological approach based on sociological naturalism.<br />
However, as early as the 19th century positivist and naturalist approaches to studying social life were questioned by scientists like Wilhelm Dilthey and Heinrich Rickert, who argued that the natural world differs from the social world, as human society has unique aspects like meanings, symbols, rules, norms, and values. These elements of society result in human cultures. This view was further developed by Max Weber, who introduced antipositivist (humanistic sociology). According to this view, which is closely related to antinaturalism, sociological research must concentrate on humans and their cultural values. This has led to some controversy on how one can draw the line between subjective and objective research and also influenced hermeneutical studies.</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-42889937689201881782010-07-03T13:22:00.006+07:002010-07-30T09:50:45.975+07:00Social change<div style="text-align: justify;"><img .="" height="240" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:Chl_anh7aMZkzM::&t=1&usg=__kpG23MVy7WDr1Ced5f6uhNBRKak=" width="320" /></div><div style="text-align: justify;"><br />
Social change refers to acts of advocacy for the cause of changing society in a positive way.<br />
The term has significance to the study of history, economies and politics, and includes topics such as the success or failure of different political systems, globalization, democratization, development and economic growth. The term can encompass concepts as broad as revolution and paradigm shift, to narrow changes such as a particular cause within small town government.<br />
<br />
Social change is about how societies change, from the grand scale, for example, evolution of societies, to the small scale.<br />
<br />
Social change is generally a branch of sociology, but also involves political science, economics, history, anthropology and many other social sciences.<br />
<br />
<b>Global trends</b><br />
Some recent trends in global change are that the world population has become more concentrated in the less developed world and in cities, there has been a tremendous growth in internet use, infant mortality rates have declined, illiteracy has declined, more people are living in freedom, GDP per capita has increased, and poverty has declined.<br />
<br />
The changes did not happen equally throughout the world, however. For example, in 1960, infant mortality rate was more than 4.5 times higher in developing countries than it was among industrialized countries. In 2000, infant mortality rates in developing countries was about 10 times higher than was IMR in industrialized countries. That is, infant mortality rates declined faster among the more developed countries. There were similar disparities in illiteracy and political freedom. That is, conditions did improve among less developed countries, but not as much as they did among more developed countries.<br />
<br />
In addition, some countries experienced worsening of conditions, for example, increases in infant mortality rates, increases in illiteracy and less freedom. These patterns were complex through, as usually a country had a worsening in one of these conditions, but not in others. That is, there didn't seem to be any clear pattern of single countries experiencing overall worsening conditions. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-33372834900759779092010-07-01T13:14:00.002+07:002010-07-30T09:52:56.404+07:00Conflict theory<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTuP7ZOAoAwur0cSXfm3qBYBA5hHNK2xcHAnfxiOxozQyo2jvWNhjxdUlZ11sFdW_sqt8Sjb8ztqo-5awq1bF5XFwJtaz7z6naKyVYVZnLsaFwX58nvQEoemmCKBhSpVltY8yJGOHZU-8/s320/images%5B8%5D.jpg" width="320" /></div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"> In sociology and biology, conflict theory states that the society or organization functions so that each individual participant and its groups struggle to maximize their benefits, which inevitably contributes to social change such as changes in politics and revolutions. The theory is mostly applied to explain conflict between social classes in ideologies such as socialism and communism. The theory refutes functionalism, which considers that societies and organization function so that each individual and group plays a specific role, like organs in the body. There are radical basic assumptions (it is only conflict, which might explain social change), or moderate ones (custom and conflict are always mixed).<br />
<br />
In understanding conflict theory, competition plays a key part.<br />
The following are four primary assumptions of modern conflict theory:</div><ol><li>Competition. Competition over scarce resources (money, leisure, sexual partners, and so on) is at the heart of all social relationships. Competition rather than consensus is characteristic of human relationships.</li>
<li>Structural inequality. Inequalities in power and reward are built into all social structures. Individuals and groups that benefit from any particular structure strive to see it maintained.</li>
<li>Revolution. Change occurs as a result of conflict between competing interests rather than through adaptation. It is often abrupt and revolutionary rather than evolutionary.</li>
<li>War. Even war is a unifier of the societies involved, as well as war may set an end to whole societies. </li>
</ol><div style="text-align: justify;"><br />
Conflict theory was elaborated e. g. in the United Kingdom by Max Gluckman and John Rex , in the United States by Lewis A. Coser and Randall Collins , and in Germany (later the United Kingdom) by Ralf Dahrendorf, all of them being less or more influenced by Karl Marx, Ludwig Gumplovicz, Vilfredo Pareto, Georg Simmel, and other founder fathers of European sociology. </div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none; text-align: justify;"></div><div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-12569407400775794412010-06-09T00:41:00.007+07:002010-07-22T08:24:01.213+07:00Sekilas Info<b> 20 Juni 2010</b><br />
Leger RAPORT KELAS X-5......<a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/06/leger-raport-kelas-x-5.html"><i>klik disini</i></a> <blink> </blink><br />
<br />
<b>15 Juni 2010</b><br />
Nilai Raport<b> SOSIOLOGI Kelas X dan XI IS 3 & 4 ,<a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/06/nilai-raport.html">klik disini</a></b><br />
<b><br />
</b><br />
<b> 14 Juni 2010</b><br />
Pengumuman nilai ULUM khusus kelas X-2, X-3, X-4, <a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/06/nilai-ulum-x-2-x-3-x-4.html">klik disini</a> untuk melihatnya<br />
<br />
<b>10 Juni 2010</b><br />
Pengumuman nilai ULUM sosiologi telah terbit, termasuk update hasil remedial, <a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/06/nilai-ulum-kelas-x-1.html">klik disini</a> untuk melihatnya.<br />
<br />
<b>11 Juni 2010</b><br />
Pengumuman nilai ULUM sosiologi untuk kelas XI IS 3 & 4 telah terbit, , <a href="http://sosiologisma3.blogspot.com/2010/06/nilai-ulum-xi-is-3-4.html">klik disini</a> untuk melihatnya.<br />
<div activeid="-1" expanded="0" id="divCleekiAttrib" menubottom="0" menuleft="0" menuright="0" menutop="0" style="display: none;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-54581107186250052692010-06-06T21:00:00.002+07:002010-06-11T21:02:36.470+07:00Nilai Ulum XI IS 3 & 4<a title="View nilai XI on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/32898309/nilai-XI" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai XI</a> <object id="doc_708376916655308" name="doc_708376916655308" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"><param name="wmode" value="opaque"><param name="bgcolor" value="#ffffff"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><param name="FlashVars" value="document_id=32898309&access_key=key-lv6jrmoc9cwsmm6ruz3&page=1&viewMode=list"><embed id="doc_708376916655308" name="doc_708376916655308" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=32898309&access_key=key-lv6jrmoc9cwsmm6ruz3&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-9853542119447741852010-06-06T19:59:00.002+07:002010-06-14T20:05:22.980+07:00Nilai Ulum X-2, X-3, X-4<a title="View nilai x2-3-4 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/33012175/nilai-x2-3-4" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai x2-3-4</a> <object id="doc_810946810685016" name="doc_810946810685016" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"><param name="wmode" value="opaque"><param name="bgcolor" value="#ffffff"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><param name="FlashVars" value="document_id=33012175&access_key=key-tfga4ud5kvbt98lojvg&page=1&viewMode=list"><embed id="doc_810946810685016" name="doc_810946810685016" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=33012175&access_key=key-tfga4ud5kvbt98lojvg&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-35664018103851665792010-06-06T19:04:00.001+07:002010-06-15T19:10:04.269+07:00NILAI RAPORT<a href="http://www.scribd.com/doc/33065748/report" style="display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size-adjust: none; font-size: 14px; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal; margin: 12px auto 6px; text-decoration: underline;" title="View report on Scribd">report</a> <object data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" height="600" id="doc_789741054311046" name="doc_789741054311046" style="outline-color: -moz-use-text-color; outline-style: none; outline-width: medium;" type="application/x-shockwave-flash" width="100%"> <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=33065748&access_key=key-ym6yj376ueutokzx19h&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_789741054311046" name="doc_789741054311046" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=33065748&access_key=key-ym6yj376ueutokzx19h&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-40269244534747643232010-06-06T15:00:00.001+07:002010-06-09T15:02:35.444+07:00Kajian Sosiologi : Seks dan Media<div style="text-align: justify;"><b>Oleh: Irfan Intan Nurdiana S.Sos</b><br />
<br />
Awal Juni 2010 sejumlah media memberitakan tentang video skandal atau lebih familiar dengan sebutan video mesum aktris Indonesia terkenal.. Bahkan di beberapa forum dunia maya perbincangan mengenai peredaran video tersebut lebih penetratif di banding media cetak dan media tayang. Mulai dari investigasi pribadi yang berupaya memunculkan bukti keaslian pemeran video hingga perbincangan kosong yang mengedepankan syahwat. <br />
Mungkin kita pun belum lupa pada awal Oktober 2009, sejumlah media, khususnya televisi memberitakan tentang rencana kedatangan artis yang dikenal sebagai bintang film dewasa asal Jepang, Maria Ozawa alias Miyabi. Perempuan peranakan itu akan membintangi sebuah film Indonesia yang juga dibuat di Indonesia. Mereka, khususnya laki-laki yang suka berpetualang dalam “dunia syahwat” kemungkinan besar akan mengenal sosok Miyabi ini. <br />
Pro dan kontra pun muncul terkait dengan kedatangan Miyabi. Pihak yang pro, antara lain, mengatakan bahwa setiap orang berhak datang ke Indonesia, termasuk Miyabi. Sementara itu, yang kontra, antara lain mengatakan bahwa Miyabi tidak pantas datang ke Indonesia karena profesinya tersebut. <br />
Kasus Miyabi ini mirip dengan kasus akan terbitnya sebuah majalah dewasa, beberapa waktu yang lalu. Lewat media, terutama televisi, publik mengetahui bahwa pihak yang kontra adalah dari kalangan keagamaan dalam wadah organisasi. Akhirnya, majalah dewasa yang menyediakan hal-hal terkait dengan seks itu tidak jadi terbit di Indonesia. <br />
Adalah kenyataan sosiologis bahwa di Indonesia, seks lebih ditempatkan di ruang privat daripada di ruang publik. Berbeda dengan di negara Jepang,bahwa seks agaknya lazim ada di ruang publik. Oleh karena itu, di Jepang ada dan diizinkan majalah yang khusus mengulas tentang seks .(dikutip dari Puguh Utomo tentang Seks di ruang Privat dan Publik)<br />
Penempatan seks di ruang privat maupun publik sebentuk rekayasa sosial. Upaya itu sekaligus ingin membedakan manusia dan hewan mengenai perilaku seks. Manusia sendiri mengenal etika sebagai standar dalam berperilaku. Meskipun manusia memiliki etika, tetapi terkadang bisa sangat menjauh dari etika. Tentu saja perlu diingat bahwa etika sendiri memiliki sifat relatif. <br />
Di samping itu, penempatan seks di ruang privat itu sekaligus melindungi anak-anak. Akan tetapi, agaknya banyak yang bersepakat bahwa pendidikan seks yang baik bagi anak adalah penting. Dalam hubungan ini, perlu kemasan yang berbeda tentang seks di mata mereka. <br />
Di Indonesia, penempatan seks di ruang privat tidak berarti sepenuhnya tidak ada seks di ruang publik. Seks tetap ada di ruang publik di Indonesia dengan berbagai bentuk meskipun itu sembunyi-sembunyi.<br />
<br />
<b>Untuk masalah video mesum, apa yang terjadi jika adegan privat tersebut muncul di ruang publik?</b><br />
Maka pemeran video tersebut akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat luas dan sanksi hukum dari penegak hukum. Semua itu merupakan bentuk-bentuk pengendalian sosial.Sanksi sosial sebagai bentuk kontrol masyarakat yang bermuara dari sistem nilai & norma yang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat. Dalam hal ini sanksi sosial diberikan sebagai akibat dari perilaku menyimpang. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Banyak ragam sanksi sosial terhadap pelaku perilaku menyimpang seperti : pembatasan hak hingga pengucilan. Begitupula sanksi hukum seperti denda dan penjara.<br />
Pelaku penyebaran konten pornografi pun akan mendapatkan sanksi berat menurut UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, yaitu berupa denda uang dan kurungan. <br />
<br />
<b>Lalu pertanyaannya mengapa materi privat bisa hijrah ke Ruang publik? Atau bahkan mengapa materi Privat tidak sepenuhnya berada di ruangnya dan diam-diam menjadi konsumsi ruang Publik?</b><br />
Banyak faktor yang mendukung publikasi materi Privat, seperti dunia maya, tayangan televisi dan media cetak. Alih-alih memberitakan peristiwa penyebaran video, konten video itu yang menjadi target para pemirsa berita. Hingga banyak diburu oleh pengguna maya melalui forum dewasa maupun gratis-an sekalipun. atau bahkan melalui sharing konten melalui seluler atau melalui kepingan CD. Maka tak ayal media-media berita pun menjadi salah satu pelaku pendorong penyebaran materi Privat. <br />
Seperti dua sisi koin yang berbeda, media-media tersebut sekaligus menjadi media sanksi sosial dan media penyebaran materi privat atau pornografi dan pornoaksi ke ruang Publik. <br />
Akan tetapi media-media tersebut akan berwarna jika diberi warna oleh pelaku pemberi warna. Warna media akan menyimpang jika pelakunya berperilaku menyimpang. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-6508733435215390252010-06-06T08:50:00.001+07:002010-06-20T08:51:47.315+07:00LEGER RAPORT KELAS X 5<a title="View leger rapot X 5 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/33300948/leger-rapot-X-5" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">leger rapot X 5</a> <object id="doc_409830317236012" name="doc_409830317236012" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"><param name="wmode" value="opaque"><param name="bgcolor" value="#ffffff"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><param name="FlashVars" value="document_id=33300948&access_key=key-1w12l89bmu9geug7kcj3&page=1&viewMode=list"><embed id="doc_409830317236012" name="doc_409830317236012" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=33300948&access_key=key-1w12l89bmu9geug7kcj3&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-60976191315280388002010-06-03T20:51:00.002+07:002010-06-10T14:30:29.523+07:00Nilai ULUM (update)<a title="View nilai 1 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/32814050/nilai-1" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai 1</a> <object id="doc_612799617980822" name="doc_612799617980822" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"><param name="wmode" value="opaque"><param name="bgcolor" value="#ffffff"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><param name="FlashVars" value="document_id=32814050&access_key=key-14ns0nv2citkm6zfptz7&page=1&viewMode=list"><embed id="doc_612799617980822" name="doc_612799617980822" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=32814050&access_key=key-14ns0nv2citkm6zfptz7&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-23922289711886900902010-05-30T09:55:00.001+07:002010-05-31T12:32:18.372+07:00Nilai Revisi ALL<span class=”fullpost”></span><a title="View Nilai Revisi ALL on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/32187917/Nilai-Revisi-ALL" style="margin: 12px auto 6px; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; display: block; text-decoration: underline;">Nilai Revisi ALL</a> <object id="doc_659547402848021" name="doc_659547402848021" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline-color: -moz-use-text-color; outline-style: none; outline-width: medium;" width="100%" height="600"> <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=32187917&access_key=key-1rx8cfzofj9eyp0bw75w&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_659547402848021" name="doc_659547402848021" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=32187917&access_key=key-1rx8cfzofj9eyp0bw75w&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff" width="100%" height="600"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-39010132075761871892010-05-03T19:45:00.003+07:002010-05-31T12:33:10.821+07:00NILAI XI IS 4<span class=”fullpost”></span><a title="View Nilai XI IS4 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/30842816/Nilai-XI-IS4" style="margin: 12px auto 6px; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; display: block; text-decoration: underline;">Nilai XI IS4</a> <object id="doc_532974387305473" name="doc_532974387305473" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline-color: -moz-use-text-color; outline-style: none; outline-width: medium;" width="100%" height="600"> <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=30842816&access_key=key-246lt3qbjr47ryyj8cqx&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_532974387305473" name="doc_532974387305473" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=30842816&access_key=key-246lt3qbjr47ryyj8cqx&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff" width="100%" height="600"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-16507683857532845272010-05-03T19:44:00.001+07:002010-05-31T12:33:31.950+07:00REVISI NILAI XI IS 3<span class=”fullpost”></span><a title="View Nilai Baru XI IS3 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/30842819/Nilai-Baru-XI-IS3" style="margin: 12px auto 6px; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; display: block; text-decoration: underline;">Nilai Baru XI IS3</a> <object id="doc_464000122287629" name="doc_464000122287629" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline-color: -moz-use-text-color; outline-style: none; outline-width: medium;" width="100%" height="600"> <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=30842819&access_key=key-kbkyx69w31th0xh4x97&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_464000122287629" name="doc_464000122287629" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=30842819&access_key=key-kbkyx69w31th0xh4x97&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff" width="100%" height="600"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-61295105903081074242010-04-26T20:15:00.002+07:002010-04-26T20:16:18.238+07:00Nilai XI IS3<a title="View nilai XI IS 3 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/30511095/nilai-XI-IS-3" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai XI IS 3</a> <object id="doc_836735810396701" name="doc_836735810396701" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=30511095&access_key=key-q76l6k3iwoekodnmx7t&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_836735810396701" name="doc_836735810396701" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=30511095&access_key=key-q76l6k3iwoekodnmx7t&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-11943916376831257012010-04-18T08:18:00.005+07:002010-04-19T09:24:12.181+07:00Tugas Resume untuk kelas X-4, X-5 dan X-7Rangkum materi mengenai penerapan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat... <br />materi dapat dilihat dari buku sumber, LKS maupun modul di internet...<br />dikumpulin pada tanggal 26 april 2010 dalam buku catatan...<br /><br />LKS bagi yang sudah selesai segera dikumpulkan...Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-78271527132058977082010-04-11T11:37:00.006+07:002010-05-31T12:33:49.301+07:00MODUL KELOMPOK SOSIAL<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd-YBNO2LPt7EnjU17zQaAxBHZ1U0Ae6a3yz9b2Fx39kKMjHBqsZNefOtjcas7LXj8k4dtqVLn2jlxL7cBzt56MEcvw2EdAms-Jwusti_-cKUNqSvXNHYy0awcsf_XcuuL0Ps0M_3LVrvj/s1600/batik+tulis.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 270px; height: 188px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd-YBNO2LPt7EnjU17zQaAxBHZ1U0Ae6a3yz9b2Fx39kKMjHBqsZNefOtjcas7LXj8k4dtqVLn2jlxL7cBzt56MEcvw2EdAms-Jwusti_-cKUNqSvXNHYy0awcsf_XcuuL0Ps0M_3LVrvj/s320/batik+tulis.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5458734736833788818" border="0" /></a><br />KELOMPOK SOSIAL<br /><br />Faktor Yang Mendasari Terjadinya Kelompok Sosial<br />Nalusi manusia untuk selalu hidup dengan orang lain atau kecendrungan manusia untuk berkelompok disebut gregariousness dan Manusia itu juga disebut social animal¸yaitu hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.<br />Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:<br /> Keinginnan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat)<br /> Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya<span class="fullpost"><br /><br />1. kelompok Sosial<br />adalah dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan identitas dan berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, kelompok adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antar kelompok, dan kesadaran jenis.<br /><br />Menurut Bierstedt, ada 4 macam kelomok.<br />a. Kelompok statis yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis diantaranya.<br />Contoh: Kelompok penduduk usia 10 – 15 tahun disubuah kecamatan.<br />b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisai dan hubungan sosial diantara anggotanya.<br />c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.<br />Contoh : Kelompok pertemuan, kerabat.<br />d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak, dan komunikasi, serta memiliki organisasi formal.<br />Contoh : Negara, OSIS, pramuka.<br />Bergabung dengan sebuah kelompok bisa merupakan sesuatu yang kebetulan atau merupakan sebuah kebetulan. Dua factor utama yang tampaknya merupakan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bnentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.<span class="fullpost"></span><br />Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelegensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan yang meupakan factor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.<br />Perilaku kelompok, sebagaimana halanya semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Setiap kelompok memilikI suatu pandangan tentang perilaku mana yang di anggap pantas untuk di jalankan para anggotanya. Norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.<br />Norma muncul melalui proses iteraksi yang perlaha-lahan di antara anggota kelompok. Ppada saat seseorang berprilaku tertentu, pihak lain menilai kepantasan atau ketidak pantasan prilaku tersesbut, atau menyarankan prilaku alternative (secara langsung atau tidak langsung). Kumpulan interaksi inilah yang membentuk norma sabagai ‘kesepakatan’ bersama.<br /><br />Dasar pembentukkan kelompok sosial<br /> Faktor kepentingan yang sama (Common interest)<br /> Faktor darah atau keturunan yang sama (Common ancestry)<br /> Faktor geografis<br /> Faktor daerah asal yang sama<br /><br />Syarat-syarat terjadinya kelompok sosial:<br />• Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan<br />• Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya<br />• Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan tambah erat ,yaitu nasib yang sama,kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama ,mempunyai musuh bersama,<br />• Berstruktur, berakidah danmempunyai pola perilaku<br />• Bersistem dan berproses<br /><br /><br /><br />Ciri-ciri kelompok Sosial:<br />• Merupakan kesatuan yangnyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia yang lain<br />• Memiliki struktur social yang setiap anggotanya memiliki peran dan status tertentu<br />• Memiliki norma-norma yangmengatur hubungan di antara para anggotanya<br />• Memiliki kepentingan bersama<br />• Adanya interaksi dan komunikasi di antara para anggotanya<br /><br />Bentuk-bentuk kelompok sosial:<br />a. kelompok sosial yang teratur<br />• In Group dan Out Group<br />in-Group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya dalam kelompok tersebut. Sifat in-group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan kedekatan dengan anggota kelompok. Sedangkan out-group adalah kelompok yang diartikan kelompok yang berada di luar kelompok dirinya. Misalnya: Putri adalah siswi kelas X-1 SMA negeri 3 Subang, maka yang menjadi in-groupnya adalah kelas X-1. Sedangkan Out groupnya adalah kelas X-2 dan X-3<br />• Paguyuban (Gemeinshaft) dan Patembayan (Gesselschaft)<br />Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah serta kekal. Paguyuban mempunyai ciri-ciri hubungan akrab, bersifat pribadi dan ekslusif.<br />Tipe paguyuban:<br />- paguyuban karena ikatan darah, seperti keluarga,kekerabatan, kesukuan dan lain-lain<br />- Paguyuban karena tempat, seperti RT,RW dan lain-lain<br />- Paguyuban karena pikiran, seperti pergerakan mahasiswa, partai politik dan lain-lain<br />Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk jangka waktu yang pendek. Hubungannya bersifat untuk semua orang. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiranbelaka. Contohnya: interaksi melalui internet<br /><br />• Kelompok primer (primary Group) dan kelompok sekunder(secondary group)<br />Kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggota-anggotanya memiliki hubungan dengan personal dan bersifat langgeng. Contohnya: keluarga<br />Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar dan bersifat sementara, dibentuk untuk tujuan tertentu dan hubungan-hubungan antar anggota bersifat impersonal sehingga biasanya tidak langgeng. Contoh: kesebelasan sepak bola.<br /><br />• Formal Group dan Informal Group<br />Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya. Contohnya: birokrasi, perusahaan, negara dan sebagainya<br />Informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur yang pasti, terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang sehingga terjadi pertemuan kepentingan dan pengalaman. Contohnya: gank motor<br /><br />• Membership group dan reference group<br />Membership group adalah sutau kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggotanya. Reference group adalah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.<br /><br />b. kelompok sosial yang tidak teratur<br />• Kerumunan (crowd) adalah individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan<br />• Publik adalah orang-orang yang berkumpul yang mempunyai kesamaan kepentingan<br /><br />DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL<br />Pengertianproses perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, baik antar anggota kelompok maupun antara anggota suatu kelompok dengan kelompok lain.<br /><br />Faktor-faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial:<br />Faktor Ekstern:<br /> Perubabahan Situasi social<br /> Perubahan situasi ekonomi<br /> Perubahan situasi politik<br />Faktor Intern:<br /> Adanya konflik antaranggota Kelompok<br /> Adanya perbedaan kepentingan<br /> Adanya perbedaan paham<br /><br />Proses perkembangan Berbagai kelompok social:<br />1. Kelompok Kekerabatan<br />Keluarga inti (keluarga batih) terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah.Keluarga besar (extended family): terdapat hubungan darah atau hubungan persaudaraan.Dalamkelompok kekerabatan nilai-nilai tradisional masih dijunjung tinggi sehingga kehidupankelompok berpusat pada tradisi kebudayaan yang dipelihara secara turun temurun. Perubahan dalam kelompo kekerabatan dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama melalui proses inovasi.<br /><br />2. Kelompok Okupasional<br />Merupakan kelompok profesi yang terdiri dari kalangan professional yang memiliki etika profesi atau dapat dikatakan kelompok okupasional merupakan kelompok yang terbentuk berdasarkan spesialisasi pekerjaan atas dasarbakat dan kemampuan.<br /><br />3. Kelompok Volunter<br />Kelompok volunteer terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, tetapi tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya kangkaunya. Kelompok volunteer tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu kepenmtingan masyarakat umum. Contoh kelompok volunteer adalah KIIP( Komite Independen Pemantau Pemilu)<br /><br />4. Masyarakat Pedesaan (Rural Community)<br />Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang umumnya memiliki mata pencaharian bertani atau bekebun. System kehidupan atas dasar kekeluargaan, dan mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara para anggotanya.<br />Dalam hal kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat berlangsung secara informal dan terkadang seorang pemimpin mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sulit untuk dipisahkan sehingga segala sesuatu dipusatkan pada diri seorang kepala desa.<br />Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola piker masyarakatnya, terutama pola piker generasi tua yang masih didasarkan pada tradisi. Disamping itu, kurangnya proses pemerataan pembangunan dan informasi sering kali menimbulkan kondisi yang kontras antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.<br /><br />5. Masyarakat Perkotaan (Urban community)<br />Masyarakat kota merupakan kelompok social yang mendiami wilayah yang luas, sebagian besar bermatapencaharian di sector industry, jasa dan perdagangan. Keanggotaan masyarakat kota tidak saling mengenal, lebih terikat kontrak dan mulai meninggalkan tradisi.<br />Masyarakat perkotaan mempunyai tata nilai yang heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama, adat-istiadat,menjalankan fungsi administrasi dan pusat komersial, dan bahkan pusat konsentrasi kegiatan yangmenjadi indicator modernisasi.<br /><br />Faktor pendorong urbanisasi<br />- Sempitnya lapangan<br />- Adanya generasi muda yang ingin memperbaiki kehidupan dan membebaskan diri dari tradisi<br />- Kesempatan menambah ilmu di desa sangat terbatas<br /><br />Faktor penarik Urbanisasi<br />- Kota merupakan pusat kegiatan perekonomian,pemerintahan, administrative dan industry<br />- Kota menghimpun modal usaha yang lebih besar dan terkonsentrasi<br />- Kota member peluang yang tidak terbatas untuk mengembangkan jiwa dan potensi manusia<br />- Adanya peluang lapangan kerja yang lebih banyak<br /><br />Faktor yang menyebabkan masyarakat kota bersifat dinamis<br />- Factor pendidikan<br />- Urbanisasi<br />- Komunikasi<br />- Industrialisasi dan mekanisasi<br /><br />Perkembangan masyarakat dalam berbagai aspek<br /> Aspek ekonomi<br /> Aspek social<br /> Aspek politik<br /> Aspek budaya<br /><br />Dampak dari adanya perkembangan pada masyarakat kota<br />Dampak Positif<br /> Tingkat pendidikan lebih merata<br /> Komunikasi dan informasi lebih cepat dan mudah<br /> Profesionalitas lebih terjaga<br /> Pembangunan dalam berbagai bidang lebih terjamin<br /><br /> Dampak Negatif<br /> Munculnya sikap individualistis<br /> Memudarnya nilai kebesamaan<br /> Munculnya sikap kurang mempercayai pihak lain<br /> Memudarnya perhatian terhadap budaya local dan budaya nasional, terutama pada generasi mudanya </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-4031837967292229822010-04-11T11:29:00.004+07:002010-04-14T20:14:28.739+07:00MODUL KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURALKELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL<br /><br />A. Faktor Penyebab Multikultural Di Indonesia<br />Merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa Negara Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia disebut sebagai masyarakat multikultural yang unik dan rumit. Tahukah kamu apa yang menyebabkannya? <br />Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural dan multiras. Faktor-faktor tersebut antara lain:<span class="fullpost"><br /><br />1. Faktor Sejarah Indonesia<br />Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan subur. Segala sesuatu yang diperlukan semua bangsa tumbuh di Indonesia. Misalnya, palawija dan rempahrempah. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negeri Incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1605 bangsa Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab. Kesemua bangsa tersebut datang dengan maksud dan tujuan masing-masing. Oleh karena itu, mereka tinggal dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki struktur ras dan budaya yang makin beragam.<br /><br />2. Faktor Geografis<br />Apabila dilihat secara geografisnya Indonesia berada di jalur persilangan transportasi laut yang ramai dan strategis. Karenanya banyak bangsa-bangsa pedagang singgah ke Indonesia sekadar untuk berdagang. Bangsa-bangsa tersebut seperti Arab, India, Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Belanda, Jerman, dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Persinggahan ini mengakibatkan masuknya unsur budaya tertentu ke negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masuknya bahasa Inggris, bahasa Belanda, agama Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha.<br /><br />3. Faktor Bentuk Fisik Indonesia<br />Apabila dilihat dari struktur geologinya, bangsa Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng benua besar. Hal ini menjadikan Indonesia berbentuk negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau. Masing-masing pulau mempunyai karakteristik fisik sendiri-sendiri. Untuk mempertahankan hidup, masyarakat di masing-masing pulau mempunyai cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi fisik daerahnya. Oleh karena itu, masing-masing pulau juga mempunyai perkembangan yang berbeda-beda pula. Teknologi, budaya, seni, bahasa mereka pun berbeda-beda yang akhirnya membentuk masyarakat multikultural.<br /><br /><br />4. Pengaruh Kebudayaan asing<br />Letak Indonesia yang strategis antara Samudera Hindia dan Pasifik sangat mempengaruhi proses multicultural, seperti unsur kebudayaan dan agama. pedagang muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan perdagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka juga menyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.<br /><br />5. Faktor Perbedaan Struktur Geologi<br />Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa pada dasarya Indonsia terletak di antara tiga pertemuan lempeng, yaitu lempeng Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia mempunyai tiga tipe struktur geologi yaitu tipe Asia dengan struktur geologi Indonesia Barat, tipe peralihan dengan zona geologi dengan struktur geologi Indonesia Tengah, dan tipe Australia dengan struktur geologi Indonesia Timur. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan ras, suku, jenis flora dan faunanya.<br /><br /> <br />Pada pembahasan di depan telah diungkapkan secara jelas tentang masyarakat multikultural. Pada dasarnya pendidikan multikultural memang sangat diperlukan untuk memberikan landasan multikulturalisme. Pendidikan multikultural diyakini sebagai langkah awal untuk mencegah semakin banyaknya konflik etnis yang terjadi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya apabila kita memperdalam wawasan dan pengetahuan kita tentang<br />masyarakat multikultural. Bersama kelompokmu cobalah menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang masyarakat multikultural. Manfaatkan artikel-artikel di media massa atau situs-situs internet untuk mengerjakan aktivitas ini. Berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ada rumuskan pengertian masyarakat multikultural dan tentukan pula ciri-ciri masyarakat multikultural. Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan dan bacakan di depan kelas.<br /><br />B. Proses Terjadinya Keragaman Suku Bangsa Indonesia<br />Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan luas. Kondisi ini menjadikan setiap pulau mengembangkan budayanya sendiri-sendiri. Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang majemuk, dihuni oleh ratusan kelompok suku serta kaya akan bahasa dan kebudayaan daerah. Secara umum, keragaman Indonesia ditandai oleh kemajemukan suku bangsa dan bahasa (sekitar 250 dialek), agama (Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan lain-lain), kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sekitar 400 aliran), system hukum (nasional, agama, adat, sistem kekerabatan), serta system perkawinan (monogami dan poligami). Kesemua ini melukiskan kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya.<br />Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah keragaman suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya<br />proses ini tidak berjalan secara sederhana, namun melalui proses yang panjang. Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar 500.000 tahun yang lalu bernama Pithecanthropus erectus ditemukan di Pulau Jawa dekat Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil ditemukan Homo soloensis. Homo soloensis dengan karakteristik yang mirip dengan masyarakat Austromelanosoid telah menjelajah ke barat (Sumatra) dan timur (Papua). Selama penjelajahan tentunya mereka memengaruhinya dan terpengaruhi oleh daerah sekitarnya.<br />Pada masa 3000–500 Sebelum Masehi, Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang di kemudian hari menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migrant Indo-Arian dari Asia Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil, masuknya para pendatang dari India dan menyebarkan agama Hindu ke seluruh kepulauan.<br />Pada abad XIII, pedagang muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan perdagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka juga menyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.<br />Kebhinekaan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari :<br /> Secara Horizontal: melalui perbedaan fisik/ras, perbedaan suku bangsa, perbedaan agama dan perbedaan jenis kelamin<br /> Secara Vertikal: melalui perbedaan tingkatan secara hierarki dan kelas-kelas sosial.<br /><br />C. Keragaman Suku Bangsa Indonesia di Bagian Barat, Tengah, dan Timur<br />Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia memiliki puluhan, bahkan ratusan suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Keberagaman suku bangsa menjadi karakteristik tersendiri bagi Indonesia. Misalnya, di Kepulauan Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa berbagai macam aneka tradisi dan karya budaya tumbuh dan berkembang seperti aneka tarian, arsitektur, rumah adat, candi, kerajinan tangan, dan jenis makanan. Kesemua itu menjadi berbeda di setiap suku bangsanya. Melihat realitas ini dapat dibayangkan betapa kaya dan indahnya kebudayaan Indonesia. Nah, kali ini kita akan mengkaji lebih dalam tentang kekayaan kultur Indonesia dari barat sampai ke timur. <br /><br />1. Suku Bangsa Mentawai<br />Orang Mentawai bertempat tinggal di Kepulauan Mentawai, yaitu di pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Umumnya, mereka masih tinggal di daerah-daerah hutan tropik. Desa-desa yang ada biasanya terletak di muara sungai, jaraknya lima kilometer dari pantai. Mata pencaharian suku Mentawai adalah berkebun dengan cara membuka sebidang tanah di hutan dengan cara memotong belukar dan menebang pohon-pohon yang kecil. Selain berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang Mentawai juga menangkap ikan dan berburu di hutan. Umumnya orang Mentawai telah menganut agama. Agama yang ada adalah Kristen, Katolik, dan Islam, walaupun nilainilai tradisi masih melekat dengan kuat.<br /><br />2. Suku Bangsa Nias<br />Pulau Nias merupakan pulau terbesar di sebelah barat Sumatra. Orang Nias mendiami Kabupaten Nias yang terdiri atas satu pulau besar utama dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Hikano di Karat, Senau dan Lafau di utara dan Pulau Batu di selatan. Bahasa yang berkembang pada suku Nias mempunyai dua logat, yaitu logat di Nias Utara dan Nias Selatan atau Tello. Logat yang pertama digunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat. Sedangkan yang kedua digunakan di Nias bagian tengah, selatan, dan Kepulauan Batu. Umumnya mata pencaharian orang Nias adalah bercocok tanam dan berladang. Sedangkan mata pencaharian tambahan adalah berburu, menangkap ikan, beternak, dan pertukangan. Sistem religi yang berkembang pada orang Nias sudah sangat beragam. Menurut catatan tahun 1967, jumlah pemeluk agama di Nias yaitu Kristen Protestan 295.244 jiwa, Islam 30.163 jiwa, Katolik 24.485 jiwa, Pelega 2.658 jiwa, dan Buddha 288 jiwa.<br /><br /><br />3. Suku Bangsa Minangkabau<br />Mayoritas suku Minang bertempat tinggal di Sumatra Barat. Suku Minang hidup dengan budaya matriarkal. Budaya matriarchal menyentuh sendi kehidupan suku Minang, di mana garis keturunan mereka ditentukan oleh garis keturunan ibu, yang dikenal dengan budaya Bundo Kanduang. Namun demikian, budaya matriarkal tidak menyentuh pada lembaga pemerintahan, karena di dalam memerintah laki-laki masih mendominasi kekuasaan dibandingkan kaum perempuan. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Islam yang kuat di kalangan suku Minang. Umumnya orang Minang menggunakan bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa Minangkabau. Bahasa ini erat kaitannya dengan bahasa Melayu. Pada dasarnya antara bahasa Melayu dengan Minangkabau memiliki banyak kesamaan. Berbicara tentang mata pencaharian hidup, sebagian besar suku Minang hidup dengan bercocok tanam. Mereka mengusahakan sawah di daerah yang tinggi untuk menanam sayursayuran. Di daerah kurang subur, mereka menanam pisang, ubi jalar, dan sebagainya. Sementara di daerah pesisir, mereka hidup dari hasil kelapa dan menangkap ikan.<br /><br />4. Suku Bangsa Batak<br />Sebagian besar suku bangsa Batak mendiami daerah pegunungan Sumatra Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan Riau dan Sumatra Barat sebelah selatan. Selain itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada di antara daerah pegunungan pantai timur Sumatra Utara dan pantai barat Sumatra Utara. Dengan demikian, suku Batak mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, Mandailing, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Suku bangsa Batak terdiri atas beberapa subsuku antara lain suku Karo (mendiami di Dataran Tinggi Karo, Langkat, Hulu, Serdang Hulu, dan Deli Hulu), suku Simalungun (mendiami di daerah Simalungun), suku Pakpak (mendiami daerah Dairi), suku Toba (mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga), suku Angkola (mendiami daerah induk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang Toru dan sebagian utara dari Padang Lawas), serta suku Mandailing (mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan, dan bagian selatan dari Padang Lawas). Dikenal beberapa logat bahasa yang berkembang di suku Batak. Logat-logat tersebut antara lain, logat Karo yang dipakai oleh orang Karo, logat Pakpak dipakai oleh orang Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh orang Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Toba, Angkola, serta Mandailing. Sejak permulaan abad XIX Batak mengenal beberapa agama baru yaitu agama Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Walaupun begitu masih banyak kepercayaan-kepercayaan yang hidup, terutama di antara penduduk pedesaan.<br /><br /><br />5. Suku Bangsa Jawa<br />Suku bangsa Jawa tinggal dan menetap di Pulau Jawa. Namun, tidak semua wilayah di Pulau Jawa dihuni oleh suku Jawa. Di Pulau Jawa bagian barat dihuni oleh suku Sunda dan di ujung timur dihuni oleh suku Madura. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang mengenal akan tingkatan-tingkatan, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko digunakan untuk orang yang usianya lebih muda, untuk orang yang status sosialnya lebih rendah dan untuk orang yang sudah sangat akrab. Bahasa Jawa Ngoko memiliki dua tingkatan lagi apabila dilihat dari penggunaannya, yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko Andap. Sedang bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk berbicara dengan orang yang statusnya lebih tinggi dan usianya lebih tua. Sebagian besar suku Jawa bermata pencaharian sebagai petani, selain itu ada pula pegawai negeri, pedagang, nelayan, dan pertukangan. Sistem kepercayaan suku Jawa pun sangat beragam selain lima agama resmi (Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, dan Hindu) terdapat pula kepercayaan lain yang berkembang.<br /><br />6. Suku Bangsa Dayak<br />Suku bangsa Dayak sebagian besar hidup di Pulau Kalimantan. Suku Dayak terdiri atas beberapa macam subsuku seperti Dayak Ngaju, Dayak Punan, Dayak Maanyan, Lawangan, Katingan, dan Dayak Ot. Dalam Dayak Ot masih terdapat sub-subsuku, yaitu Ot-Siauw, Ot-Paridan, Ot-Danum, Ot-Olong-olong, dan sebagainya. Suku Dayak Ngaju menempati sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan Tengah seperti Kapuas, Kahayan, Rungan-Manuhin, Barito, dan Katingan. Suku Ot-Danum menempati sepanjang hulu sungai-sungai besar seperti Kahayan, Rungan, Barito, dan Kapuas dan di hulu anak Sungai Kapuas. Sedangkan bangsa Maanyan tersebar di berbagai bagian Kabupaten Barito Selatan, yaitu di tepi timur Sungai Barito. Umumnya sebagian besar masyarakat Dayak menggunakan bahasa yang disebut keluarga bahasa Barito. Selain itu, sebagian besar masyarakat suku Dayak bermata pencaharian berladang dan berburu. Dalam masyarakat suku Dayak berkembang empat kepercayaan atau religi, yaitu agama Islam, pribumi, Katolik, dan Kristen Protestan. Agama pribumi sering disebut dengan Kaharingan. Kaharingan memercayai bahwa alam sekitarnya penuh dengan makhluk halus atau rohroh yang biasanya menempati tiang rumah, batu besar, pohon besar, hutan belukar, air, dan sebagainya.<br /><br /><br /><br />7. Suku Bangsa Minahasa<br />Suku bangsa Minahasa sebagian besar mendiami Sulawesi Utara. Sebelah utara Minahasa adalah orang Sangir-Talaud, sedangkan di sebelah selatan orang Bolaang-Mongondow. Oleh karena letak geografisnya yang luas, maka dalam suku Minahasa berkembang cukup banyak dialek atau bahasa yang digunakan. Dialek-dialek tersebut antara lain:<br />a. Tonsea dengan dialek Tonsea yang mendiami daerah sekitar bagian timur laut.<br />b. Tombalu dengan dialek Tombalu yang mendiami daerah sekitar barat laut Danau Tondano.<br />c. Tontemboan dengan dialek Tontemboan yang mendiami daerah sekitar barat daya dan selatan Danau Tondano atau bagian barat daya daerah Minahasa.<br />d. Toulour dengan dialek Toulour yang mendiami daerah bagian timur dan pesisir Danau Tondano.<br />e. Tonsawang atau Tonsini dengan dialek Tonsawang yang mendiami daerah bagian tengah Minahasa Selatan atau daerah Tombatu.<br />f. Ratahan<br />g. Ponosakan, orang Ratahan, dan Ponosakan mendiami daerah bagian tenggara Minahasa.<br />h. Batik, bahasa Ratasan dan Batik berbeda dengan dialek-dialek Minahasa, tetapi memiliki banyak unsur yang sama dengan bahasa Sangir.<br /><br />Sebagian besar masyarakat suku Minahasa bermata pencaharian sebagai petani ladang dan nelayan. Selain itu, ada pula yang menjadi seorang pengrajin tikar, aneka wadah yang terbuat dari kaukur, silar, kulit, dan isi dari sejenis bambu yang tipis. Sementara itu, 90% suku Minahasa memeluk agama Kristen dan Katolik. Sedangkan sisanya 7% adalah pemeluk agama Islam dan 3% penganut Buddha. Agama pribumi sendiri sudah tidak banyak dianut oleh masyarakat.<br /><br />8. Suku Bangsa Bugis-Makassar<br />Provinsi Sulawesi Selatan dihuni empat suku bangsa besar, yaitu Bugis, Toraja, Makassar, dan Mandar. Suku Bugis mendiami Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Didenreng-Rappang, Pinreng, Polewali-Mamasa, Enrekeng, Luwu, Pare-Pare, Barru, Pangkajemen Kepulauan, dan Maros. Sedang orang Makassar mendiami kabupaten-kabupaten Gowa, Takalar, Jenepoto, Bantaeng, Maros, Pangkajene. Daerah peralihan Bugis-Makassar yaitu penduduk Kepulauan Selayar. Umumnya orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makassar menggunakan bahasa Mangasara. Keberadaan suku Bugis-Makassar di Indonesia terkenal sebagai pelaut yang tangguh. Perahu-perahu mereka yang bertipe Pinisi dan Lamb telah mengarungi Nusantara sampai ke Sri Lanka dan Filipina. Selain itu, suku Bugis-Makassar mampu mengembangkan teknik dan sistem pelayaran. Bahkan, telah memiliki hukum hingga dalam pelayaran yang dinamakan Ade’ Allopoloping Bicaranna Pabbalu’e. Sebagian masyarakat Bugis dan Makassar masih menganut sistem adat yang sakral.<br /><br />9. Suku Bangsa Flores<br />Suku Flores mendiami kelompok kepulauan yang terdiri atas Pulau Komodo, Rinca, Ende, Solor, Adonarai, Lomblem, dan lain-lain. Suku bangsa Flores terdiri atas sub-subsuku antara lain Manggarai, Orang Riuna, Orang Ngada, Orang Nage-keo, Orang Ende, Orang Lio, Orang Sikka, dan Orang Larantuka. Umumnya suku Flores bermata pencaharian sebagai petani ladang. Kaum laki-laki bekerja sama membuka hutan, memotong, dan membersihkan belukar, membakar daun-daunan, batang-batang, dan cabang-cabang yang telah ditebang. Sebagian besar suku Manggarai adalah penganut agama Katolik. Namun, ada juga yang beragama Kristen Protestan. Selain itu, kepercayaan terhadap roh nenek moyang pun masih tumbuh dan berkembang.<br /><br />Tabel Suku Bangsa di Indonesia<br />Suku Abung Suku Eropa-Indonesia Suku orang laut<br />Suku Aceh Suku Papua/Irian Suku Palempang<br />Suku Alas Kluet Suku Flores Suku Pasemah<br />Suku Alor Suku Pamona Suku Pesisi<br />Suku Ambon Suku Gayo Suku Rohe<br />Suku Ampana Suku Gorontalo Suku Rohe<br />Suku Anak Dalam Suku Rawa Suku Rohe<br />Suku Aneuk Jamee Suku Rejang Suku Sasak<br />Suku Arab-Indonesia Suku India-Indonesia Suku Sekak Bangku<br />Suku Aru Suku Jawa Suku Sekayu<br />Suku Bali Suku Jambi Suku Semeodo<br />Suku Baduy Suku Kaur Suku Sumbawa<br />Suku Bajau Suku Kayu Agung Suku Samba<br />Suku Bakumpai Suku Kerinci Suku Sunda<br />Suku Bangka Suku Komering Suku Talaud<br />Suku Banjar Suku Konjo Pegunungan Suku Talang Mamak<br />Suku Batak Suku Konjo Pesisir Suku Tenggarong Kutai<br />Suku Batin Suku Kubu Suku Ternate<br />Suku Bawean Suku Kutai Suku Tidore<br />Suku Belitung Suku Kluet Suku Timor<br />Suku Bentong Suku Krui Suku Tionghoa-Indonesia<br />Suku Berau Suku Lampung Suku Tojo<br />Suku Betawi Suku Lematang Suku Toraja<br />Suku Bima Suku Lembak Suku Tomini<br />Suku Boti Suku Lintang Suku Una-Una<br />Suku Bolang Mongondow Suku Lom Suku Walio<br />Suku Bugis Suku Lore Suku Duri<br />Suku Buku Suku Lubu Suku Donggo<br />Suku Buol Suku Madura Suku Dompu<br />Suku Buton Suku Makassar Suku Dohoi<br />Suku Damal Suku Mamasa (Toraja Barat) Suku Nias<br />Suku Dameles Suku Mandailing Suku Muko-Muko<br />Suku Dani Suku Mandar Suku Mori<br />Suku Dayak Suku Melayu Suku Minang<br />Suku Mentawai Suku Minahasa<br /><br /> <br />Pada deskripsi di depan telah dijelaskan beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia. Sebagaimana negara Kepulauan Indonesia memiliki puluhan, bahkan ratusan suku bangsa tumbuh dan hidup di bangsa ini. Untuk menambah wawasan akan keragaman suku bangsa Indonesia, cobalah selesaikan dua tugas berikut.<br />a. Bersama kelompokmu buatlah sebuah tulisan tentang keanekaragaman suku bangsa di Indonesia dari barat sampai ke timur. Manfaatkan bukubuku perpustakaan atau artikel-artikel di media massa dan internet untuk memudahkanmu dalam penulisannya.<br />b. Bermodalkan tulisanmu, adakan diskusi interaktif kelas. Caranya bacakan hasil tulisanmu di depan kelas. Ajak kelompok lain untuk menanggapinya baik berupa sanggahan, pertanyaan, ataupun berupa saran. Dengan begitu kita akan menjadi semakin memahami dan mengerti keanekaragaman suku di Indonesia. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi dalam selembar kertas, selanjutnya kumpulkan kepada guru sebagai bahan penilaian atas prestasimu.<br /><br />D. Dampak Perubahan bagi Kelompok- Kelompok Sosial di Indonesia<br />Seiring dengan derasnya arus globalisasi tentunya membawa pengaruh tersendiri bagi bangsa Indonesia. Perubahan demi perubahan terjadi begitu cepat. Perubahan di bidang pertanian, kesehatan, politik, sosial, bahkan cara pandang dan gaya hidup masyarakat mampu menggeser nilai-nilai yang ada. Sebagaimana bangsa yang memiliki kemajemukan tentunya perubahan ini membawa dampak yang luar baisa, yaitu mampu memunculkan konflik vertikal, horizontal, terkendalanya pencapaian integrasi, dan sulitnya terselenggara<br />keadilan. Untuk lebih jelasnya simak dan perhatikan materi di bawah ini.<br /><br />1. Munculnya Konflik Vertikal<br />Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam suatu struktur pemerintahan. Sebagai contohnya, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan akan kenaikan BBM (bahan bakar minyak), saat itu muncul konflik vertikal antara pemerintah dan rakyat di berbagai wilayah. Contoh lain manakala muncul Undang-Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Konflik tersebut terjadi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam hal ini setiap daerah berhak mengelola apa yang ada di dalam wilayahnya sendiri. Padahal setiap wilayah mempunyai keterikatan kebutuhan satu sama lain. Adanya undang-undang otonomi daerah menjadikan wilayah atau daerah yang kurang berpotensi menjadi semakin terbatas.<br /><br />2. Munculnya Konflik Horizontal<br />Pada hakikatnya konflik horizontal adalah konflik sosial antarpihak yang setara kedudukannya. Contoh konflik antaragama, antargolongan, konflik antarras, dan antarsuku. Akhir-akhir ini konflik horizontal sering kali terjadi di Indonesia. Poso, Aceh, Maluku, Papua, adalah saksi hidup dari sebuah konflik horizontal. Umumnya konflik horizontal bersumber pada perbedaan struktur budaya dan tata nilai yang berkembang menimbulkan kesenjangan yang akhirnya menjadi perbedaan kepentingan. Perubahan yang terjadi di satu wilayah tanpa dibarengi perubahan wilayah lain sangat mungkin memunculkan sebuah konflik horizontal. Untuk itulah diperlukan berbagai upaya guna mencegah konflik antarsuku seperti menumbuhkan sikap menghargai setiap perbedaan yang ada, membentuk forum komunikasi lintas suku, menumbuhkan sikap toleransi antarsuku, menumbuhkan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia.<br /><br />3. Terkendalanya Pencapaian Integrasi<br />Umumnya semua bangsa merindukan integrasi sosial. Terlebih bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk yang memiliki perbedaan ras, suku, agama, dan golongan. Integrasi sosial menjadi tujuan utama dalam mencapai kedamaian bangsa. Lantas, apa itu proses integrasi sosial? Proses integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang serasi. Kebinekaan yang dimiliki Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya pencapaian integrasi. Terlebih adanya perubahan-perubahan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadikan integrasi sosial seolah sebuah impian yang sulit untuk dicapai. Konflik demi konflik sering kali terjadi ketika Indonesia memulai suatu babakan baru dengan membuat perubahan demi kemajuan bangsa. Hal ini tampak dari penyusunan undangundang pemilu, undang-undang sisdiknas, tentang kerja sama dengan IMF, juga tentang kebijakan mengenai berbagai upaya penyelenggaraan negara. Adanya latar belakang yang berbeda (ras, etnis, agama, suku, dan lain-lain) sering kali menyebabkan pencapaian suatu kebijakan menjadi terhalang. Elite politik dalam sistem pemerintahan mulai berjalan atas nama kepentingan masing-masing bahkan di antara mereka mulai bersifat nonkomplementer, yaitu tidak senang mendukung dan melengkapi dalam suatu kesatuan setiap mereka menganggap orang lain sebagai musuh yang harus dijatuhkan. Situasi ini mendorong munculnya konflik yang akhirnya menjadikan proses integrasi sosial sulit terwujud. Kebhinnekaan yang dimiliki Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya pencapaian<br />Integrasi suku bangsa dalam kesatuan nasional menjadi bangsa Indonesia dalam kesatuan wilayah Negara Indonesia, paling tidak dipicu oleh empat peristiwa penting, yaitu sebagai berikut:<br /> Kerajaan Sriwijaya (Abad ke VII) dan Majapahit (Abad ke XIII) telah mempersatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis, ekonomis dan sosial<br /> Kekuasaan Kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad telah menyatukan suku bangsa-suku bangsa di Indonesia dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita<br /> Selama periode pergerakan nasional, para pemuda Indonesia telah menolak menonjolkan isu kesukubangsaan dan melahirkan sumpah pemuda.<br /> Proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 agustus 1945 yang mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia yang mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.<br /><br /><br /><br /> <br />Di tengah derasnya arus globalisasi, tidak dapat dimungkiri setiap Negara mengalami perubahan di segala bidang kehidupan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa dampak baik positif maupun negatif. Dalam masyarakat majemuk konsekuensi perubahan sosial, ekonomi, politik, bahkan budaya dialami pula oleh setiap kelompok sosial (suku, adat, etnis, agama) yang ada. Nah, sekarang cobalah kaji dan analisis konsekuensi dari setiap perubahan terhadap kelompok sosial (suku, adat, etnis, dan agama) yang ada di Indonesia. Manfaatkan buku-buku referensi, artikelartikel di media massa atau internet untuk menyelesaikan ini. Dengan datadata dan pengetahuan yang kalian dapatkan buatlah kajian tentang dampak perubahan terhadap masyarakat majemuk Indonesia. Tulislah hasilnya dalam bentuk portofolio dan presentasikan di depan kelas.<br /><br /><br />E. Upaya Pencegahan Munculnya Masalah Keragaman Suku Bangsa<br />Keragaman suku bangsa merupakan sesuatu yang berharga dan mempunyai nilai tambah di mata dunia. Hal inilah yang menjadi dasar pijakan dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul sebagai akibat keanekaragaman. Oleh karena itu, beberapa macam upaya dan tindakan-tindakan dilakukan untuk mencegah munculnya masalah keragaman suku bangsa. Upaya-upaya tersebut antara lain:<br /><br />1. Melakukan Penyatuan Ras, Suku, dan Agama<br />Dalam proses integration atau pembauran setiap ras, suku, dan agama menyatu menjadi satu keseluruhan yang tidak dapat dibedakan. Pembauran ras, suku, dan agama dapat berlangsung manakala terjadi hubungan yang semakin efektif di antara mereka. Apabila melihat kondisi Indonesia yang penuh keanekaragaman, proses ini sangat diperlukan. Namun, perlu diketahui bersama bahwa dalam pembauran diperlukan sikap kearifan, yaitu tidak memandang perbedaan yang ada, mengutamakan keutuhan bangsa di atas kepentingan kelompok serta memberi kesempatan adanya penyatuan dengan perkawinan multiras, multisuku, dan multiagama yang sesuai dengan hak asasi manusia. Melalui proses ini perbedaan-perbedaan yang ada dapat bersatu dalam satu kesatuan yang damai. Namun, tidak dapat dimungkiri pencapaian proses ini diperlukan suatu perjuangan yang keras yang mendatangkan sikap pro dan kontra dari masyarakat. Akan tetapi, jika semuanya dilandasi sikap cinta damai, maka dapat dipastikan proses penyatuan mudah dan dapat terjadi.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2. Menumbuhkan Sikap Nasionalisme<br />Kesulitan hidup dan semakin rendahnya rasa nasionalisme di kalangan orang Indonesia, jelas mampu menumbuhkan dan memunculkan permasalahan yang semakin rumit. Oleh karena itu, sikap nasionalisme perlu ditumbuhkan. Pada dasarnya nasionalisme merupakan fondasi untuk terciptanya suatu bangsa yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar sekaligus jaminan hidup suatu bangsa di mata dunia. Dengan sikap nasionalisme maka hambatan Indonesia untuk bersatu semakin menipis. Paham Barat yang dapat memicu munculnya konflik sosial ditangkis dengan rasa nasionalisme. Selain itu, rasa cinta tanah air yang ditumbuhkan melalui nasionalisme menjadikan seseorang tidak rela apabila tanah airnya terkoyak oleh adanya konflik, sehingga ia akan menjaga kesatuan yang ada dengan menghormati dan menghargai keanekaragaman.<br /><br />3. Mengembangkan Sikap Toleransi<br />Dalam mencegah permasalahan akibat keanekaragaman, sikap toleransi antarperbedaan yang ada sangat diperlukan. Lantas, apa yang dimaksud dengan toleransi? Toleransi itu berasal dari kata tolerare yang berarti menahan diri, bersikap sabar, dan membiarkan orang berpendapat lain. Bisa juga berarti berlapang dada terhadap orang-orang yang berlainan aliran. Orang yang toleran adalah orang yang bersikap menghargai pendirian, kepercayaan, atau perilaku yang berbeda bahkan bertentangan dengan pendiriannya sendiri. Yang menjadi dasar sikap ini adalah perwujudan dan penghargaan hak asasi dari manusia yang lain.<br />Sikap toleransi itu merupakan kunci dalam kehidupan masyarakat yang multikultur. Mengapa? Masing-masing warga masyarakat tentu mempunyai perilaku dan latar belakang sosial budaya yang beragam. Apa jadinya apabila kita tidak toleran dengan keragaman itu? Itu baru menyangkut sebuah masyarakat, belum menyangkut kehidupan berbangsa kita yang multietnis, multiras, dan multikultural. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, seandainya sikap ini tidak kita temukan dalam diri warga suku bangsa-suku bangsa di Indonesia.<br /><br />4. Membuka Forum Komunikasi Lintas Suku, Ras, dan Agama<br />Forum komunikasi lintas suku, ras, dan agama dalam masyarakat multkultural seperti bangsa Indonesia sangat diperlukan sebagai sarana pembentukan hubungan. Forum-forum komunikasi ini bersifat universal seperti OSIS, karang taruna, KNPI, sekolah-sekolah umum, serta organisasi-organisasi yang lain. Dalam forum seperti ini segala orang dari berbagai suku, adat, etnis, ras, dan agama dipersatukan serta menjalin hubungan erat. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat dapat diminimalisasi. Dengan begitu, permasalahan akibat keragaman dapat dicegah sedini mungkin.<br /><br />Pada deskripsi di depan telah diuraikan secara jelas tentang peristiwa yang terjadi akibat keanekaragaman dan upaya pencegahannya. Kasuskasus yang diungkapkan di depan merupakan bukti nyata betapa keanekaragaman yang dimiliki Indonesia berpotensi besar memunculkan konflik sosial. Padahal konflik Poso dan konflik di Kalimantan Barat bukanlah satu-satunya konflik yang terjadi. Masih banyak konflik etnis muncul di berbagai wilayah yang menimbulkan trauma mendalam bagi warganya seperti konflik di Papua, Kupang, Aceh, dan lain-lain. Nah, sekarang cobalah analisis serta kaji satu contoh peristiwa akibat keanekaragaman yang dimiliki Indonesia dengan melakukan aktivitas di bawah ini.<br />a. Carilah satu contoh peristiwa atau kasus akibat keanekaragaman Indonesia dengan memanfaatkan berita-berita di media massa atau internet.<br />b. Kaji dan analisislah kasus di atas. Ungkapkan apa yang menjadi penyebabnya serta temukan hubungan antara peristiwa tersebut dengan keanekaragaman yang ada.<br />c. Berdasarkan kasus di atas, cobalah untuk berpikir kritis dalam menyikapi peristiwa tersebut dengan menentukan gagasan dan cara tepat menyelesaikan dan menangani kasus tersebut.<br />Tulislah hasil dari semua aktivitas ini dalam bentuk tulisan yang menarik.<br />Selanjutnya presentasikan di depan kelas.<br /><br /><br />RANGKUMAN<br />Keberadaan Indonesia sebagai suatu bangsa menyimpan banyak keanekaragaman, seperti keanekaragaman etnis, suku, agama, bahasa, tradisi, dan adat istiadat yang membentuk kelompok-kelompok sosial. Selain sebagai sesuatu yang berharga keanekaragaman yang ada mampu menimbulkan konflik apabila perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang harus dipersamakan, jiwa nasionalisme perlu ditumbuhkan, dan toleransi antarperbedaan diperkuat.<br />Untuk memahami lebih lanjut materi ini, salin dan lengkapilah beberapa pengertian di bawah ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan beragam sumber pustaka.<br />1. Faktor penyebab multikultural di Indonesia:<br />a. Faktor sejarah Indonesia.<br />b. Faktor geografis.<br />c. . . . .<br />d. . . . .<br />2. Dampak perubahan dalam masyarakat yang beragam:<br />a. Munculnya konflik vertikal.<br />b. Munculnya konflik horizontal.<br />c. . . . .<br />3. Upaya pencegahan munculnya masalah keragaman suku bangsa.<br />a. Melakukan penyatuan ras, suku, dan agama.<br />b. Menumbuhkan sikap nasionalisme.<br />c. . . . .<br />d. . . . .<br /><br />A. Jawablah pertanyaan dengan tepat!<br />1. Jelaskan mengapa bangsa Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multikultural yang rumit dan unik!<br />2. Jelaskan penyebab masyarakat majemuk di Indonesia!<br />3. Jelaskan secara singkat asal usul munculnya keanekaragaman suku bangsa Indonesia!<br />4. Jelaskan secara singkat kehidupan suku bangsa Nias!<br />5. Apa keistimewaan dari suku bangsa Bugis-Makassar?<br />6. Jelaskan bilamana konflik horizontal dapat terjadi!<br />7. Jelaskan hubungan antara perubahan dengan proses integrasi bangsa!<br />8. Jelaskan mengapa toleransi merupakan kunci dalam kehidupan masyarakat yang multikultural!<br />9. Dapatkah perkawinan multiras dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah permasalahan akibat keanekaragaman?<br />10. Jelaskan kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam mencapai integrasi!</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-57216825143782712542010-04-11T11:23:00.006+07:002010-04-14T20:15:12.344+07:00MODUL MULTIKULTURAL<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE803x_5I1dMCTK0wTVnpcVhOE-uO3HSX9wnLfIchVw15KS5ntAZnNr67DWbTinC5hIKCDK9oiqNWlTnkvH_XzH6j11ClccTbIY4VAqdcrwUIbiCShHSwQhPnAkyRi4RRwmdHQqcd2y5tA/s1600/bhinneka-tunggal-ika-masa-depan.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE803x_5I1dMCTK0wTVnpcVhOE-uO3HSX9wnLfIchVw15KS5ntAZnNr67DWbTinC5hIKCDK9oiqNWlTnkvH_XzH6j11ClccTbIY4VAqdcrwUIbiCShHSwQhPnAkyRi4RRwmdHQqcd2y5tA/s320/bhinneka-tunggal-ika-masa-depan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5458731648738717778" /></a><br />MASYARAKAT MULTICULTURAL dan MULTIKULTURALISME<br /><br /><br />Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural<br />Pernahkah kamu mendengar istilah multikultural? Istilah multicultural akhir-akhir ini mulai diperbincangkan di berbagai kalangan berkenaan dengan merebaknya konflik etnis di negara ini. Multikultural yang dimiliki Indonesia dianggap faktor utama terjadinya konflik. Konflik berbau sara yaitu suku, agama, ras, dan antargolongan yang terjadi di Aceh, Ambon, Papua, Kupang, Maluku dan berbagai daerah lainnya adalah realitas yang dapat mengancam integrasi bangsa di satu sisi dan membutuhkan solusi konkret dalam penyelesaiannya di sisi lain. Hingga muncullah konsep multikulturalisme. Multikulturalisme dijadikan sebagai acuan utama terbentuknya masyarakat multikultural yang damai. Lantas, apa itu multikultural dan multikulturalisme?<span class="fullpost"><br /><br />1. Masyarakat Multikultural<br />Menurut C.W. Watson (1998) dalam bukunya Multiculturalism, membicarakan masyarakat multikultural adalah membicarakan tentang masyarakat negara, bangsa, daerah, bahkan lokasi geografis terbatas seperti kota atau sekolah, yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan. Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antarindividu di masyarakat bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai (peace co-exixtence) satu sama lain dengan perbedaan yang melekat pada tiap etnisitas sosial dan politiknya. Oleh karena itu, dalam sebuah masyarakat multikultural sangat mungkin terjadi konflik vertikal dan horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut. Sebagai contoh, pertikaian yang melibatkan sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama terjadi di berbagai negara mulai dari Yugoslavia, Cekoslavia, Zaire hingga Rwanda, dari bekas Uni Soviet sampai Sudan, dari Sri Lanka, India hingga Indonesia.<br />Indonesia merupakan masyarakat multikultural. Hal ini terbukti di Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbedabeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan bahasa, adat istiadat, religi, tipe kesenian, dan lain-lain. Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multicultural jika dalam masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur budaya yang berakar pada perbedaan standar nilai yang berbeda-beda, keragaman ras, suku, dan agama, keragaman ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut, raut muka, postur tubuh, dan lain-lain, serta keragaman kelompok sosial dalam masyarakat.<br /><br />Konsepsi Tentang Masyarakat Multikultural<br />Berikut ini adalah beberapa pengertian masyarakat multicultural (majemuk).<br />a. J.S. Furnivall (1967)<br />Bahwa masyarakat multicultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara cultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dengan demikian, berdasarkan konfigurasi (susuannnya dan komunitas etnisnya, masyarakat majemuk dibedakan menjadi empat kategori, yaitu:<br />1) Masyarakat majemuk dengan komposisi seimbang<br />2) Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan<br />3) Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan<br />4) Masyarakat majemuk dengan fragmentasi<br /><br />b. Nasikun (2004)<br />Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut berbagai system nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.<br /><br />c. Pierre L. Vanden Berghe <br />Beliau hanya menyebutkan sifat-sifat dari masyarakat multicultural sebagai berikut:<br /> Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub-kebudayaan yang satu sama lain berbeda. <br /> Memiliki struktur social yang berbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. <br /> Kurang mengembangkan consensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar. <br /> Secara relative, sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dangan kelompok yang lainnya. <br /> Secara relative, integritas social tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam bidang ekonomi. <br /> Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lainnya. <br /><br />d. Clifford Geertz (1973)<br /> Ia menyebut konsep masyarakat majemuk sebagai ”masyarakat pluralistic”. Masyarakat Plural setidak-tidaknya ditandai oleh ikatan-ikatan primodial yang dapat diartikan dengan budaya pencitraan atau “penandaan” yang diberikan (given), diantaranya:<br /> Ras<br /> Bahasa<br /> Daerah/ wilayah Geografis<br /> Agama<br /> Budaya<br /><br />Selain itu, sikap yang harus dilakukan dalam masyarakat kultural dapat diartikan sebagai berikut.<br />a. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat.<br />b. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang mayoritas maupun minoritas.<br />c. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik secara individu ataupun kelompok serta budaya.<br />d. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling menghormati dalam perbedaan.<br />e. Unsur kebersamaan, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan.<br /><br />Sikap yang Harus Dihindari Untuk membangun masyarakat multikultural yang rukun dan bersatu, ada beberapa nilai yang harus dihindari, yaitu:<br />1. Primordialisme<br />Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Menganggap suku bangsanya sendiri yang paling unggul, maju, dan baik. Sikap ini tidak baik untuk dikembangkan di masyarakat yang multicultural seperti Indonesia. Apabila sikap ini ada dalam diri warga suatu bangsa, maka kecil kemungkinan mereka untuk bisa menerima keberadaan suku bangsa yang lain.<br />2. Etnosentrisme<br />Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan<br />yang lain. Indonesia bisa maju dengan bekal kebersamaan, sebab tanpa itu yang muncul adalah disintegrasi sosial. Apabila sikap dan pandangan ini dibiarkan maka akan memunculkan provinsialisme yaitu paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan eksklusivisme yaitu paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.<br />3. Diskriminatif<br />Diskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan lain-lain. Sikap ini sangat berbahaya untuk dikembangkan karena bisa memicu munculnya antipati terhadap sesame warga negara.<br />4. Stereotip<br />Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki keragaman suku bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki cirri khas. Tidak tepat apabila perbedaan itu kita besar-besarkan hingga membentuk sebuah kebencian<br /><br /><br /> <br />Pada deskripsi di depan telah diungkapkan secara jelas tentang masyarakat multikultural. Untuk menambah wawasan dan pengetahuanmu akan materi ini, cobalah menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang masyarakat kultural di dunia. Manfaatkan buku-buku di perpustakaan, artikel-artikel di media massa atau wacana multikultural di situs-situs internet. Dengan datadata yang ada, buatlah sebuah tulisan singkat tentang masyarakat multikultural. Selanjutnya bacakan di depan kelas.<br /><br /><br />2. Multikulturalisme<br />Berbicara mengenai masyarakat multikultural mau tidak mau pembahasan kita akan mengarah pada multikulturalisme. Hal ini dikarenakan antara masyarakat multikultural dengan multikulturalisme memiliki keeratan hubungan. Keragaman struktur budaya dalam masyarakat membentuk suatu masyarakat yang multikultur. Kehidupan masyarakat multikultural rentan adanya konflik sosial. Oleh karena itu, dibentuklah multikulturalisme sebagai acuan utama terwujudnya kedamaian di tengah keragaman. Lantas, apa yang dimaksud dengan multikulturalisme?<br />Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam multikulturalisme, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat Indonesia) dilihat sebagai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masing-masing suku bangsa yang sangat jelas dan belum tercampur oleh warna budaya lain membentuk masyarakat yang lebih besar.<br /><br />Ide multikulturalisme menurut Taylor merupakan suatu gagasan untuk mengatur keberagaman dengan prinsip-prinsip dasar pengakuan akan keberagaman itu sendiri (politics of recognition). Gagasan ini menyangkut pengaturan relasi antara kelompok mayoritas dan minoritas, keberadaan kelompok imigran masyarakat adat dan lainlain. Sedangkan Parsudi Suparlan mengungkapkan bahwa multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Oleh karena itu, konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa (ethnic) atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri khas masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan kebudayaan dalam kesederajatan. Berkaitan dengan konflik sosial, multikulturalisme merupakan paradigma baru dalam upaya merajut kembali hubungan antarmanusia yang belakangan selalu hidup dalam suasana penuh konfliktual. Secara sederhana, multikulturalisme dapat dipahami sebagai suatu konsep keanekaragaman budaya dan kompleksitas dalam masyarakat. Melalui multikulturalisme masyarakat diajak untuk menjunjung tinggi toleransi, kerukunan dan perdamaian bukan konflik atau kekerasan dalam arus perubahan sosial. Meskipun berada dalam perbedaan sistem sosial berpijak dari pemikiran tersebut, paradigma multikulturalisme<br />diharapkan menjadi solusi konflik sosial yang terjadi saat ini.<br />Dengan demikian, inti multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnis, gender, bahasa, ataupun agama. Sedangkan fokus multikulturalisme terletak pada pemahaman akan hidup penuh dengan perbedaan sosial budaya, baik secara individual maupun kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini individu dilihat sebagai refleksi dari kesatuan sosial dan budaya.<br />Bagi Indonesia, multikultural merupakan suatu strategi dan integrasi sosial di mana keanekaragaman budaya benar diakui dan dihormati, sehingga dapat difungsikan secara efektif dalam mengatasi setiap isu-isu separatisme dan disintegrasi sosial. Multikulturalisme mengajarkan semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan melahirkan persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka) budaya bangsa inilah yang lebih menjamin persatuan bangsa.<br />Keragaman struktur budaya dalam masyarakat menjadikan multikulturalisme terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:<br />a. Multikulturalisme Isolasi<br />Masyarakat jenis ini biasanya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang saling mengenal satu sama lain. Kelompok-kelompok tersebut pada dasarnya menerima keragaman, namun pada saat yang sama berusaha mempertahankan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya.<br /><br />b. Multikulturalisme Akomodatif<br />Masyarakat ini memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian-penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum minoritas. Masyarakat multicultural akomodatif merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, serta memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mengembangkan/mempertahankan kebudayaan mereka. Sebaliknya, kaum minoritas tidak menentang kultur dominan.<br /><br />c. Multikulturalisme Otonomi<br />Dalam model ini kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif dapat diterima. Prinsip-prinsip pokok kehidupan kelompok-kelompok dalam multikultural jenis ini adalah mempertahankan cara hidup mereka masing-masing yang memiliki hak-hak sama dengan kelompok dominan. Mereka juga menentang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.<br /><br />d. Multikulturalisme Kritikal/Interaktif<br />Jenis multikulturalisme ini terjadi pada masyarakat plural di mana kelompok-kelompok yang ada sebenarnya tidak terlalu menuntut kehidupan otonom, akan tetapi lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka. Kelompok dominan dalam hal ini tentunya menolak, bahkan berusaha secara paksa menerapkan budaya dominan mereka dengan mengorbankan budaya kelompok-kelompok minoritas.<br /><br />e. Multikulturalisme Kosmopolitan<br />Kehidupan dalam multikulturalisme jenis ini berusaha menghapus segala macam batas-batas kultural untuk menciptakan masyarakat yang setiap individu tidak lagi terikat pada budaya tertentu. Bisa juga sebaliknya, yaitu tiap individu bebas dengan kehidupan-kehidupan lintas kultural atau mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.<br /><br /> <br />Persebaran Multikulturalisme di Amerika Serikat<br />Di Amerika Serikat dan negara-negara Barat, sampai pada Perang Dunia II masyarakatnya hanya mengenal adanya satu kebudayaan, yaitu kebudayaan kulit putih yang Kristen. Golongan-golongan lainnya dianggap sebagai kaum minoritas dengan segala hak-hak yang dibatasi dan dikebiri. Pada akhir tahun 1950-an di Amerika Serikat muncul berbagai gejolak persamaan hak bagi golongan minoritas, kulit hitam dan kulit berwarna. Puncaknya, pada tahun 1960-an muncul larangan perlakuan diskriminasi orang kulit putih terhadap orang kulit hitam dan berwarna di tempat-tempat<br />umum. Kondisi ini menjadikan perjuangan hak-hak sipil menjadi lebih efektif melalui berbagai kegiatan affirmative action yang membantu kaum minoritas untuk dapat mengejar ketertinggalan mereka dari golongan kulit putih yang dominan di berbagai posisi dan jabatan dalam berbagai pekerjaan dan usaha.<br />Di tahun 1970-an upaya-upaya untuk mencapai kesederajatan dalam perbedaan mengalami berbagai hambatan. Hal ini dikarenakan corak kebudayaan kulit putih yang Protestan berbeda dengan corak kebudayaan orang kulit hitam, orang Indian atau pribumi Amerika, dan dari berbagai kebudayaan bangsa dan suku bangsa yang tergolong minoritas. Selanjutnya, para cendekiawan dan pejabat pemerintah yang prodemokrasi dan HAM, antirasisme dan diskriminasi menyebarluaskan konsep multikulturalisme dalam bentuk pengajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah. Bahkan anakanak Cina, Meksiko, dan berbagai golongan suku bangsa lainnya mulai belajar dengan menggunakan bahasa ibunya di sekolah sampai pada tahaptahap tertentu. Oleh karena itu, Amerika Serikat kini mampu mengatakan ”we are all multiculturalists now”.<br /><br />B. Faktor- Faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Multikultural<br />Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural. Adanya masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut. Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri, sebagaimana bangsa Indonesia yang unik dan rumit karena kemajemukan suku bangsa, agama, bangsa, maupun ras. Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat Indonesia pada tingkat nasional dan lokal. Berkaca dari masyarakat multikultural bangsa Indonesia, kita akan mempelajari penyebab terbentuknya masyarakat multikultural.<br />Cobalah perhatikan peta Indonesia! Setelah melihatnya apa yang ada dalam benakmu? Terlihat Indonesia, sebagai sebuah negara yang kaya akan khazanah budaya. Beribu-ribu pulau berjajar dari ujung barat sampai ujung timur, mulai dari Sumatra hingga Papua. Setiap pulau memiliki suku bangsa, etnis, agama, dan ras masing-masing. Keadaan inilah yang menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa jadi merupakan sebuah ”monumen” betapa bangsa yang mendiami wilayah dari Sabang sampai Merauke ini memang merupakan bangsa yang majemuk, plural, dan beragam. Majemuk artinya terdiri atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan, plural artinya lebih dari satu, sedangkan beragam artinya berwarna-warni. Bisa kamu bayangkan bagaimana wujud bangsa Indonesia. Mungkin dapat diibaratkan sebagai sebuah pelangi. Pelangi itu akan kelihatan indah apabila beragam unsur warnanya bisa bersatu begitu pula dengan bangsa kita. Indonesia akan menjadi bangsa yang damai dan sejahtera apabila suku bangsa dan semua unsure kebudayaannya mau bertenggang rasa membentuk satu kesatuan. Kita mencita-citakan keanekaragaman suku bangsa dan perbedaan kebudayaan bukan menjadi penghambat tetapi perekat tercapainya<br />persatuan Indonesia.<br /> <br />Namun, kenyataan membuktikan bahwa tidak selamanya keanekaragaman budaya dan masyarakat itu bisa menjadikannya pelangi. Keanekaragaman budaya dan masyarakat dianggap pendorong utama munculnya persoalan-persoalan baru bagi bangsa Indonesia. Contoh keanekaragaman yang berpotensi menimbulkan permasalahan baru sebagai berikut.<br /><br />1. Keanekaragaman Suku Bangsa<br />Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyaknya. Yang menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa yang hidup<br />dan berkembang di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Kita bisa membayangkan apa jadinya apabila masing-masing suku bangsa itu mempunyai karakter, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain. Kompleksitas nilai, norma, dan kebiasaan itu bagi warga suku bangsa yang bersangkutan mungkin tidak menjadi masalah. Permasalahan baru muncul ketika suku bangsa itu harus berinteraksi sosial dengan suku bangsa yang lain. Konkretnya, apa yang akan terjadi denganmu saat harus bertemu dan berkomunikasi dengan temanmu yang berasal dari suku bangsa yang lain?<br /><br />2. Keanekaragaman Agama<br />Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara dua samudra dan dua benua, jelas mempunyai pengaruh yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat dan budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka Indonesia menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Apalagi di dalamnya telah terbentuk jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau. Dampak interaksi dengan bangsa-bangsa lain itu adalah masuknya beragam bentuk pengaruh agama dan kebudayaan. Selain melakukan aktivitas perdagangan, para saudagar Islam, Hindu, Buddha, juga membawa dan menyebarkan ajaran agamanya. Apalagi setelah bangsa Barat juga masuk dan terlibat di dalamnya. Agama-agama besar pun muncul dan berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-idaman hampir semua orang, karena tidak satu agama pun yang mengajarkan permusuhan. Tetapi, mengapa juga tidak jarang terjadi konflik atas nama agama?<br /><br />3. Keanekaragaman Ras<br />Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia, banyak bangsa luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. Misalnya, keturunan Arab, India, Persia, Cina, Hadramaut, dan lain-lain. Dengan sejarah, kita bisa merunut bagaimana asal usulnya.<br />Bangsa-bangsa asing itu tidak saja hidup dan tinggal di Indonesia, tetapi juga mampu berkembang secara turun-temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat kita. Mereka saling berinteraksi dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu. Bahkan ada di antaranya yang mampu mendominasi kehidupan perekonomian nasional. Misalnya, keturunan Cina. Permasalahannya, mengapa sering terjadi konflik dengan orang pribumi?<br />Dari keterangan-keterangan tersebut terlihat bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, agama, budaya yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik sosial muncul tiga kelompok sudut pandang yang berkembang, yaitu:<br />1. Pandangan Primordialisme<br />Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku, ras, agama merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis maupun budaya. <br />2. Pandangan Kaum Instrumentalisme<br />Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.<br />3. Pandangan Kaum Konstruktivisme<br />Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah. <br /><br />Kenyataan ini menjadikan suatu tantangan baru bagi bangsa untuk mewujudkan masyarakat multikultural yang damai. Upaya membangun Indonesia yang multikultural dapat dilakukan dengan cara dan langkah yang tepat. Pertama menyebarkan konsep multikulturalisme secara luas dan memahamkan akan pentingya multikulturalisme bagi bangsa Indonesia, serta mendorong keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Kedua, membentuk kesamaan pemahaman di antara para ahli mengenai makna multikulturalisme dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya. Ketiga, berbagai upaya dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.<br /><br /><br /><br /> KKeberagaman tidak hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pada dasarnya setiap bangsa di dunia memiliki keragaman misalnya Amerika, Meksiko, India, Thailand, Malaysia, dan lain-lain. Keragaman inilah menjadikan setiap bangsa berbeda satu sama lain serta memiliki nilai tambah di mata dunia. Hal ini dikarenakan adanya keragaman membentuk struktur budaya yang berbeda-beda dalam satu bangsa (kaya akan khazanah budaya). Keragaman ini dalam sosiologi dinamakan multikultural. Lantas pertanyaannya sekarang, apa yang menjadi penyebab munculnya masyarakat multikultural secara umum? Bersama kelompokmu, jawablah pertanyaan di depan. Adakan studi kepustakaan dari media massa tentang penyebab masyarakat multikultural secara umum. Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan. Selanjutnya presentasikan di depan kelas.<br /><br />C. Konflik yang Muncul Akibat Keanekaragaman<br />Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun, di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.<br />Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.<br /><br />Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu diperhatikan. Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara Dayak dan Madura sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam menyikapi keanekaragaman tersebut melalui bilik info di bawah ini.<br /><br /><br /><br /> <br />Konflik Dayak dan Madura<br />Penduduk asli Kalimantan Barat adalah suku Dayak yang hidup sebagai petani dan nelayan. Selain suku asli, suku lain yang telah masuk ke bumi Kalimantan adalah Melayu, Cina, Madura, Bugis, Minang, dan Batak. <br />Dalam berkomunikasi penduduk yang heterogen ini menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi karena tingkat pendidikan mereka rendah, mereka memakai bahasa daerahnya masing-masing. Dengan demikian, sering kali ditemui kesalahpahaman di antara mereka. Terlebih jika umumnya orang Madura berbicara dengan orang Dayak, gaya komunikasi orang Madura yang keras ditangkap oleh orang Dayak sebagai kesombongan dan kekasaran. <br />Kebudayaan yang berbeda sering kali dijadikan dasar penyebab timbulnya suatu konflik pada masyarakat yang berbeda sosial budaya. Demikian juga yang terjadi pada konflik Dayak dan Madura yang terjadi pada akhir tahun 1996, yaitu terjadinya kasus Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang (sebelum pertengahan tahun 1999 termasuk Kabupaten Sambas), di Kalimantan Barat. Konflik sosial sepertinya agak sulit terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat Kalimantan. Setelah itu, pertikaian antaretnis terjadi lagi di Sambas, lalu disusul di Kota Pontianak, dan terakhir di Sampit serta menyebar ke semua wilayah di Kalimantan Tengah. <br />Orang Dayak yang ramah dan lembut merasa tidak nyaman dengan karakter orang Madura yang tidak menghormati atau menghargai orang Dayak sebagai penduduk lokal yang menghargai hukum adatnya. Hukum adat memegang peranan penting bagi orang Dayak. Tanah yang mereka miliki adalah warisan leluhur yang harus mereka pertahankan. Sering kali mereka terkena tipu daya masyarakat pendatang yang akhirnya berhasil menguasai atau bahkan menyerobot tanah mereka. Perilaku dan tindakan masyarakat pendatang khususnya orang Madura menimbulkan sentiment sendiri bagi orang Dayak yang menganggap mereka sebagai penjarah tanah mereka. Ditambah lagi dengan keberhasilan dan kerja keras orang Madura mengelola tanah dan menjadikan mereka sukses dalam bisnis pertanian. <br />Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi merupakan dasar dari munculnya suatu konflik-konflik . Masyarakat Dayak juga mempunyai suatu ciri yang dominan dalam mata pencaharian yaitu kebanyakan bergantung pada kehidupan bertani atau berladang. Dengan masuknya perusahaan kayu besar yang menggunduli kayu-kayu yang bernilai, sangatlah mendesak keberadaannya dalam bidang perekonomian. Perkebunan kelapa sawit yang menggantikannya lebih memilih orang pendatang sebagai pekerja daripada orang Dayak. Hal yang demikian menyebabkan masyarakat adat merasa terpinggirkan atau tertinggalkan dalam kegiatan perekonomian penting di daerahnya mereka sendiri. Perilaku orang Madura terhadap orang Dayak dan keserakahan mereka yang telah menguras dan merusak alamnya menjadi salah satu dasar pemicu timbulnya konflik di antara mereka.<br />Ketidakcocokan di antara karakter mereka menjadikan hubungan kedua etnis ini mudah menjadi suatu konflik. Ditambah lagi dengan tidak adanya pemahaman dari kedua etnis terhadap latar belakang sosial budaya masingmasing etnis. Kecurigaan dan kebencian membuat hubungan keduanya menjadi tegang dan tidak harmonis. Ketidakadilan juga dirasakan oleh masyarakat Dayak terhadap aparat keamanan yang tidak berlaku adil terhadap orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum. Permintaan mereka untuk menghukum orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum tidak diperhatikan oleh aparat penegak hukum. Hal ini pada akhirnya orang Dayak melakukan kekerasan langsung terhadap orang Madura, yaitu dengan penghancuran dan pembakaran permukiman orang Madura. Sumber: www.balitbangham.go.id<br /><br /><br /><br /><br /><br />D. Pemecahan Masalah Keanekaragaman<br />Sungguh cerdas pujangga Mpu Tantular. Sesaat setelah melihat keanekaragaman masyarakat yang ada di dalam masyarakat Kerajaan Majapahit, ia membuat sebuah rumus sosial yang bisa mempersatukan seluruh perbedaan yang ada di masyarakat. Bahkan, rumus yang ia kemukakan itu bisa dijadikan acuan dalam menghadapi permasalahan yang muncul sebagai akibat keanekaragaman. <br />Ia kemudian kita ketahui menulis sebuah kitab Sutasoma, yang di dalamnya tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Kamu tentu mengetahui apa arti dari kalimat ini. Tetapi pelajaran yang terpenting dari potongan sejarah ini adalah bahwa keanekaragaman bukanlah merupakan penghambat bagi tercapainya persatuan, kesatuan, dan kerukunan masyarakat. Fakta sejarah memang membuktikan bahwa kehidupan agama di Kerajaan Majapahit berjalan dengan sangat harmonis antara agama Hindu Siwa, Buddha, dan lainnya, bahkan hingga masuknya pengaruh agama Islam. Sebagai bukti adalah adanya kebijakan dari raja Majapahit saat membebaskan raja-raja bawahan di pesisir pantai utara Jawa untuk menganut agama Islam.<br />Itu terjadi pada abad-abad yang silam. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang muncul sebagai akibat dari keanekaragaman dan perubahan kebudayaan yang ada di masyarakat? Setidaknya ada dua potensi yang bisa dijadikan dasar pijakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat yang multikultural<br />seperti Indonesia.<br /><br />1. Menggunakan Kearifan Lokal<br />Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di Indonesia. Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional, juga menjadi pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar terjadinya perang antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia. Ada banyak alasan yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah ternyata banyak suku bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara di dalam menyelesaikan permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah Baliem, bisa jadi merupakan contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi dalam upaya mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di Indonesia. Selengkapnya, bacalah Bilik Info berikut ini.<br /><br /> <br />Budaya Perang Masyarakat Baliem dan<br />Cara Penyelesaiannya<br />Masyarakat yang mendiami Lembah Baliem di Papua mempunyai budaya perang yang telah berlangsung lama. Budaya itu berawal dari mitologi, bahwa manusia pertama adalah moity Waya dan moity Wita. Mereka menjadi pasangan dan berkembang secara rukun dan damai. <br />Kekacauan atau disebut wio muncul setelah masyarakat bertambah banyak. Biasanya wio ditandai adanya seseorang berwarna kulit lebih terang dan menjadi rebutan di antara mereka, hingga menimbulkan persengketaan. Rebutan itu berkembang menjadi perselisihan, percekcokan, dan pertengkaran antarklan hingga meluas menjadi peperangan. Kesepakatan kemudian terjadi, orang tersebut harus dibunuh dan dipotong-potong tubuhnya. Potongannya kemudian dibawa oleh masing-masing klan dan menjadi dasar persebaran manusia di Lembah Baliem. Meskipun begitu, masing-masing klan tetap membangun wim aela atau balai perang. Itulah mitologi yang berkembang di masyarakat Baliem. Ternyata, budaya perang itu tidak hanya terjadi di dalam mitos saja.<br />Masyarakat Lembah Baliem memang biasa berperang karena beberapa alasan. Misalnya, pencurian babi, penculikan wanita, tuduhan melakukan sihir, dan pertikaian hak atas tanah. Peperangan biasanya diawali dengan perang antarindividu, pembunuhan antarkelompok, pembunuhan antarklan kecil, permusuhan gabungan klan lokal, dan perang antarkonfederasi. (Konfederasi adalah gabungan dari beberapa klan/kampung, yang namanya diambil dari nama klan terkuat. Fungsi konfederasi adalah sebagai kesatuan sosial untuk menyusun kekuatan dalam menghadapi perang dan arena bagi lelaki untuk memperlihatkan kemampuannya berorganisasi dan berpidato).<br />Sebuah pertempuran biasanya diawali dengan serangkaian upacara keagamaan oleh kedua pihak yang berlawanan, yang dilaksanakan di wim aela. Setelah upacara, barulah perang terbuka dilakukan bertempat di wim bolak. (Wim bolak adalah daerah lapang yang bebas dari kekuasaan masingmasing konfederasi dan berada di antara kedua konfederasi yang bermusuhan). Pasukan perang biasanya bersenjatakan lembing, busur dengan anak panahnya, kapak batu, dan beliung. Pasukan itu dipimpin oleh wim matek dan mengawali peperangan dengan gegap gempita serta saling meneriakkan cemoohan atau perkelahian satu lawan satu. Korban yang jatuh atau meninggal disingkirkan dan dirawat di garis belakang.<br />Peperangan bisa berlangsung selama 5 sampai 10 hari dan penghentiannya disebabkan kedua pihak memutuskan untuk berdamai. Perang biasanya akan berhenti apabila: ada orang atau kelompok di luar anggota konfederasi yang melintasi arena wim bolak, korban kedua belah pihak sudah berimbang, atau karena hari sudah gelap. Selanjutnya, setiap pihak mengadakan upacara penghargaan kepada para wam oat balin yaitu para prajuritnya secara sendiri-sendiri, waktunya bersamaan dengan pesta babi. Biasanya berupa su (kantong jaring) dan ye (rangkaian kerang dan batu berharga berbentuk pipih). Penghargaan biasanya diadakan dalam bentuk pesta beberapa hari dengan mengadakan edat wasin atau tarian kemenangan di suatu lapangan yang terbuka. Tujuannya adalah menghormat konfederasi lawan yang baru saja selesai berperang atau untuk menghibur kerabat para korban perang.<br />Budaya perang yang terjadi pada masyarakat Lembah Baliem didasari oleh adanya tugi dan perasaan dendam serta abwarek. Tugi adalah benda keramat berbentuk pahatan batu atau kapak batu yang tipis. Fungsinya sebagai lambang leluhur dan orang yang gugur dalam peperangan. Masyarakat Baliem percaya bahwa anggota klan atau konfederasi yang gugur menuntut kepada klan atau konfederasinya untuk membalas kematiannya. Inilah yang menyebabkan budaya perang terjadi secara turun-temurun dan sulit dihilangkan. Sedangkan abwarek adalah sisa potongan tubuh berbentuk rangka dari jenazah musuh hasil peperangan antarklan/ konfederasi. Biasanya berupa tulang tengkorak, yang dimanfaatkan untuk membangkitkan semangat berperang. Sumber: www.balarpalembang.go.id<br /><br />Apa yang bisa kamu temukan dari budaya perang dalam masyarakat Lembah Baliem? Setidaknya ada beberapa pelajaran penting yang bias dipetik.<br />a. Masyarakat Baliem selalu mengaitkan roh nenek moyang dengan tradisi perang, sehingga berperang bagi mereka adalah kegiatan ritual yang diikat oleh aturan-aturan adat yang ketat.<br />b. Meskipun berperang dengan semangat tinggi, namun mereka sangat taat pada peraturan-peraturan, seperti berperang untuk tidak memusnahkan musuh. Karena perang dianggap penting untuk menciptakan keseimbangan ekosistem.<br />c. Perang merupakan media pengembangan diri bagi laki-laki. Karena perang merupakan arena untuk melangsungkan terjadinya regenerasi kepemimpinan. Dalam sebuah peperangan biasanya muncul seorang tokoh yang kuat, berani, cakap, dan dipercaya bisa melindungi serta mengatur kehidupan mereka.<br />d. Apabila seorang anggota klan atau konfederasi takut berperang, ia dianggap pawi yaitu sama dengan orang yang melakukan insest (hubungan seks sedarah). Ia akan mendapat hukuman berat secara adat seperti diasingkan.<br />e. Perang bagi masyarakat Lembah Baliem merupakan inti sari dari romantika kehidupan masyarakat. Karena masyarakat Lembah Baliem sangat memuja kepahlawanan. Hal ini bisa dilihat dari pola rumah Honai yang menunjukkan rumah laki-laki selalu berada di bagian depan, siap untuk menantang bahaya yang datang.<br /><br />Itulah prinsip-prinsip hidup yang berasal dari masyarakat Lembah Baliem di pedalaman Papua. Prinsipprinsip inilah yang dinamakan kearifan lokal Lembah Baliem. Meskipun mereka hidup dalam pola yang sangat sederhana, namun mereka mempunyai mekanisme tersendiri di dalam memecahkan dan menyelesaikan persengketaan yang muncul di antara mereka. Bagaimana masyarakat di sekitarmu berusaha menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi?<br /><br />2. Menggunakan Kearifan Nasional<br />Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi di antara etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah adalah cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk<br />sama-sama menghadapi bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di tahun 1928. Saat itu kita mengakui Indonesia sebagai identitas bersama, yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan kebudayaan di antara suku bangsa yang ada. Nasionalisme Indonesia pun terbentuk dalam wujud pengakuan bahasa, tanah air, dan kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda semakin menampakkan hasilnya.<br />Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk/arah kehidupan bangsa. Kompleksitas keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun bisa diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh para founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru. Disebut negara nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang bisa hidup berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. <br /><br /><br /> <br /><br />Interaksi Sosial Masyarakat Bauran Etnis Arab-Jawa di Kampung Embong, Arab, Malang<br />Sebagaimana kata bauran etnis Arab dan Jawa, tentunya penduduk mayoritas adalah dua etnis tersebut. Satu keunikan dan karakteristik dari daerah ini adalah kehidupan yang teratur serta jauh dari interaksi disosiatif. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan daerah Bauran etnis Arab dan Jawa<br />di desa Kampung Embong, Malang mampu mencapai keteraturan sosial?<br />Karakteristik kehidupan sosial Kampung Embong Arab ditandai dengan adanya proses-proses sosial yang cukup baik terutama proses interaksi sosial dan proses asimilasi sosial. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sosial yang harmonis antara warga etnis Arab dan Jawa di Kampung Embong Arab adalah:<br />a. Adanya kedekatan antara tokoh masyarakat, baik tokoh dari etnis Arab maupun tokoh dari etnis Jawa.<br />b. Adanya kesamaan agama (relatif beragama Islam).<br />c. Adanya proses perkawinan campuran antara warga etnis Arab dan Jawa.<br />d. Adanya kekompakan dan kegotongroyongan.<br />e. Kesadaran etnis Arab untuk mengikuti aturan setempat (proses pembauran).<br />f. Adanya unsur perasaan persaudaraan antarsesama warga, baik etnis Arab maupun Jawa.<br />g. Rasa saling menghormati dan menghargai.<br />Sedangkan model atau bentuk interaksi sosial antara warga etnis Arab dan Jawa di Kampung Embong, Arab adalah merupakan model atau bentuk kerja sama (cooperation) dengan proses-proses sosial yang akomodatif dan asimilatif. Sedangkan pola hubungan antarkelompok etnis Arab dan Jawa lebih mengarah pada pola hubungan antarkelompok yang bersifat akulturasi dan integrasi.<br />Sumber: digilib.batan.go.id<br /><br /><br />RANGKUMAN<br />Berbicara tentang masyarakat multikultural secara langsung kita akan membicarakan tentang masyarakat, negara, bangsa, daerah, bahkan lokasi geografis terbatas seperti kota atau sekolah yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan berbeda-beda. Dalam hal ini, perbedaan dalam kesederajatan. Oleh karena itulah, muncul konsep multikulturalisme.<br />Untuk memahami lebih lanjut materi ini, salin dan lengkapilah beberapa pengertian berikut ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan beragam sumber pustaka.<br />1. Ciri-ciri masyarakat multikultural:<br />a. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat.<br />b. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya baik yang mayoritas maupun minoritas.<br />c. . . . .<br />d. . . . .<br />e. . . . .<br />2. Bentuk-bentuk multikulturalisme:<br />a. Multikulturalisme isolasionis.<br />b. Multikulturalisme akomodatif.<br />c. Multikulturalisme . . . .<br />d. Multikulturalisme . . . .<br />e. Multikulturalisme . . . .<br />3. Tiga sudut pandang yang berkembang dalam menyikapi konflik sosial akibat perbedaan identitas:<br />a. Pandangan kaum primordialisme.<br />b. Pandangan kaum instrumentalis.<br />c. Pandangan kaum . . . .<br />4. Pemecahan masalah-masalah keanekaragaman:<br />a. Menggunakan potensi lokal.<br />b. . . . .<br /><br /> <br />A. Jawablah pertanyaan dengan tepat!<br />1. Menurutmu apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural?<br />2. Dapatkah Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multikultural? Jelaskan!<br />3. Sebutkan ciri masyarakat multikultural!<br />4. Jelaskan hubungan antara masyarakat multikultural dengan multikulturalisme!<br />5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikultural isolasionis!<br />6. Apa yang melandasi terjadinya konflik etnis Dayak dan Madura?<br />7. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal dan kearifan nasional?<br />8. Sebutkan upaya-upaya pencegahan terjadinya masalah keanekaragaman!<br />9. Jelaskan mengapa keanekaragaman berpotensi memunculkan konflik!<br />10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme!<br /><br />B. Belajar dari masalah.<br />Sudah menjadi fakta sosiologis bahwa adanya kemajemukan atau keragaman Kepulauan Indonesia menyimpan pluralism etnis suku, agama, bangsa, tradisi, dan adat istiadat. Tidak mengherankan apabila di Indonesia banyak terjadi tragedi kemanusiaan yang demikian memilukan. Konflik berbau sara (suku, agama, ras, dan adat), serta konflik bersenjata di beberapa daerah, teror bom terjadi di Aceh, Ambon, Papua, Kupang, dan beberapa daerah lainnya adalah realitas empiris konflik etnis yang mengancam integrasi bangsa.<br />Seiring dengan hal tersebut, negara diharapkan menjadi wadah penyelamat juga mengalami kekacauan dengan membudayanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme di jajaran birokrasi. Sementara itu keadilan, kemiskinan atau ketimpangan sosiopolitik ekonomi masyarakat semakin tinggi. Hal ini member isyarat bahwa keinginan untuk membangun masyarakat berperadaban (civil society) dan keadilan sosial masih jauh. Sumber: www.waspada.co.id<br />Cobalah untuk berpikir kritis dalam menganalisis dan mengkaji kasus di atas dengan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini.<br />1. Wacana di atas menggambarkan keadaan bangsa Indonesia saat ini di tengah keragamannya. Setujukah kamu dengan isi wacana tersebut? <br />2. Berkaitan dengan keragaman etnis, ras, suku bangsa, agama, budaya, dan lain-lain yang ada, dapatkah bangsa Indonesia membentuk masyarakat multikultural di tengah kondisi tersebut di atas?<br />3. Sebagai seorang yang peduli dengan kondisi bangsa, kemukakanlah solusi untuk mencapai masyarakat multicultural yang damai di Indonesia! <br />4. Sebagai upaya menyebarluaskan multikulturalisme, pentingkah pendidikan multikultural itu?</span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-24208634914075947392010-04-11T11:20:00.004+07:002010-04-14T20:15:51.076+07:00MODUL PENERAPAN SOSIOLOGI DALAM MASYARAKATA. SOSIOLOGI DAN PERKEMBANGANNYA<br />Ilmu sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di lingkungan sekitarnya. Oleh karena yang dipelajari manusia, maka selama manusia masih hidup dan berinteraksi, sosiologi akan tetap ada dan berkembang. Lihat saja perkembangan ilmu sosiologi sekarang ini sangat luar biasa, terbukti dengan munculnya banyak sosiolog di berbagai negeri dan diterapkannya ilmu sosiologi di segala bidang kehidupan. Pada pembelajaran kali ini, kita akan mengkaji perkembangan pengetahuan sosiologi dan penerapan bagi masyarakat. Namun, terlebih dahulu kita akan membahas sedikit tentang ilmu sosiologi.<span class="fullpost"><br /><br />1. Pengetahuan Sosiologi<br />Masih ingatkah kamu pada materi pembelajaran pada bab I? Di awal pembelajaran telah diuraikan mengenai ilmu sosiologi. Coba baca kembali materi tersebut! Selanjutnya kemukakan apa yang kamu ketahui tentang ilmu sosiologi. Secara umum, ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang berarti teman atau kawan dan bahasa Yunani logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antarteman, yaitu antara orang yang satu dengan yang lain. Dalam pengertian ini, seorang musuh atau lawan pun dapat disebut teman. Selain itu, sosiologi juga mempelajari hubungan antara kelompok dengan kelompok lainnya. <br />Seiring dengan berjalannya waktu, bidang yang dipelajari sosiologi<br />mencakup segi-segi kehidupan yang semakin luas. Oleh karenanya, banyak ahli mencoba membuat batasan yang jelas tentang pengertian dari sosiologi. Seperti, Prof. Dr. P.J. Bouman, Herbert Spencer, Pitirim A. Sorokin, Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Kingsley Davis, dan lain-lain (sebagaimana dikutip Nata Saputra: 1982). <br />Sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara individu yang satu dengan yang lain, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok, apa yang menjadi objek kajian ilmu sosiologi? Menurut Meyer F. Nimkoff, terdapat tujuh hal yang menjadi objek studi sosiologi, yaitu faktor-faktor dalam kehidupan manusia, kebudayaan, sifat hakiki manusia, kelakuan kolektif, persekutuan hidup, lembaga sosial, dan perubahan sosial. Dengan kata lain, objek studi sosiologi adalah masyarakat, yaitu dengan menyoroti hubungan-hubungan antarmanusia tersebut. Masyarakat sebagai kajian sosiologi menunjuk pada sejumlah manusia yang telah sekian lama hidup bersama dan menciptakan berbagai peraturan pergaulan hidup. Terbentuknya sistem pergaulan dalam masyarakat dibatasi oleh aturan yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, masyarakat memiliki kebudayaan.<br />Namun, secara umum para ahli memusatkan perhatiannya pada liku-liku pergaulan hidup dengan segala risiko sosial dalam masyarakat. Di mana masyarakat mengandung konformitas (kepatuhan), artinya orang-orang yang terkait di dalamnya mempunyai kecenderungan yang sama. Dengan demikian, dalam mengkaji masyarakat berarti memandang hubungan antarmanusia dalam kehidupan masyarakat. Hal inilah yang menjadikan ilmu sosiologi dikenal sebagai ilmu masyarakat.<br /><br /> <br /><br />Dari deskripsi di atas telah dijelaskan mengenai pengetahuan sosiologi dan objek kajiannya. Untuk menambah pengetahuan tentang materi ini, cobalah menggali informasi tentang pengetahuan sosiologi melalui telaah pustaka. Manfaatkan buku-buku perpustakaan untuk mengerjakan tugas ini. Tulislah hasilnya dalam bentuk tulisan yang menarik dengan gaya bahasamu sendiri. <br /><br />2. Perkembangan Sosiologi di Indonesia<br />Pengetahuan sosiologi pada akhir abad XIX hingga akhir abad XX lebih banyak berkembang di dua benua, yaitu Eropa dan Amerika. Hal itu disebabkan di Eropa dan Amerika, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Melalui kolonialisme, ilmu sosiologi masuk ke wilayah Asia, termasuk Indonesia.<br />Sebagai suatu ilmu yang mandiri, sosiologi masih berusia relative muda. Sosiologi dipopulerkan oleh Aguste Comte sekitar tahun 1830. Di Indonesia banyak di antara para pujangga dan pemimpin Indonesia yang memasukkan unsur-unsur sosiologis di dalam ajaran-ajarannya. Contoh: ajaran ”Wulang Reh” dan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Ajaran ”Wulang Reh” yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota-anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda. Ajaran ini banyak mengandung aspek-aspek sosiologi, terutama dalam bidang intergroup relations. Almarhum Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama yang meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional di Indonesia, memberikan sumbangan besar pada sosiologi dengan konsep-konsepnya mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia, yang dengan nyata dipraktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.<br />Dari keterangan di atas, terlihat bahwa unsur-unsur sosiologi tidak digunakan dalam suatu ajaran atau teori yang murni sosiologis, akan tetapi sebagai landasan untuk tujuan lain, yaitu ajaran tata hubungan antarmanusia dan pendidikan. Untuk pertama kalinya sosiologi di Indonesia diperkenalkan oleh Prof. Dr. B. Schrieke, seorang guru besar sosiologi dari Belanda. Namun, pada saat itu sosiologi masih dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya terutama ilmu hukum pada sekolah tinggi hukum. Dengan kata lain, sosiologi belum dianggap penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan. Pada tahun 1934/1935, kuliah-kuliah sosiologi pada sekolah tinggi hukum ditiadakan karena dianggap tidak ada hubungannya dengan sosiologi. Mulai saat itulah perkembangan ilmu sosiologi menjadi mati. Namun, setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1948, seorang sarjana Indonesia Prof. Mr. Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberi kuliah sosiologi. Melalui titik awal inilah sosiologi mulai diajarkan di perguruan tinggi, hingga muncul bermacam-macam buku mengenai sosiologi di Indonesia (Nata Saputra: 1982). Kesemua ini memunculkan tokoh-tokoh generasi tua sosiologi seperti Prof. Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi S.H. M.A, Prof. Harsja W. Bachtiar, Dr. Arief Budiman, Dr. Nasikun, Dr. Loekman Soetrisno, dan lainlain. <br /> <br />Pada deskripsi di atas telah dijelaskan tentang bagaimana perjalanan ilmu sosiologi tumbuh dan berkembang menjadi sebuah ilmu yang dipelajari di Indonesia. Nah, untuk menambah wawasan tentang sejarah sosiologi, cobalah menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang sejarah sosiologi di Indonesia. Manfaatkan buku-buku referensi, berita-berita internet-internet atau jurnal-jurnal ilmiah. Selanjutnya, buatlah tulisan ilmiah dengan topic perkembangan sosiologi kemudian presentasikan di depan kelas. <br /><br />3. Kelahiran Sosiologi Modern<br />Sosiologi modern tumbuh pesat di Benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Pertumbuhan ini justru bukan di Eropa yang merupakan tempat di mana sosiologi muncul pertama kalinya. Pada permulaan abad XX, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain-lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, mendatangkan perubahan besar dalam tubuh masyarakat.<br />Perubahan masyarakat yang terjadi menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras. Pada suatu titik mereka beranggapan bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Oleh karenanya, mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern. Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro atau lebih sering disebut pendekatan empiris. Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah<br />disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.<br /><br />B. PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN SOSIOLOGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT<br /><br />Sebagaimana telah diuraikan pada awal pembelajaran, bahwa pengetahuan sosiologi menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat, seperti norma-norma, kelompok-kelompok sosial, lapisan-lapisan dalam masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Namun, tidak semua unsur tersebut berjalan lancar, dalam arti sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat yang bersangkutan.<br />Situasi ini mendorong munculnya kekecewaan-kekecewaan dan bahkan penderitaan bagi warga masyarakat. Untuk memecahkan kondisi ini banyak para ahli menerapkan pengetahuan sosiologi. Hal ini dikarenakan objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Selain sebagai alat untuk memecahkan masalah, keberadaan sosiologi digunakan pula dalam perencanaan sosial dan pembangunan Apa dan bagaimana kegunaannya, akan dipelajari pada materi di<br />bawah ini.<br /><br />1. Penerapan Sosiologi dalam Perencanaan Sosial<br />Pengetahuan sosiologi sering diterapkan dalam perencanaan sosial. Dalam membuat sebuah perencanaan tentunya seorang ahli harus memahami betul seluk-beluk kehidupan masyarakat yang menjadi objek perencanaan sosial. Untuk memahami masyarakat Sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat, mampukah sosiologi memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul dalam kehidupan masyarakat? inilah, seorang ahli menerapkan ilmu sosiologi. Jadi, jelaslah betapa pentingnya pengetahuan sosiologi dalam perencanaan sosial. Lantas apa yang dimaksud dengan perencanaan sosial itu?<br />Perencanaan sosial adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan manusia dalam masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pada masa-masa terjadi perubahan. Perencanaan sosial lebih bersifat preventif. Oleh karena itu, kegiatannya merupakan pengarahan-pengarahan dan bimbingan-bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, berbagai perencanaan sosial dibuat.<br />Secara sosiologi, perencanaan sosial didasarkan pada perincian pekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya. Contoh, pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Hal ini berarti diperlukan persiapan untuk menggunakan perencanaan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat demi mencapai kemajuan. Sehingga teknologi bukan menjadi beban dan justru tidak bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.<br />Menurut Ogburn dan Nimkoft (sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto: 1987), terdapat beberapa persyaratan suatu perencanaan dapat berjalan efektif. Syarat-syarat tersebut antara lain:<br />a. Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi. Sebagai contohnya telah dipergunakan uang, urbanisasi yang teratur, inteligensia di bidang teknik dan ilmu pengetahuan suatu sistem administrasi yang baik. <br />b. Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik.<br />c. Terdapatnya sikap publik yang baik terhadap usaha-usaha perencanaan sosial.<br />d. Adanya pimpinan ekonomis dan politik yang progresif.<br /><br />Selain itu, Soerjono Soekanto menambahkan bahwa suatu konsentrasi wewenang juga diperlukan untuk merumuskan dan menjalankan perencanaan sosial, supaya perencanaan tidak terseret oleh perubahan-perubahan sebagai akibat tekanan-tekanan dari golongan tertentu.<br />Secara umum, perencanaan sosial dibuat dalam rangka mengatasi berbagai rintangan dalam pembangunan. Suatu perencanaan perlu adanya kerja sama antarwarga masyarakat. Dalam hal ini, diperlukan usaha-usaha yang komunikatif dalam hubungan sosial sehingga kesepakatan bersama dalam suatu kolektif dapat tercapai. Untuk mencapai kesepakatan inilah pengetahuan sosiologi memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan pengetahuan sosiologi erat kaitannya dengan berbagai unsur kebudayaan seperti nilai, norma, sikap serta peranan-peranan sosial yang dianggap mampu mengajak masyarakat untuk bekerja sama guna meningkatkan taraf kehidupan sosial.<br />Pada dasarnya terdapat beberapa kegunaan atau manfaat penerapan sosiologi dalam perencanaan sosial, kegunaan-kegunaan tersebut antara lain:<br />a) Sosiologi mempunyai dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf yang tradisional sampai pada taraf kebudayaan yang modern. Dengan demikian, proses penyusunan dan pengenalan suatu perencanaan sosial relatif lebih mudah dilakukan.<br />b) Sosiologi mempunyai dasar kemampuan memahami hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antargolongan dalam masyarakat, memahami proses perubahan dan pengaruh-pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Hal ini berarti cara kerja sosiologi atas dasar kenyataan faktual dalam masyarakat, sehingga rancangan perencanaan relatif dapat dipercaya.<br />c) Sosiologi mempunyai disiplin ilmu yang objektif. Hal ini berarti proses pelaksanaan kerjanya lebih didasarkan pada spekulasi dan harapan yang ideal.<br />d) Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga perencanaan tersebut dapat bermanfaat dalam menghimpun kekuatan sosial dalam rangka menciptakan ketertiban masyarakat.<br />e) Dengan berpikir secara sosiologis, maka perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui batas-batas keterbelakangan dan kemajuan masyarakat di bidang kebudayaan.<br /><br />2. Penerapan Sosiologi dalam Penelitian<br />Selain diterapkan dalam perencanaan sosial, keberadaan sosiologi diterapkan pula dalam dunia penelitian. Sosiologi memiliki metodemetode penelitian sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu lainnya. Objek penelitian sosiologi mengacu hampir seluruh aspek kehidupan manusia, terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antarmanusia dalam masyarakat. Selain itu, tugas sosiologi adalah mencari dan menemukan data faktual tentang kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subjektif. Informasi sosiologi yang disajikan senantiasa ditemukan melalui metode-metode ilmiah yang sudah teruji.<br />Sosiologi dalam penelitian tentang tindakan sosial dalam masyarakat selalu bersandar pada interpretasi yang logis, objek diutamakan pada situasi yang dialami, diketahui dan dilihat, sehingga asumsi-asumsinya dapat dibuktikan. Selain itu penelitian sosiologis lebih mengutamakan hasil yang objektif serta bebas dari kecenderungan baik dan buruk. Oleh karena itu, di abad perubahan seperti sekarang ini dengan corak kehidupan sosial yang kompleks dan rumit penelitian sosiologis sangat dibutuhkan untuk mengungkap masalah yang faktual.<br />Atas dasar kenyataan tersebut, maka tidak mengherankan jika pengetahuan sosiologi banyak digunakan di berbagai kalangan praktisi pihak-pihak swasta, pemerintah dan banyak pula dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti dari disiplin ilmu lainnya. Banyak organisasi-organisasi swasta, lembaga-lembaga pengumpul pendapat umum dan penelitian pasar, organisasi-organisasi industri dan manufaktur serta lembaga-lembaga profesional, menggunakan penelitian sosiologi. Oleh karenanya, para sosiolog dipandang sebagai personal yang memiliki kemampuan untuk duduk dalam berbagai jabatan, seperti bidang personalia, hubungan kerja atau perburuhan, dan berbagai anggota tim jenis evalusi tingkat kriminalitas, pencemaran lingkungan dan banyak lagi bidang yang berhubungan dengan kepentingan soal-soal kemasyarakatan. <br /><br />3. Penerapan Sosiologi dalam Pembangunan<br />Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan pembangunan? Istilah pembangunan sering kita dengar pada masa Orde Baru. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan seperti saat ini konsep pembangunan merupakan suatu ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya mengejar pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br />Suatu proses pembangunan perlu adanya kemauan keras serta kemampuan untuk memanfaatkan potensi-potensi yang tersedia dalam masyarakat. Berbagai perencanaan perlu disusun dan digelar dalam rangka menghimpun kekuatan masyarakat dalam usaha mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Menurut Soerjono Soekanto (1987), suatu proses pembangunan berkaitan dengan pandangan optimis, yang berwujud usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih daripada apa yang telah dicapai.<br />Secara sosiologi, fokus utama yang menjadi prioritas dalam pembangunan adalah usaha untuk mencapai perbaikan ekonomi dan tidak hanya terbatas pada golongan elite saja melainkan secara menyeluruh dan merata sampai pada lapisan terbawah. Dengan kata lain, pembangunan dalam arti kata sosiologi ditujukan pada pemberantasan terhadap angka kemiskinan. Kepekaan dan kemajuan pemikiran sosiologi inilah yang menjadikan pengetahuan sosiologi diterapkan dalam pembangunan. Selain itu, prosedur penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam sosiologi merupakan pemikiran gabungan yang paling maju. Sehingga metode ini sering digunakan untuk menuntun proses pembangunan dapat lebih objektif dan efisien.<br />Menurut Soerjono Soekanto, kegunaan sosiologi bagi pembangunan dapat diidentifikasi melalui beberapa tahap. Pada tahap perencanaan, sosiologi digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sosial, pusat perhatian sosial, stratifikasi sosial, pusat-pusat kekuasaan serta sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial. Pada tahap pelakasanaan, sosiologi digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat serta mengamat-amati proses perubahan sosial yang terjadi. Sedangkan pada tahap evaluasi dapat diadakan suatu analisis terhadap efek-efek sosial dari pembangunan tersebut. Dengan demikian, pembangunan menurut konsep sosiologis adalah proses peningkatan taraf hidup masyarakat yang didasarkan pada realitas sosial.<br /><br />4.Penerapan Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial<br />Sebagaimana ilmu tentang masyarakat, sosiologi mempunyai peranan besar dalam upaya-upaya pemecahan masalah sosial. Bahkan upaya pemecahan masalah sosial secara terperinci dipelajari dalam kajian ilmu sosiologi. Oleh karena itu, sosiologi menyuguhkan metode-metode sosial yang mampu menjadi metode penanggulangan masalah-masalah tersebut. <br />Menurut Roucek dan Warren, masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dalam pemenuhan kehendak biologis dan sosial. Sebagai<br />contohnya, masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan institusi, rendahnya pengawasan sosial atau kegagalan dalam menjalankan kaidah-kaidah.<br />Berbagai usaha dan cara telah banyak dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial, akan tetapi belum ada metode yang ampuh untuk mengatasinya. Kesulitan ini dikarenakan masalahmasalah yang timbul tidaklah selalu sama, baik latar belakang, waktu maupun pengaruh-pengaruh yang menyertainya. Selain itu, metode dan analisis yang ada dalam masyarakat tidak mampu mengimbangi cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi.<br />Untuk memecahkan kesulitan ini, pengetahuan sosiologi menyuguhkan beberapa metode yang dirasa tepat dalam menanggulangi masalah sosial (Abdulsyani: 1987) yaitu:<br />1. Metode coba-coba (trial and error methods), yaitu cara penanggulangan masalah sosial yang paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial pada masyarakat yang masih tergolong sederhana. Dengan bantuan seorang dukun, atau dengan memberikan sesajen yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu.<br />2. Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah sosial dengan melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah. Para peneliti melakukan pengumpulan data sebagai dasar untuk mencari penyebab-penyebab timbulnya masalah sosial yang<br />sedang terjadi, atau secara langsung menerapkan hasil keputusan pemikiran-pemikiran tertentu untuk meniadakan masalah sosial tersebut. Penerapan metode ini selalu disertai oleh pertimbanganpertimbangan tertentu terhadap nilai-nilai sosial beserta adat istiadat masyarakat setempat agar terdapat keseimbangan dan kerja sama yang harmonis dalam usaha penanggulangan masalahmasalah sosial tersebut.<br />3. Perencanaan sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau penelitianpenelitian tanpa perhitungan. Pemikirannya adalah usaha yang berorientasi pada masa depan dengan ukuran waktu dan biaya yang telah diterapkan. Perencanaan sosial berarti usaha memperhitungkan dan menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih serasi dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiI.<br /><br />Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai objek studi masyarakat. Dengan pengetahuan sosiologi, dapat membantu kita untuk mengetahui dan mengungkap berbagai misteri kehidupan masyarakat yang tidak pernah berhenti berubah arah. Untuk itulah sosiologi sering diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.<br />Untuk memahami lebih lanjut, salin dan lengkapilah beberapa pengertian di bawah ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan beragam sumber pustaka dan internet.<br />1. Pengetahuan sosiologi adalah . . . .<br />2. Tujuh hal yang dipelajari dalam sosiologi:<br />a. Faktor-faktor dalam kehidupan masyarakat.<br />b. Kebudayaan.<br />c. Sifat hakikat manusia.<br />d. Kelakuan kolektif.<br />e. . . . .<br />f. . . . .<br />g. . . . .<br />3. Tokoh-tokoh generasi tua sosiologi:<br />a. Prof. Selo Soemardjan<br />b. Soelaeman Soemardi S.H.M.A.<br />c. Prof. Harsja W. Bachtiar<br />d. . . . .<br />e. . . . .<br />f. . . . .<br />4. Penerapan sosiologi dalam kehidupan masyarakat.<br />a. Dalam bidang perencanaan sosial.<br />b. Dalam bidang penelitian.<br />c. Dalam bidang . . . .<br />d. Dalam bidang . . . .<br />5. Kegunaan pengetahuan sosiologi dalam perencanaan sosial:<br />a. Sosiologi mempunyai dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf yang tradisional sampai pada taraf modern.<br />b. Sosiologi mempunyai disiplin ilmu yang objektif.<br />c. . . . .<br />d. . . . .<br />e. . . . .<br />.<br /><br /><br /><br />A. Jawablah pertanyaan dengan tepat!<br />1. Jelaskan pengertian pengetahuan sosiologi!<br />2. Jelaskan secara singkat perkembangan sosiologi di Indonesia!<br />3. Sebutkan ajaran ”wulang reh” yang berkaitan dengan pengetahuan sosiologi!<br />4. Sebutkan tokoh sosiologi Indonesia!<br />5. Sebutkan kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial!<br />6. Jelaskan kegunaan sosiologi dalam penelitian!<br />7. Jelaskan kegunaan sosiologi dalam pembangunan!<br />8. Jelaskan kegunaan sosiologi dalam pemecahan masalah sosial!<br />9. Sebutkan syarat-syarat terjadinya perencanaan sosial!<br />10. Jelaskan keistimewaan sosiologi dibanding ilmu lainnya dalam penelitian sosial!<br />B. Belajar dari masalah!<br />1. Gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS) merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh bangsa kita saat ini. Kenyataannya 4.300 dari 6.800 orang perempuan penjaja seks komersial atau WTS (63,2%) di Malaysia, ternyata datang dari Indonesia. Hal inilah mempertegas bahwa masalah gepeng dan WTS berada di mana-mana. Sebagaimana Kota Tangerang sebagai penyangga Kota Jakarta, masalah serupa juga menjadi problem yang tidak terelakkan. Kota Tangerang menjadi wilayah pelarian para gepeng dan WTS Jakarta, ketika di kota metropolitan mereka disingkirkan oleh persaingan di antara komunitas mereka sendiri. Dengan melihat kasus di atas, cobalah berpikir kritis dalam menyikapinya, dalam memahami masalah gepeng dan WTS!<br />Dapatkah pengetahuan sosiologi diterapkan? Jelaskan serta cobalah mencari solusi terbaik dalam penanganan gepeng dan WTS apabila dilihat dari kacamata sosiologi!<br />2. Lagi-lagi konflik terjadi di Poso. Konflik ini membawa perasaan ketakutan dan kegelisahan di setiap warga Poso. Pengeboman, pembunuhan, penembakan oleh pihak-pihak tidak dikenal mewarnai konflik Poso. Padahal berbagai upaya perdamaian telah dilangsungkan. Berbagai spanduk digelar di seluruh pesolok tanah air dengan kalimat ”. . . Damai itu indah . . . Damai itu sejahtera . . . .” serta usaha-usaha menuju pemulihan telah dilakukan, tidak saja oleh pemerintah (baik<br />pusat maupun dalam), akan tetapi lembaga-lembaga swadaya masyarakat baik internasional, nasional maupun lokal, dan masyarakat setempat telah berusaha untuk melakukannya. Namun, sampai sekarang masih muncul kekerasan yang<br />mengganggu kehidupan warganya.<br />Pertanyaan yang muncul sekarang adalah mengapa konflik Poso tidak kunjung usai? Apa yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan kondisi Poso bagaikan api dalam sekam? Cobalah analisis kasus di atas, dengan menerapkan pengetahuan sosiologi!<br />Menurutmu, dengan pengetahuan sosiologi dapatkah menciptakansolusi yang tepat dalam masalah ini?</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-58724418526334791512010-04-11T10:44:00.002+07:002010-04-11T10:59:45.752+07:00TUGAS MANDIRI KELAS XSebagaimana telah diungkapkan dalam pembelajaran mengenai penerapan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat, bahwa keberadaan sosiologi mempunyai peran dan arti penting bagi kehidupan masyarakat sosial. Sebagai contohnya, pengetahuan sosiologi digunakan dalam penelitian, perencanaan sosial, pembangunan, dan memecahkan masalah sosial. Pada dasarnya, keberadaan sosiologi mempunyai kegunaan lebih dari keempat hal tersebut. Nah, bersama kelompokmu cobalah gali informasi sebanyak-banyaknya tentang kegunaan penerapan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan sosial. Manfaatkan artikel-artikel dalam media massa atau internet. Dari fakta-fakta yang ada, buatlah sebuah tulisan ilmiah mengenai kegunaan pengetahuan sosial<br /><br /><br />Tugas dikumpulkan secepatnya, dalam bentuk fortofolio di tulis tangan...<br />satu kelompok beranggota 5 orang<br />tugas ini sebagai pengganti ulangan harian dari bab 6Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-52118259513449971432010-04-01T13:28:00.002+07:002010-04-14T20:16:33.739+07:00SILABUS SOSIOLOGI kelas XII<span class="fullpost"><a title="View SILABUS SOSIOOGI XII on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/29265880/SILABUS-SOSIOOGI-XII" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">SILABUS SOSIOOGI XII</a> <object id="doc_3757905259183" name="doc_3757905259183" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=29265880&access_key=key-7b2b101pai6m7ny929s&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_3757905259183" name="doc_3757905259183" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=29265880&access_key=key-7b2b101pai6m7ny929s&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-10922611236690133202010-04-01T13:25:00.002+07:002010-04-14T20:19:33.587+07:00SILABUS SOSIOLOGI kelas XI<span class="fullpost"><a title="View Silabus Xi Sosiologi on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/29265893/Silabus-Xi-Sosiologi" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">Silabus Xi Sosiologi</a> <object id="doc_958920006970240" name="doc_958920006970240" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=29265893&access_key=key-2fc3nyh2jgsahyk9pagm&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_958920006970240" name="doc_958920006970240" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=29265893&access_key=key-2fc3nyh2jgsahyk9pagm&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-45049440279451989562010-04-01T13:20:00.002+07:002010-04-14T20:19:54.371+07:00SILABUS SOSIOLOGI Kelas X<span class="fullpost"><a title="View SILABUS SOSIOLOGI X on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/29265864/SILABUS-SOSIOLOGI-X" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">SILABUS SOSIOLOGI X</a> <object id="doc_474682188541652" name="doc_474682188541652" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=29265864&access_key=key-1c34a18l5a119midy5d7&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_474682188541652" name="doc_474682188541652" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=29265864&access_key=key-1c34a18l5a119midy5d7&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-22606995641434040012010-04-01T13:10:00.002+07:002010-04-14T20:20:11.955+07:00RPP Sosiologi Kelas XII<span class="fullpost"><a title="View RPP on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/29264716/RPP" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">RPP</a> <object id="doc_521311975180092" name="doc_521311975180092" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=29264716&access_key=key-273kz8ft3o8blhb7arw6&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_521311975180092" name="doc_521311975180092" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=29264716&access_key=key-273kz8ft3o8blhb7arw6&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-26821829492819689122010-04-01T13:01:00.003+07:002010-04-14T20:20:39.526+07:00RPP Sosiologi Kelas XI<span class="fullpost"><a title="View RPP on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/29264716/RPP" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">RPP</a> <object id="doc_521311975180092" name="doc_521311975180092" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=29264716&access_key=key-273kz8ft3o8blhb7arw6&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_521311975180092" name="doc_521311975180092" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=29264716&access_key=key-273kz8ft3o8blhb7arw6&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-27955800970117455712010-04-01T12:19:00.003+07:002010-04-14T20:21:05.508+07:00RPP Kelas X<span class="fullpost"><a title="View RPP on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/29264716/RPP" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">RPP</a> <object id="doc_521311975180092" name="doc_521311975180092" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=29264716&access_key=key-273kz8ft3o8blhb7arw6&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_521311975180092" name="doc_521311975180092" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=29264716&access_key=key-273kz8ft3o8blhb7arw6&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-76405461754913755822010-03-19T11:44:00.002+07:002010-04-14T20:21:22.008+07:00MODUL INTERAKSI SOSIAL<span class="fullpost"><a title="View interaksi sosial on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28598986/interaksi-sosial" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">interaksi sosial</a> <object id="doc_483711608389801" name="doc_483711608389801" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28598986&access_key=key-xylw64jdmvkfojilmq6&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_483711608389801" name="doc_483711608389801" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28598986&access_key=key-xylw64jdmvkfojilmq6&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-57674436737179608132010-03-19T11:43:00.002+07:002010-04-14T20:21:41.424+07:00MODUL KONFLIK<span class="fullpost"><a title="View Konflik on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28599007/Konflik" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">Konflik</a> <object id="doc_244019529748511" name="doc_244019529748511" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28599007&access_key=key-2dcekz1h51duvt9cg0jp&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_244019529748511" name="doc_244019529748511" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28599007&access_key=key-2dcekz1h51duvt9cg0jp&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-54209796192754663032010-03-19T11:42:00.006+07:002010-04-14T20:22:18.833+07:00MODUL NILAI DAN NORMA SOSIAL<span class="fullpost"><a title="View Nilai Dan Norma Sosial on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28599029/Nilai-Dan-Norma-Sosial" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">Nilai Dan Norma Sosial</a> <object id="doc_918747949632322" name="doc_918747949632322" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28599029&access_key=key-1d1cz7faxcfzc7kqo0s6&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_918747949632322" name="doc_918747949632322" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28599029&access_key=key-1d1cz7faxcfzc7kqo0s6&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-88429208822157356022010-03-19T11:42:00.005+07:002010-04-14T20:22:03.778+07:00MODUL SOSIALISASI<span class="fullpost"><a title="View sosialisasi on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28599050/sosialisasi" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">sosialisasi</a> <object id="doc_935196864617466" name="doc_935196864617466" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28599050&access_key=key-1nehxpxdf202fj7wjwrq&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_935196864617466" name="doc_935196864617466" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28599050&access_key=key-1nehxpxdf202fj7wjwrq&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-10135025257405970612010-03-19T11:35:00.002+07:002010-04-14T20:22:34.669+07:00MODUL SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU TENTANG MASYARAKAT<span class="fullpost"><a title="View Sosiologi Sebagai Ilmu Masyarakat on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28599096/Sosiologi-Sebagai-Ilmu-Masyarakat" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">Sosiologi Sebagai Ilmu Masyarakat</a> <object id="doc_432758277990390" name="doc_432758277990390" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28599096&access_key=key-19nq9h021yg2ta0ssnzv&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_432758277990390" name="doc_432758277990390" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28599096&access_key=key-19nq9h021yg2ta0ssnzv&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-45332720830762889872010-03-18T19:01:00.006+07:002010-04-14T20:23:32.379+07:00NILAI X-9<span class="fullpost"><a title="View Nilai X 9 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554384/Nilai-X-9" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">Nilai X 9</a> <object id="doc_451591438049933" name="doc_451591438049933" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554384&access_key=key-hsl0aiseikk7l1lj9kx&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_451591438049933" name="doc_451591438049933" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554384&access_key=key-hsl0aiseikk7l1lj9kx&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-51231980808320367022010-03-18T19:01:00.005+07:002010-04-14T20:23:20.600+07:00NILAI X-8<span class="fullpost"><a title="View nilai X 8 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554402/nilai-X-8" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 8</a> <object id="doc_197280882800370" name="doc_197280882800370" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554402&access_key=key-1zwd0zvv4n026kz1uvlw&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_197280882800370" name="doc_197280882800370" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554402&access_key=key-1zwd0zvv4n026kz1uvlw&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-28629235723025053872010-03-18T19:00:00.002+07:002010-04-14T20:23:47.785+07:00NILAI X-7<span class="fullpost"><a title="View nilai X 7 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554425/nilai-X-7" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 7</a> <object id="doc_295347077694173" name="doc_295347077694173" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554425&access_key=key-1ty3im03z8c3j8mx7atq&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_295347077694173" name="doc_295347077694173" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554425&access_key=key-1ty3im03z8c3j8mx7atq&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-83163733697829718962010-03-18T18:59:00.002+07:002010-04-14T20:24:04.244+07:00NILAI X-6<span class="fullpost"><a title="View nilai X 6 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554438/nilai-X-6" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 6</a> <object id="doc_658626837335628" name="doc_658626837335628" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554438&access_key=key-1r9ouylpeznx17jtpn99&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_658626837335628" name="doc_658626837335628" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554438&access_key=key-1r9ouylpeznx17jtpn99&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-48289396143877586072010-03-18T18:58:00.002+07:002010-04-14T20:24:18.408+07:00NILAI X-5<span class="fullpost"><a title="View nilai X 5 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554446/nilai-X-5" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 5</a> <object id="doc_501746949007674" name="doc_501746949007674" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554446&access_key=key-91utls9u2o5rii72o1g&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_501746949007674" name="doc_501746949007674" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554446&access_key=key-91utls9u2o5rii72o1g&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-75598303372382598192010-03-18T18:57:00.006+07:002010-04-14T20:24:46.590+07:00NILAI X-4<span class="fullpost"><a title="View nilai X 4 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554474/nilai-X-4" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 4</a> <object id="doc_341152663196366" name="doc_341152663196366" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554474&access_key=key-1dx73yaqkmkzh7amd2g6&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_341152663196366" name="doc_341152663196366" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554474&access_key=key-1dx73yaqkmkzh7amd2g6&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-73632993873330700692010-03-18T18:57:00.005+07:002010-04-14T20:24:33.291+07:00NILAI X-3<span class="fullpost"><a title="View nilai X 3 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554491/nilai-X-3" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 3</a> <object id="doc_945971992317692" name="doc_945971992317692" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554491&access_key=key-2bhd2ju3qhfocp1x07qq&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_945971992317692" name="doc_945971992317692" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554491&access_key=key-2bhd2ju3qhfocp1x07qq&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-48145443098553263702010-03-18T18:55:00.002+07:002010-04-14T20:25:05.754+07:00NILAI X-2<span class="fullpost"><a title="View nilai X 2 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554509/nilai-X-2" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 2</a> <object id="doc_174951332769776" name="doc_174951332769776" height="600" width="100%" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554509&access_key=key-1zfr8ga9zfc54kebnyuw&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_174951332769776" name="doc_174951332769776" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554509&access_key=key-1zfr8ga9zfc54kebnyuw&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="100%" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-48317220035870793492010-03-18T18:49:00.002+07:002010-04-14T20:26:05.228+07:00NILAI X-1<span class="fullpost"><a title="View nilai X 1 on Scribd" href="http://www.scribd.com/doc/28554523/nilai-X-1" style="margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block; text-decoration: underline;">nilai X 1</a> <object id="doc_125831540233465" name="doc_125831540233465" height="600" width="450" type="application/x-shockwave-flash" data="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf" style="outline:none;" > <param name="movie" value="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf"> <param name="wmode" value="opaque"> <param name="bgcolor" value="#ffffff"> <param name="allowFullScreen" value="true"> <param name="allowScriptAccess" value="always"> <param name="FlashVars" value="document_id=28554523&access_key=key-77k07x1o0rk6std7ng5&page=1&viewMode=list"> <embed id="doc_125831540233465" name="doc_125831540233465" src="http://d1.scribdassets.com/ScribdViewer.swf?document_id=28554523&access_key=key-77k07x1o0rk6std7ng5&page=1&viewMode=list" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" height="600" width="450" wmode="opaque" bgcolor="#ffffff"></embed> </object></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-45079058140315848392009-09-09T13:00:00.002+07:002010-04-14T20:49:57.318+07:00Soal Latihan 2A. Berilah tanda silang (X) padajawaban yang benar.<br />1. Pengetahuan yang dianggap benar karena dikemukakan oleh pejabat, berarti diperoleh melalui……..<br />a. Tradisi c. pengalaman e. media<br />b. Otoritas d. akal sehat<br /><br />2. Max Weber tokoh paradigma………<br />a. fakta social c. realitas social e. aksi sosial<br />b. perilaiu social d. definisi sosial<br /><br />3. Yang bukan metode penelitian utama dalam sosiologi adalah……<br />a. Eksperimen c. observasi partisipatif e. analisis isi<br />b. Sigi d. analisis sekunder<span class="fullpost"><br /><br />4. Paradigma Emile Durkheim………<br />a. fakta social c. perilaku social e. definisi sosial<br />b. tindakan social d. perilaku budaya<br /><br />5. Objek ilmu sosiologi adalah……..<br />a. ilmu bumi c. masyarakat e. manusia<br />b. komunitas d. individu<br /><br />6. Di bawah ini yang bukan merupakan hakikat ilmu Sosiologi adalah…..<br />a. Ilmu kategoris c. ilmu umum e. pengetauan khusus<br />b. Ilmu murni d. ilmu abstrak<br /><br />7. Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi antara mausia, sosiologi berarti merupakan ilmu………<br />a. pengetahaun yang empiris d. pengetahaun yang abstrak<br />b. pengetahaun yang umum e. pengetahaun yang normatif<br />c. pengetahaun yang khusus<br /><br />8. Materi sosiologi berdasarkan teori yang sudah ada yang diperbaiki, diperhalus, dan diperluas sesuai dengan cirri………..<br />a. Empiris c. nonetis e. kategoris<br />b. Kumulatif d. teoritis<br /><br />9. Suatu studi sosiologi dikatakan ilmiah bila menempuh beberapa tahapan di bawah ini, kecuali...<br />a. perumusan masalah d. pengumpulan dan analisis data<br />b. pengkajian objek e. pengambilan kesimpulan<br />c. perumusan hipotesis<br /><br />10. Tokoh dari paradigma prilaku social adalah………<br />a. Skinner c. August Comte e. Emile Durkheim<br />b. Max Weber d. Ritzer<br /><br />B. Jawablah dengan benar pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!<br />11. Jelaskan perbedaan Metode eksperimen dengan metode observasi partisipatif!<br />…………………………………………………………………………………………..<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />12. Jelaskan pengertiansosiologi sebagaiilmu kategoris!<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br /><br />13. Jelaskan maksudnya sosiologi sebagai ilmu dan sosiologi sebagai metode!<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />14. Jelaskan perbedaan konsep paradigma EmileDurkheim dengan Paradigma menurut Max Weber!<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br /><br />15. Ritzer menunjukkan adanya empat tingat realitas social yang menjadi pusat kajian sosiologi, Jelaskan!<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….<br />………………………………………………………………………………………….</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-8622508257241780292009-09-09T12:42:00.003+07:002010-04-14T20:50:13.030+07:00Pokok Bahasan Sosiologi• Paradigma Fakta sosial <br />Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Atau dengankata lain fakta social adalah kenyataan masyarakat. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).<br />Tokohnya adalah Emile Durkheim. Yang dimaksud dengan fakta social adalah kenyataan masyarakat. Fakta social terdiri atas dua, yaitu:<br />• Struktur Sosial, adalah pola hubungan antar manusia dan anatar kelompok manusia<br />• Lembaga Sosial,adalah system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untukmemenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat<br />• Paradigma Definisi Sosial<span class="fullpost"><br />Paradigma ini menyatakan bahwa pokok persoalan seharusnya dipelajari dalam sosiologi adalah tindakan social, dalam hal ini tindakan social dalam hubungan atau interaksi social. Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain termasuk didalamnya mengenai interaksi sosial. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.<br />Tokohnya adalah Max Weber. Menurut Weber, ada beberapa cirri pokok tindakan sosialdan hubungan social yang menjadi sasaran penelitian dalam sosiologi,yaitu:<br /> Tindakan manusia yang menurut sipelaku mengandung makna subjektif<br /> Tindakan nyata, bersifat membatin sepenuhnya dan subjektif<br /> Tindakan karena pengaruh positif dari suatu situasi, diulang-ulang secara sengaja dan persetujuan diam-diam<br /> Tindakan itu memperhatikan tindakanorang lain dan terarah kepada orang lain<br /> Tindakan itu bisa diarahkan pada waktu sekarang; yang lalu danyang akan dating<br /> Sasaran tindakan itu bias individu atau kelompok<br />• Paradigma Perilaku sosial<br />Tokohnya adalah B.F Skinner. Yang dimaksud dengan perilaku social adalah hubungan antara individu dengan objek social maupun non social. Fokus sosiologi adalah tingkahlaku inidividu yang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan atau factor-faktor lingkungan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.<br />Lebih lanjut, Ritzer menunjukkan adanya empat tingat realitas social yang menjadi pusat kajian sosiologi, diantaranya:<br />MAKROSKOPIK<br /><br /><br /> OBJEKTIF SUBJEKTIF<br /><br /><br /><br />MIKROSKOPIK<br />Berdasarkan pemetaan masalah tersebut, paradigma fakta social memusatkan perhatian terutama pada realitas social makro-objektif danmakrosubjektif. Paradigma definisi social memusatkanperhaian pada realitassosial mikro-subjektif dan sebagian mikro-objektif (terutama yang terkait dengan proses mental). Paradigma perilaku social memusatkan pada realitas mikr-objektif yangtak tercakup dalam proses mental (tingkah laku hasil stimulus dari luar sipelaku)</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-78940635853652229612009-09-09T12:41:00.002+07:002010-04-14T20:50:23.053+07:00Sosiologi Sebagai Ilmu dan MetodePengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindera atau segala sesuatu yang kita ketahui dari berbagai sumber, yaitu bernalar, pengalaman, wewenang dan intuisi. Sedangkan ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang ilmiah yang didapat melalui langkah-langkah sistematis, dapat diperiksa, serta ditelaah secara mendalamoleh orang lain.<br /> <br />Pengetahuan ilmiah sering disebut sebagai ilmu. Ilmu membantu masyarakat untuk memahami masalah yang dihadapi dan mencari pemecahannya secara lebih objektif. Menurut Paul B Horton,ada beberapa langkah dalam penelitian ilmiah yang mudah disusun secara sistematis, yaitu:<br />1) merumuskan masalah<br />2) meninjau kepustakaan<br />3) merumuskan hipotesis<br />4) merencanakan desain penelitian<br />5) mengumpulkan data<span class="fullpost"><br />6) menganalisis data<br />7) menarik kesimpulan<br /><br />Sosiologi adalah ilmu karena merupakan pengetahuan tentang masyarakat yang diperoleh melalui metode ilmiah. <br />Berdasarkan data yang digunakan, metode dalam sosiologi bisa dibedakan menjadi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif adalah metode Penelitian yang menggunakan bahan-bahan/data yang dapat dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan metode kualitatif adalah metode Penelitian yang menggunakan bahan-bahan/data yang tidak dinyatakan dalam angka-angka (misal dengan kata-kata, gambar atau symbol). Metode yang termasuk dalam metode kualitatif adalah:<br />b) metode histories, yaitu metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsipumum<br />c) Metode komparatif, yaitu metode pengamatan denganmembandingkan antara bermacam-bermacam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat. Misalnya, perbandingan pertanian Indonesia pada masa lalu danmasa kini.<br />d) Metode studi kasus, yaitu suatu metode pengamatan tentang suatu keadaan,kelompok, masyarakat setempat,lembaga-lembaga, maupunindividu-individu.Alat-alat yang dipergunakan dalam studi kasus adalah: wawancara (interview ), daftar pertanyaan (questionaire),observasi partisipasi (pengamat ikut serta dalamkehidupan sehari-hari masyarakat yang diamati)<br /><br /><br /><br />Sementara itu, dilihat dari sisi cara kerjanya, metode penelitian dalam sosiologi bias dibedakan menjadi :metode eksperimen, metode survey/sigi, metode observasi partisipatif, dan metode analisis sekunder. Berikut gambaran umum mengenai keempat metode tersebut!<br />Metode Kegunaan Kelebihan Kelemahan<br />Eksperimen Digunakan untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antar variable; <br />menghasilkan data kuantitatif Memiliki kemampuan besar untuk melihat hubungan sebab akibat; Replikasi penelitian relative mudah Seting percobaan memiliki sifat artificial; jika lingkungan penelitian tidak bias dikontrol denganbaik, hasilnya akan sangat bias<br />Survey Digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai isu-isu yang tidak diobservasi secara langsung, seperti sikap dan nilai; Sangat baik digunakan untuk penelitian deskriptif dan penelitian yang bersifat penjelajahan;<br />Menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif Memungkinkan adanya survey populasi denganmenggunakankuesioner; bila dilakukan dengan wawancara bias memperoleh tanggapan yang mendalam Kuesioner harus dipersiapkan dengan cermat danmungkin hanya sedikit yang dikembalikan; bila menggunakan wawancara akanmembutuhkan biaya banyak dan waktu yang lama<br />Observasi Partisipatif Digunakan untuk penelitian yang bersifat menjelaskan dan penelitian deskriptif mengenai masyarakat dalam seting ilmiah; <br />Menghasilkan data kualitatif Memungkinkan dilakukannya penelitian mengenai perilaku “alamiah”; pada umumnya tidak mahal Membutuhkan waktu yang oanjang; replikasi penelitiansulit dilakukan; peneliti harus bias memiliki keseimbangan peran sebaagi partisipan dan sekaligus sebagai peneliti<br />Analisis Sekunder Dilakukan untuk peneltian yang sifatnya penjelajahan, deskriptif, dan penjelasan bila data memungkinkan Menghemat waktu dan biaya dalam pengumpulan data; memungkinkan dilakukannya penelitian historis Peneliti tidak memiliki control terhadap data yang menyimpang; data mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan penelitian mutakhir<br /><br />Ciri -ciri sosiologi sebagai ilmu <br />Ciri sosiologi sebagai ilmu merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mepelajari masyarakat.ciri-ciri utamanya kedua ilmu itu adalah sebagai berikut<br />• Empiris, artinya ilmu pengetahuan.didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya idak bersifat spekulatif.<br />• Teoritis, artinya suatu ilmu pengethuan yang slalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasi-hasil pengamataan.<br />• Kumulatif, artinya di susun atas dasar teori-teori yang sudah ada atau memperbaiki,memperluas serta memperkuat teori-teori yang lama.<br />• Nonetis, artinya pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk suatu fakta tertentu,tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut<br /><br />Hakikat sosiologi sebagai ilmu.<br />• sosiologi adalah ilmu sosial, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sosiologi mempelajari atau berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.<br />• Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normative, melainkan disiplin ilmu yang kategoris artinya membatasi diri pada kejadian dewasa ini, bukan apa yang akan terjadi atau seharusnya terjadi<br />• Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science)<br />• sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan penetahuan kongrit. Artinya dalam sosiologi yang diperhatikan adalah bentuk dan pola peristiwa-peristiwa dalam masyarakat<br />• Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum<br />• Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional<br />• Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum bukan ilmu pengetahuan yang khusus, artinya sosiologi mempelajari gejala yang umum pada setiap interaksi manusia<br /><br />Obyek sosiologi <br />Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu social lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat (society) yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia <br />• Obyek material<br /> Obyek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang mempengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri<br />• Obyek formal<br /> Obyek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai mahluk sosial atau masyarakat.Dengan demikian, obyek formal sosiologi adalah hubungan antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat.<br />Beberapa Teori dalam Sosiologi<br /> Teori merupakan hubungan antarfakta atau pengaturan fakta menurut cara tertentu. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara nyata (empiris). Secara sederhana, teori adalah suatu pernyataan yang merupakan hubungan antara dua variable atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Teori mempunyai peran sebagai berikut:<br />1) Rangkuman (ikhtisar) hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari<br />2) Memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi<br />3) Berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi<br />4) Berguna dalam mengembangkan system klasifikasi fakta dan membina struktur konsep-konsep penting untuk penelitian<br />5) Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan untuk mengadakan proyeksi social, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang dikethui pada masa lalu dan masa kini.<br />Dalam sosiologi,ada banyak teori yang berusaha menjelskan realitas social. Namun, umumnya disepakati bahwa ada tiga teori utama.<br />Dimensi Teori Fungsional-Struktural Teori konflik Sosial Teori Interaksi Simbolik<br />Orientasi Kajian Makro Sosial Makro Sosial Mikro Sosial<br />Inti Pandangan tentang Masyarakat Masyarakat merupakan sebuah system yang bagian-bagiannya saling berhubungan dan relative stabil karena didasarkan pada konsesus luas; setiap bagian mempunyai fungsi tertentu sehingga dapat menggerakkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan Masyarakat merupakan sebuah system yang ditandai oleh ketidaksamaan social; Setiap bagian dalam masyarakat memberi keuntungan lebih besar pada kelompok tertentu daripada kelompok lainnya; konflik karena ketidaksamaan social itu mendorong terjadinya perubahan sosial Masyarakat merupakan sebuah proses interaksi sosial yang berlangsung terus menerus dalam setting tertentu yang didasarkan pada komunikasi simbolik; persepsi individu mengenai realitas berbeda-beda dan senantiasa berubah<br />Kekuatan<br /> Mempunyai visi yang komprehensif, teratur dan stabil mengenai masyarakat Mampu menunjukkan masalahketidakadilan structural yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat Mampu memberikangambaran konkret mengenai bagaomana sesungguhnya masyarakat berinteraksi dalam kehidupannyata sesehari<br />Kelemahan Karena mengedepankan integrasi dan stabilitas social, teori cenderung mengabaikan realitas ketidaksamaan social dan cenderung konservatif/mendukung stautus quo. Karena terlalu berfokus pada masalah-masalah makro, maka teori ini kurang mampu memahami masalah-masalah mikro sehari-hari. Karena mengedepankan ketidaksamaan social, teori ini mengabaikan pentingnya nilai-nilai yang bersama yang menytukan masyarakat. KArena terlalu focus pada masalah-masalah makro,maka teori ini kurang mampu memahami masalah-masalah mikro sehari-hari Karena terlalu berfokus pada masalah-masalah mikro, maka teori ini cenderung mengabaikan pengeruh budaya dan factor social lainnya seperti kelas, etnisitas dan gender terhadap perilaku masyarakat<br />Tokoh August Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, Talcot Parsons, Robert K Merton Karl Marx, George Simmel, WEB Du Bois George Herbert Mead, Erving Goffman</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-64940469865979416462009-09-09T12:39:00.002+07:002010-04-14T20:50:38.621+07:00Soal Latihan IA. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!<br />1. Sosiologi lahir sekitar tahun……….<br />a. 1400-an c.1600-an e.1800-an<br />b. 1500-an d. 1700-an<br /><br />2. Istilah sosiologi pertama kali dikemuikakan oleh………<br />a. Emile Durkheim c. Audust Comte e. Herbert Spencer<br />b. Max weber d. Karl Marx<br /><br />3. Bapak sosiologi Indonesia adalah……….<br />a. Hasan Shadily d. Soerjono Soekanto<br />b. Mayor Polak e. Koentjaraningrat<br />c. Selo Soemardjan<span class="fullpost"><br /><br />4. Istilah sosiologi berasal dari bahasa…………<br />a. Yunani c. Ibradi e. Inggris<br />b. Latin d. Prancis<br /><br />5. Faktor utama yang mendorong kelahiran ilmu sosiologi adalah……<br />a. hilangnya masyarakat agraris di Eropa<br />b. perubahan-perubahan padamasyarakat Eropa<br />c. peperangan antar Negara Eropa<br />d. kekuasaan Islam di Eropa semakin kuat<br />e. ilmu social lainnya gagal menyelesaikan masalah social<br /><br />6. Pendapat Pitirim.A.Sorokintentang sosiologi menitikberatkan kepada…….<br />a. hubungan social antar kelompok d. gejala sosialdannonsosial<br />b. struktur social e. budaya dan kebiasaan masyarakat<br />c. mempelajari masyarakat<br /><br />7. Revolusi industri pada masyarakat Inggris ditandai oleh……..<br />a. masyarakat agraris berangsur-angsur menjadi masyarakat industri<br />b. kekuasaan para raja berangsur-angsur terkikis<br />c. sifat feodal dan gerejani semakin mewarnai kehidupan masyarakat Inggris<br />d. terjadi penemuan-penemuan dalam bidang IPTEK<br />e. muncul golongan penguasa-penguasa baru yang disebut golongan capital<br /><br />8. gagasan radikal yang menyertai perubahan-perubahan pada revolusi PRancis yang disuarakan golongan menengah adalah……..<br />a. kritik tentang pemotongan hak-hak d. keadilan dan kesamaan<br />b. persamaan hak e. pengakuan dalil-dalil ilmiah<br />c. peningkatan kesejahteraan<br /><br />9. Fenomena yang muncul sebagai dampak kesenjangan social antara kaum buruh dan penguasa pada akhir abad pertengahan adalah……..<br />a. Pengangguran c. pertentangan kelas e. urbanisasi<br />b. Kemiskinan d. pertumbuhan kota-kota<br /><br />10. Pengertian bahwa sosiologi merupakan ilmu yangmemusatkanperhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha mendapatkan pola-pola umum dalam kehidupan masyarakat, dikemukakan oleh……..<br />a. Max weber c. Selo Soemardjan e. August Comte<br />b. Soerjono Soekanto d. Paul B Horton<br /><br /><br />B. Buktikan manfaat sosiologi daripengalaman sehari-hari<br />NO Manfaat Sosiologi Contoh<br />1. Menguji pemahaman-pemahaman yang mapan <br />2. menilai peluang dan hambatan dalam kehidupan <br />3. Memampukan diri menjadi partisian aktif <br />4.<br /> menghagai perbedaan manusia <br /><br />C. Tugas Mandiri<br />Cari biografi dari beberapa tokoh sosiologi dunia dan Indonesia, kemukakan pokok pikiran dari tokoh tersebut dalam bentuk forto folio. Forto folio harus memenuhi persyaratan:<br />- Minimal 5 tokoh<br />- Tidak mengubah sejarah<br />- Diketik dengan menggunakan kertas A4<br />- Ditulis dengan spasi 1,5<br />- Referensi dari perpustakaan dan internet<br />- Menggunakan bahasa Indonesia yang baik<br />- Dibuat rangkap,salah satunya dikumpulkan</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-82090312179735795622009-09-09T12:38:00.003+07:002010-04-14T20:50:48.834+07:00Definisi SosiologiBerikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.<br />• Pitirim Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.<br />• Roucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.<br />• William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.<span class="fullpost"><br />• J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.<br />• Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.<br />• Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.<br />• Paul B. Horton Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.<br />• Soejono Sukamto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.<br />• William Kornblum Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.<br />• Allan Jhonson Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.<br /><br />Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa<br /><br /><div style="text-align: justify;">Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jaringan hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.</div></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-61635873347853556142009-09-09T12:36:00.002+07:002010-04-14T20:50:58.276+07:00Kelahiran Sosiologi ModernSosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).<br />Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.<span class="fullpost"><br />Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.<br />Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-83534129946322574582009-09-09T12:33:00.002+07:002010-04-14T20:51:08.071+07:00Perkembangan sosiologi dari abad ke abadPerkembangan pada abad pencerahan<br />Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.<br />Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.<span class="fullpost"><br />Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.<br />Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan<br />Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.<br />Gejolak abad revolusi<br />Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.<br />Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas<br />Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.<br />Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :<br />• Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya. <br />• Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal. <br />• Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-8108433860401640252009-09-09T12:27:00.000+07:002009-09-09T12:32:40.812+07:00Sejarah Perkembangan Sosiologi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIfA3rZrLmOtiNHNVZvuQk-rGzn2VyZ_71oRSGGYaXtHCZpshm5WtWhsWVmIH6kK782s7DvN-6gZfmEeKzN1otiFy6CWU9m_9gjzWd0JfE9RPZaXeLOGvRSQF827ma8N7FfaUU321BrB1p/s1600-h/Auguste_Comte2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 228px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIfA3rZrLmOtiNHNVZvuQk-rGzn2VyZ_71oRSGGYaXtHCZpshm5WtWhsWVmIH6kK782s7DvN-6gZfmEeKzN1otiFy6CWU9m_9gjzWd0JfE9RPZaXeLOGvRSQF827ma8N7FfaUU321BrB1p/s320/Auguste_Comte2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5379335909307165986" border="0" /></a>
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cirfan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="Edit-Time-Data" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cirfan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso"><!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cirfan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cirfan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves>false</w:TrackMoves> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Hyperlink"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Normal (Web)"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="No List"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} h1 {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-link:"Heading 1 Char"; mso-style-next:Normal; margin-top:12.0pt; margin-right:0in; margin-bottom:3.0pt; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; page-break-after:avoid; mso-outline-level:1; font-size:16.0pt; font-family:"Arial","sans-serif"; mso-font-kerning:16.0pt; font-weight:bold;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-unhide:no; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.Heading1Char {mso-style-name:"Heading 1 Char"; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:"Heading 1"; mso-ansi-font-size:16.0pt; mso-bidi-font-size:16.0pt; font-family:"Arial","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Arial; mso-hansi-font-family:Arial; mso-bidi-font-family:Arial; mso-font-kerning:16.0pt; font-weight:bold;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:113210387; mso-list-template-ids:2127733306;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l1 {mso-list-id:392315332; mso-list-template-ids:1694901596;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif";} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults ext="edit" spidmax="2050"> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout ext="edit"> <o:idmap ext="edit" data="1"> </o:shapelayout></xml><![endif]--> <h1 style="text-align: justify;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" alt="Potret Auguste Comte." title=""Potret Auguste Comte."" style="'position:absolute;left:0;" wrapcoords="-108 0 -108 21525 21600 21525 21600 0 -108 0" button="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\irfan\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg" href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b3/Auguste_Comte.jpg/200px-Auguste_Comte.jpg"> <w:wrap type="tight"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->Sejarah Perkembangan Sosiologi<script type="text/javascript"> //<![CDATA[ if (window.showTocToggle) { var tocShowText = "tampilkan"; var tocHideText = "sembunyikan"; showTocToggle(); } //]]> </script><a name="Pengertian"></a></h1> <p style="text-align: justify;">Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “<i>Cours De Philosophie Positive</i>” karangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/August_Comte" title="August Comte">August Comte</a> (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> baru lahir kemudian di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a>.</p> <p style="text-align: justify;">Sejak awal masehi hingga abad 19, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a> dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia" title="Dunia">dunia</a>, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial" title="Sosial">sosial</a>. <st1:place st="on">Para</st1:place> ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> pada tiap tahap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban" title="Peradaban">peradaban</a> manusia. </p> <p style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p style="text-align: justify;">Potret <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte" title="Auguste Comte">Auguste Comte</a></p> <p style="text-align: justify;">.Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.</p> <p style="text-align: justify;">Tiga tahapan itu adalah :</p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia. </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. </li></ol> <p style="text-align: justify;">Comte kemudian membedakan antara <i>sosiologi statis</i> dan <i>sosiologi dinamis</i>. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.oe</p> <p style="text-align: justify;">Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pitirim_Sorokin&action=edit" title="Pitirim Sorokin"><span style="color: rgb(204, 34, 0);">Pitirim Sorokin</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Herbert_Spencer" title="Herbert Spencer">Herbert Spencer</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx" title="Karl Marx">Karl Marx</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emile_Durkheim" title="Emile Durkheim">Emile Durkheim</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=George_Simmel&action=edit" title="George Simmel"><span style="color: rgb(204, 34, 0);">George Simmel</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Max_Weber" title="Max Weber">Max Weber</a> (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.</p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Herbert_Spencer" title="Herbert Spencer">Herbert Spencer</a> memperkenalkan pendekatan <b>analogi organik</b>, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi" title="Organisasi">organisasi</a> yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx" title="Karl Marx">Karl Marx</a> memperkenalkan pendekatan <b>materialisme</b> dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emile_Durkheim" title="Emile Durkheim">Emile Durkheim</a> memperkenalkan pendekatan <b>fungsionalisme</b> yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial" title="Sosial">sosial</a> sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Max_Weber" title="Max Weber">Max Weber</a> memperkenalkan pendekatan <b>verstehen</b> (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepercayaan&action=edit" title="Kepercayaan"><span style="color: rgb(204, 34, 0);">kepercayaan</span></a>, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia. </li></ul> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6276183843533510282.post-15112755634037267452009-06-09T13:18:00.001+07:002010-06-09T13:22:02.720+07:00Kajian Sosiolog terhadap RUU Pembantu Rumah Tangga<div style="text-align: center;"><b>PRT Minimal 18 Tahun</b></div><div style="text-align: justify;">Sosiolog: Batasan Usia 18 Tahun Tidak Realistis</div><div style="text-align: justify;">Dikutip dari Andi Saputra - <i>detikNews</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Batasan usia Pembantu Rumah Tangga (PRT) dalam rancangan undang-undang (RUU) yaitu minimal 18 tahun dinilai tidak realistis. Menurut sosiolog UI, Thamrin Tamagola, batas umum tersebut menggunakan kacamata Jakarta dan tak melihat kondisi di pedesaan Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dirinya juga menyayangkan rencana penerapan hukum pidana bagi majikan yang mempekerjakan PRT dibawah usia 18 tahun. "Di pedesaan, usia kerja perempuan memang sebelum 18 tahun. Bahkan, perempuan selepas SMP telah terbiasa menjadi tulang punggung keluarga. Selepas akil baligh, ya bekerja," ujar Thamrin kepada detikcom , Selasa, (11/5/2010).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penerapan batas usia ini karena pengusul RUU terlalu menggunakan kacamata Jakarta yang pola pikirnya industrial dan formil. Padahal, dalam sistem kekeluargaan di Indonesia, masih mengenal istilah ngenger atau saling bantu antar keluarga besar.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Sistem tolong menolong ini jangan dipandang menggunakan kacamata kuda sistem industri. Di Indonesia, kan namanya tolong menolong sudah biasa. Kalau ada saudara yang kekurangan ya diberi pekerjaan, meski bantu-bantu saja. Apalagi kalau keluarga tersebut kekurangan," tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Akibat adanya budaya ngenger (ikut keluarga induk dengan membantu pekerjaan sehari-hari) tersebut maka disayangkan jika harus diterapkan hukuman penjara minimal 2 tahun dan maksimal 5 tahun. Apalagi juga harus menerapkan ancaman denda Rp200 juta dan maksimal Rp500 juta.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Yang bikin draft nggak mengerti keadaan lapangan. Di Jawa, budaya ngenger sudah benar. Di luar Jawa juga mempraktekan itu," pungkasnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seperti diberitakan sebelumnya, dalam RUU PRT diusulkan majikan yang mempekerjakan PRT berusia di bawah 18 tahun diancam pidana 5 tahun penjara dan denda Rp 500 juta. Saat ini, RUU tersebut masih digodok di DPR.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di kalangan DPR sendiri, RUU tersebut masih diperdebatkan. Sejumlah fraksi setuju namun ada fraksi yang terkesan ragu-ragu.</div>Unknownnoreply@blogger.com0